23. Belum Selesai

3.4K 455 157
                                    

Hidup atau mati?


"Bagus! Hardi sudah percaya dengan semua apa yang saya katakan. Jangan sampai kalian membuat kesalahan, dan menghancurkan semua usaha saya! Ingat, kita punya satu rencana lagi yang harus dilakukan untuk melenyapkan Arkan. Setelah itu, kita lakukan hal yang sama pada Nendra. Tenang, kita tidak akan susah untuk melenyapkan mereka!"

Renita tersenyum saat orang di seberang sana menanggapi ucapannya dengan baik. Apalagi penjabaran rencana yang akan mereka lakukan, membuat Renata semakin puas.

"Tenang saja, kita tidak akan ketahuan. Asal kalian main cantik. Jangan sampai tertangkap!"

Setelahnya Renata menutup telponnya. Ternyata semua lebih mudah dari yang dia rencanakan. Semua akan selesai. Tinggal beberapa tahap lagi saja, dan dia akan mencapai tujuannya. Tidak akan ada pengganggu dari anak-anak kakaknya.

"Renata!"

Teriakan Hardi sontak membuat Renata berbalik. Menemukan Hardi dan Arkan yang kini berjalan mendekatinya. Apa kakaknya mendengar semua percakapannya tadi?

"Loh Mas, udah pulang? Aku nggak denger suara mobil kamu," sahutnya mencoba relax. Hardi tidak boleh curiga, apalagi sempat mendengar pembicaraannya tadi.

"Jawab yang jujur! Apa benar kamu mengusir Arkan?"

Renata terdiam. Bagaimana kakaknya bisa tahu semuanya? Tapi Renata masih mencoba tenang, dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

"Maksud kamu, Mas?"

"Aku dengar dari tetangga kalau kamu mencoba mengusir Arkan. Berarti kamu berbohong tentang Nendra yang menculik Arkan? Aku tidak menyangka kamu bisa berbuat seperti itu pada anak-anakku. Padahal kamu adikku satu-satunya yang paling aku percaya!"

"Enggak Mas, aku bisa jelasin. Kita ngobrol dulu, ya. Mungkin kamu capek, atau ada yang menghasut kamu." Renata menatap tajam kearah Arkan, sebelum pandangannya kembali melembut pada kakaknya.

"Kamu yang menghasut aku! Mulai sekarang, jangan dekat-dekat anakku lagi! Mengerti? Setelah ini aku akan cari tempat tinggal untuk kamu sendiri," ucap Hardi lalu membawa Arkan pergi.

"Tapi Mas, dengar aku dulu. Ini hanya salah satu cara mereka agar mereka bisa menang di pengadilan!— Ah, sial!" Renata hampir membanting ponselnya, saat benda pipih itu kembali bersuara.

Dia tidak menyangka, kakaknya akan beralih menyudutkannya seperti ini. Ini bahkan terlihat terlalu terburu-buru, saat Hardi langsung menyalahkannya begitu saja.

"Jangan mengundur waktu lagi. Hardi sudah tahu saya berbohong," ucap Renata sebelum memutus panggilannya sepihak.

Renata tidak akan membiarkan rencananya hancur begitu saja karena ulah anak-anak Hardi. Sebarusnya, mereka tidak sepintar itu untuk menjebaknya hingga seperti ini.

Sebenarnya semua kesalahpahaman yang Renata buat pada Hardi, pertama kali terungkap karena pertanyaan dari salah satu tetangganya.

"Loh, bukannya Arkan sudah tidak tinggal di sini? Kata Renata dia sudah pergi dari rumah," ucap salah seorang ibu yang tinggal di sebelah rumah Hardi.

"Arkan kemarin hanya di culik, bu. Bukan pergi. Sekarang saya sudah berhasil menemukannya."

"Diculik? Enggak, ah. Orang nyata-nyata Renata mengusir Arkan sambil diguyur air. Untung setelah itu ada anak cowok yang bawa dia pergi. Diselametin gitu, nggak diculik, Pak. Tapi, ya, saya tidak mau ikut campur urusah keluarga bapak. Saya hanya terkejut Arkan pulang lagi. Ya dijaga anaknya ya, Pak. Kasihan, masih kecil," ucap ibu itu sebelum berlalu meninggalkan Hardi.

The Reason ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang