19. Ancaman

3.3K 437 136
                                    

Aku tak tahu bagaimana hukum alam, saat dia mempertemukan kita, lalu.. memisahkan?
Nendra


"Di, ada yang nyari." Rio menghampiri Endi yang sedang mambantu Bang Bobi.

"Siapa, Bang?"

Rio mengeleng. "Katanya mau ketemu Nendra."

Endi terdiam. Sebelum pamit sebentar pada Bang Bobi dan mengikuti Rio untuk menemui orang itu. Perasaannya mendadak tidak enak. Apalagi ada nama Nendra yang menjadi alasan.

Benar saja, dari kejauhan Endi bisa melihat siapa yang berdiri di depan mobil putih yang Rio tunjuk. Tante Renata, dan seorang laki-laki. Mau apalagi orang itu?

"Maaf Mbak, ini adik asuhnya," ucap Rio yang seketika membuat Endi menoleh.

Sial! Padahal dia berusaha menutupi semua, agar mereka tidak terkena masalah. Tapi bisa-bisanya Rio datang dan membuat semua menjadi kacau.

Tante Renata melepas kaca mata hitamnya. Melihat Endi dengan penuh telisik dari atas hingga ke bawah. Tidak mungkin dia melupakan anak laki-laki yang ditabraknya beberapa hari lalu.

"Kamu?"

Endi mengangguk. "Iya. Saya yang anda tabrak kemarin."

Renata tersenyum, sebelum membawa langkahnya mendekat. "Kalau saya tahu kamu adiknya Nendra, harusnya saya biarkan kamu mati saat itu juga!"

Dingin suara Renata membuatnya bergidik. Sungguh, wanita ini bukan manusia, pikirnya. Tapi dia tidak boleh takut. Bila Renata membaca gerak-geriknya yang ketakutan, wanita itu bisa saja semakin mengancamnya.

"Maaf Tante, saya tidak kenal Nendra." Bohong Endi. Sungguh, kini dia sedang berusaha mati-matian mengantur otaknya agar semua tak menjadi masalah. Baik untuk dirinya ataupun Nendra.

"Bohong! Dia bilang saya bisa menemui Adik asuhnya untuk menanyakan keberadaan Nendra. Dan dia membawa kamu kesini."

Endi tersenyum. "Saya memang adik asuhnya." Pandangannya dia alihkan pada Rio, "Bukan Adik asuh Nendra. Jadi anda salah orang."

"Saya tidak mungkin salah orang! Apalagi saya tahu bagaimana orang-orang didikan Nendra, salah satunya pasti kamu!"

Bila saja Endi bisa, mungkin dia lebih memilih kabur daripada harus beradu mulut dengan siluman ular ini. Tapi dia masih ingat, kakinya belum benar-benar sembuh. Dan dia juga tahu, Tante Renata pasti akan mengejar terus bila dia berusaha kabur.

"Kalau pun saya mengenal Nendra, saya sekarang tidak tahu di mana orang itu!" ucap Endi dengan tatapan tajamnya.

Tapi, jawaban Endi tidak lagi ditanggapi oleh Tante Renata, melainkan laki-laki tinggi yang sejak tadi berdiri di belakangnya. Menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Tolong bantu saya, saya hanya ingin anak saya kembali," ucapnya.

Endi terdiam. Tunggu, apa laki-laki itu ayah Arkan dan Nendra?

"Saya Hardi, papanya Arkan. Dan ini tantenya. Saya hanya ingin menyelamatkan anak saya. Jadi saya mohon bantuan kamu. Beritahu saja ke mana Nendra membawa anak saya. Saya akan berikan berapa pun yang kamu perlukan."

Tunggu! Apa maksudnya Nendra membawa Arkan? Hey, itu terdengar seperti kasus penculikan. Tapi mana ada Kakak yang menculik adiknya sendiri?

"Saya mohon.." Suara papa Arkan kembali membuat Endi mendongak. Tidak terima bila tuduhan itu yang diarahkan pada Nendra.

"Maaf, pak. Sekalipun Nendra membawa Arkan pergi, anak bapak pasti aman di tangan kakaknya."

"Dari mana kamu tahu? Saya tahu anak saya pasti di siksa selama tinggal bersama Nendra, kan? Lagi pula Nendra juga anak saya, tapi bisa-bisanya dia menculik adiknya sendiri!"

The Reason ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang