Berikan aku alasan untuk tetap tinggal, walau hanya sebatas tanggung jawab.
Arkan•
•Bagi semesta, tidak ada yang tidak mungkin selagi kita mau berusaha. Itupun yang kini Endi dan Arkan yakini. Mustahil bila mereka berhasil lolos dari Bang Jaki dan anak buahnya. Tapi, nasib baik beberapa kali menghampiri mereka.
Bang Jaki beberapa kali tidak menemukan saat mereka berhenti untuk menarik nafas. Walau saat keluar dari persembunyiaan, hadirnya terdeteksi kembali. Endi belum menemukan tempat yang benar-benar aman untuk mereka.
"Di sana, Kan." Endi kembali menarik Arkan untuk bersembunyi dibalik tempat sampah besar.
Dia tidak tahu apa ini aman atau tidak. Tapi, dia tidak mungkin membawa Arkan terus menerus berlari, sedangkan nafas anak itu sudah putus-putus.
"Maaf banget, ya. Gue juga nggak tahu kita harus sembunyi di mana." Endi mengalihkan pandangan ke arah Arkan yang kini sudah bersandar, setelah memastikan di sekelilingnya aman.
"Nggak apa-apa," jawab Arkan pelan. Nafasnya sudah sesak. Bahkan sejak tadi, dia belum bisa benar-benar mengatur nafasnya. Saat Bang Jaki menemukan persembunyian mereka, mau tidak mau Endi kembali menarik Arkan pergi.
Bila saja dia tidak ingat, bahwa nyawanya bisa habis di tangan Bang Jaki, mungkin Arkan tidak akan memaksakan tubuhnya seperti ini. Dia masih ingat saat orang-orang di sana juga tidak bisa memberi bantuan saat melihat mereka dikejar Bang Jaki. Semua seolah takut ikut campur. Terlalu sayang nyawa.
Arkan menyesal mengabaikan Nendra pagi tadi. Harusnya dia menuruti perintah kakaknya untuk tidak pergi. Seharusnya saat ini dia bisa beristirahat di kontrakan, bukan berlari menghindari maut seperti ini. Jujur, dia menyesal.
"Kuat jalan lagi nggak? Bang Jaki di depan, kita harus lari sebelum dia nemuin kita."
Arkan hanya mengangguk. Dia tidak mau mati sia-sia ditangan Bang Jaki.
Endi tahu kondisinya. Tahu Arkan pasti sudah sangat kelelahan. Tapi dia juga tidak mau Bang Jaki menemukan mereka, dan berujung membawa Arkan. Dia tidak akan masalah saat berhadapan dengan Bang Jaki seorang diri. Hanya saja, saat ini ada Arkan yang harus dia selamatkan.
"Eh bocah sialan!" teriakan dari salah satu anak buah Bang Jaki, membuat Endi reflek menarik Arkan agar berlari lebih cepat.
Untung saja badan mereka kecil, jadi cukup saat melewati celah kecil sebagai jalan pintas. Menghindari Bang Jaki dan anak buahnya, yang sudah pasti tidak bisa mengejar bila melewati celah itu.
"Bentar aja, Kan. Lo kuat ya, bentar aja." Endi terus saja menggumamkan kalimat itu. Genggaman tangannya semakin dia perkuat, saat merasakan genggaman tangan dingin Arkan mulai merenggang.
Arkan merasakan dunianya semakin berputar. Oksigen di sekitarnya seakan hilang begitu saja. Hingga genggaman tangannya terlepas dari Endi, membuatnya jatuh terduduk.
"Kan?" Endi berbalik, menghampiri Arkan yang masih terduduk, dengan nafas tersengal-sengal.
Arkan menggeleng, "Nggak kuat," bisiknya.
"Nggak, lo harus kuat. Bang Jaki nggak boleh nemuin lo di sini. Ayolah, Kan. Bentar lagi. Gue tahu tempat yang aman." Endi mengguncang pelan bahu Arkan. Mereka tidak mempunyai waktu banyak, atau Arkan akan dibawa pergi oleh Bang Jaki. "Demi Nendra, demi kakak lo."
Arkan mendongak, lalu mengangguk. Bangkit secara perlahan, walau kakinya masih sangat lemas. Iya, sekali saja dia berharap bisa melakukan satu hal atas dasar Nendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason ✔️
Roman pour Adolescents[Brothership & sick story] "Bila ada yang lebih sakit dari sebuah kebohongan, Nendra yakin itu sebuah penghianatan." Semesta memang tak pernah menjanjikan bahwa hidup bahagia adalah bagian dari takdirnya. Tapi, dia tahu, bagaimana cara mencari baha...