Akhir dari segalanya, bukan kematian. Melainkan keabadian.
Author - bellaerminayanti•
•Semesta memiliki takdir yang telah tersurat bahkan sebelum kita lahir. Semua memiliki batas untuk hidup dan menetap di dunia yang tegaris hanya sementara. Setidaknya, saat semesta memilih kamu untuk pergi, artinya sudah seharusnya kamu mendapatkan ketenangan abadi dari kehidupan. Tidak akan ada yang salah. Karena garis semesta tidak akan pernah salah, untuk membuat bahagia.
Aroma menyengat dari ruangan tempatnya berbaring, membuatnya tersadar bahwa ini bukan aroma surga atau neraka. Dia masih hidup, bahkan setelah dia rasa dunia merengut hidupnya. Kini dia masih tersadar di rumah sakit. Itu artinya masih ada kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya.
Perlu beberapa menit untuk membuat fokusnya sadar. Menemukan Hardi yang sedang sibuk dengan ponselnya di sofa. Dan saat fokusnya menangkap sosoknya, laki-laki itu segera bangkit dan menghampiri.
"Kamu sudah sadar? Sebentar, ayah panggil dokter." Ucap Hardi. Sebelah tangannya menekan tombol emergency dengan cepat.
Tidak lama, seorang dokter dan perawat datang. Memeriksa keadaan Nendra yang sudah 3 hati tidak sadar, karena tusukan yang cukup dalam di perut kirinya. Untunglah, keadaan Nendra membaik setiap harinya, hingga kini akhirnya dia sadar.
"Sudah membaik. Tapi tetap harus beristirahat total, karena luka robeknya cukup dalam, dan membutuhkan waktu lama untuk menyembuhkannya."
"Iya. Terima kasih dok."
Hardi kembali menarik kursi disebelah Nendra setelah dokter keluar. Dia lega, akhirnya Nendra bersedia bangun setelah beberapa hari membuatnya khawatir.
"Kalau kondisi kamu cepat membaik, kita bisa pulang. Jadi harus banyak istirahat, ya?"
Nendra mengangguk, pandangannya beralih ke sekitarnya. Tidak ada siapapun disana kecuali ayahnya. Lalu dimana Arkan? Apa adiknya juga masih belum sadar?
Dia ingat terakhir kali menyapa Arkan saat adiknya kesakitan. Bodohnya dia tidak bisa memastikan adiknya baik-baik saja sampai bertemu dengan ayah. Mengapa dia bisa pingsan selama itu?
"Arkan dimana?" Tanya Nendra pelan. Tubuhnya masih lemas setelah tidur panjang kemarin.
Hardi tersenyum. "Sembuh dulu, baru kita ketemu Arkan."
"Enggak, yah. Aku mau ketemu Arkan. Panggil Arkan kesini ya, yah? Dia baik-baik aja kan?" Nendra memandang Hardi dengan tatapan memohonnya. Walau terlihat jelas mata sembab dan wajah lelah ayahnya.
"Adik kamu udah baik-baik aja. Arkan udah gak sakit. Nanti kita jenguk, ya?"
Nendra menggeleng brutal, "ayah ngomong apa sih? Panggil Arkan! Oh, atau Arkan lagi dirawat juga? Dimana? Aku mau ketemu. Kita ketemu Arkan sekarang ya. Aku udah kuat." Nendra bangkit dengan susah payah. Walau bekas jaritannya masih terasa begitu perih.
Apa maksud dari ucapan ayah?
"Nendra dengar ayah. Kamu belum boleh kemana-mana."
"Aku mau ketemu Arkan! Sekarang!" Tegas Nendra.
Hardi langsung menarik anaknya dalam pelukan. Sekalipun Nendra berontak, tapi pelukannya semakin dia perkuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Reason ✔️
Novela Juvenil[Brothership & sick story] "Bila ada yang lebih sakit dari sebuah kebohongan, Nendra yakin itu sebuah penghianatan." Semesta memang tak pernah menjanjikan bahwa hidup bahagia adalah bagian dari takdirnya. Tapi, dia tahu, bagaimana cara mencari baha...