Aku tak ingin menyesal, karena tak mampu membuatmu bergelut dalam ketenangan.
Nendra•
•"Lo serius, Ki?"
"Seriusan, Di. Kemarin Bang Leon kok yang bilang langsung ke gue."
Endi terdiam. Dia memang tak melihat jelas rupa wanita yang menabraknya. Tapi, bila diingat bagaimana wanita itu mengumpat saat dia hanpir kehilangan kesadaran, Endi rasa cukup untuk membuatnya tahu bagaimana keras dari sifat Tante Renata. Pantas saja Arkan merasa terancam bila tinggal dengan wanita itu.
"Tapi memang urusan sama kita apa? Udahlah, nggam usah diribetin." Eja ikut mengambil tempat disebelah Endi. "Lagi pula, mau kayak gimana juga tu si Tange, nggak ada urusan sama kita."
"Ja.."
"Gue bener, kan? Itu tantenya Arkan, ya nggak ada hubungannyalah sama kita."
Endi menoleh. "Ada! Apalagi kalau sampai dia tahu kita adiknya Bang Nendra. Gue yakin, dia pasti akan jadiin kita sebagai sasaran dia buat jatuhin Arkan sama Bang Nendra."
Riski mengangguk setuju. Leon juga mengatakan seperti itu kemarin. Bagaimana pun, posisinya kini dia mengenal Arkan dan Nendra. Bila Tante Renata tahu, dia pasti akan mengincar mereka untuk mencari keberadaan Arkan dan Nendra. Dan bila Tante Renata tidak berhasil, mungkin dia bisa melakukan yang lebih dari yang dia lakukan pada Endi kemarin.
"Salah Bang Nendra sih dari awal. Pakai acara bawa adeknya kesini. Kalau aja nggak, hidup kita nggak akan kayak gini, kan?" Entah sejak kapan, rasa kesal Eja semakin menjadi-jadi pada Arkan. Seolah-olah memang Arkan yang menjadi akar dari masalah yang mereka hadapi saat ini.
"Lo kenapa sih? Masih marah karena Bang Nendra karena bawa Arkan bukan kita? Kalau lo di posisi Bang Nendra, lo pasti ngelakuin hal yang sama! Apalagi Bang Nendra tahu Arkan hidup sama siapa. Sama gue aja bisa babak belur kayak gini, apalagi sama Arkan!"
Eja terdiam. Tidak salah memang ucapan Endi. Tapi mengapa rasanya belum terima, bila Nendra lebih memilih adik kandungnya dibandingkan mereka?
"Udah, daripada lo di sini buat Endi tambah sakit, mending sekarang kita cari uang. Keburu siang, rejeki lo diembat orang nanti," ucap Riski lalu menarik Eja pergi. Setelah sebelumnya pamit pada Endi, karena harus meninggalkan anak itu sendiri dalam keadaan sakit.
Tapi Endi tidak masalah. Setidaknya setelah mereka berdua pergi, dia bisa berpikir lebih tenang. Daripada mendengar ucapan Eja yang sudah ngelantur, kini semakin ngawur.
Setelah ini dia akan memikirkan, bagaimana cara mencari keberadaan Nendra dan Arkan. Setidaknya dia bisa memantau walau tidak tinggal bersama lagi. Selain itu, ada Tante Renata yang akan menjadi list masalahnya. Mungkin saat ini belum, tapi tidak menutup kemungkinan itu akan terjadi. Dan saat itu, Endi harus siap jawaban bila suatu saat wanita itu datang.
🌵🌵🌵
Nendra bekerja di pusat toko sembako yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Setidaknya bekerja berat seperti sudah biasa dia lakukan. Bila ditanya lelah, itu sudah pasti. Tapi saat dia ingat ada Arkan yang menjadi tanggungannya, rasa lelah Nendra tak berarti apa-apa.
Arkan mengatakan akan membantunya bekerja. Walau dilarang keras oleh Nendra. Hanya saja Arkan bersikeras membantu. Tidak akan bekerja terlalu berat katanya, asal menghasilkan. Jadi Nendra tidak bisa membantah. Selain itu, dia juga memang perlu uang lebih untuk pindah dari tempatnya kini.
"Warga baru, ya?" Seorang laki-laki menghampiri Nendra yang sedang beristirahat. Memberikan sebotol air mineral, yang dibalas tak enak oleh Nendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason ✔️
Dla nastolatków[Brothership & sick story] "Bila ada yang lebih sakit dari sebuah kebohongan, Nendra yakin itu sebuah penghianatan." Semesta memang tak pernah menjanjikan bahwa hidup bahagia adalah bagian dari takdirnya. Tapi, dia tahu, bagaimana cara mencari baha...