24. Maaf ⚠️

4.7K 495 200
                                    

⚠️ Adegan Kekerasan + kata kasar ⚠️

•••

Terima kasih atas lembar baru yang terbuka, diatas luka lama yang telah tercipta. Semesta selalu memiliki cara untuk mengakhiri semua dengan baik.
Arkan


Arkan merasakan kepalanya berputar, saat seorang laki-laki yang membawanya tadi, melempar kasar tubuhnya hingga membentur dinding. Mereka baru saja sampai disebuah rumah kosong. Seperti sudah menjadi markas mereka.

Pandangan Arkan masih memburam, saat seorang laki-laki lainnya menarik dirinya untuk bangun. Lalu menarik tubuh Arkan ke sebuah kursi di ujung ruangan. Dia belum benar-benar mengerti apa yang terjadi. Setahunya, dia diculik. Tapi siapa pelakunya?

Arkan merasakan jeratan di tangan dan kakinya. Dia mencoba mengembalikan fokusnya, walau kini sekujur tubuhnya terasa sakit. Hingga samar-samar suara seseorang yang tak lagi asing membuatnya mendongak.

Tante Renata?

"Halo Arkan." Suara lembut penuh kebencian itu mengalun lembut di telinga Arkan. Benarkan tantenya ini sudah berubah menjadi iblis? Hingga tega melakukan ini padanya?

"Bagaimana? Siap menghadapi kematian kamu?"

Arkan tak menjawab. Hanya menatap tajam kearah Renata yang berada sangat dekat di hadapannya. Tapi setelahnya, pandangan Arkan berubah. Saat menemukan seorang laki-laki yang juga tak asing lagi. Dan..

Bang Jaki?

Jadi mereka berdua bersekongkol menculiknya? Sumpah, Arkan tidak tahu seberapa banyak iblis yang terkumpul dari dua manusia itu. Rasanya, kini dia tidak akan bisa melakukan apapun selain pasrah. Berharap Nendra bisa menyelamatkannya bersama papa.

"Dimana kakak lo yang sok jagoan itu? Apa dia akan datang kalau melihat adiknya bertaruh nyawa disini?" Bang Jaki maju. Memposisikan dirinya disebelah Tante Renata.

"Kalian, gak akan bisa menang." Ucap Arkan pelan, hampir berbisik.

Kalimat Arkan dibalas tawa kecil oleh Tante Renata. Sebelum dirinya semakin mendekat dan menarik kasar rahang Arkan.

"Jaga ucapanmu. Atau, bukan hanya kamu yang dalam bahaya, tapi semua orang yang sok peduli dengan kamu."

"Jangan pernah bawa-bawa mereka untuk menutupi semua kebusukan tante!"

Namun tamparan keras dari Tante Renata membuat bekas merah di pipi Arkan. Bahkan Arkan masih jelas merasakan panas dan perih yang kini melebur menjadi satu. Tapi harusnya dia sudah terbiasa. Mengingat Tante Renata pernah beberapa kali melakukan itu padanya.

Arkan yang sebelumnya menunduk karena tamparan itu, kini kembali mendongak. Menatap penuh luka kepada Tante Renata. Dia tidak menyangka bahwa tentenya sendiri yang tega melakukan ini padanya.

"Kamu memang tidak ada sopan santunnya dengan saya ya!"

"Buat apa? Sedangkan tante saja tidak pernah menghargai aku sebagai anak papa!"

Lagi, tamparan itu kembali membuat Arkan terdiam sejenak. Membuat perih yang semula belum pulih, kini semakin berdenyut menyakitkan.

Dia tahu, sekalipun dia hanya diam, orang-orang itu pasti akan membuatnya mati secara perlahan.

Renata mundur, saat Bang Jaki mengambil alih suasana menjadi lebih mencekam. Bencinya pada Nendra akan dia lampiaskan pada Arkan. Terlebih dia mendapat dukungan dari Renata, yang juga ingin membalas dendam pada anak itu. Jadi impas. Saat kedua dendam mereka, akan dilampiaskan secara bersamaan. Walau Arkan tak sepantasnya menerima semua itu.

The Reason ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang