7

610 37 1
                                    

Tujuan gue sekarang adalah RUMAH IMPIAN, disitu ada seperti panti asuhan, yang isinya anak anak yang kurang beruntung yang ditinggal keluarganya. Sekitar kurang lebih 50-60 orang. Tinggal di rumah sederhana, namun bersih nan indah.

"Kakak!!!!!" Teriak beberapa anak yang sedang bermain di pekarangan.

"Hai" ucap gue.

"Kangen tau, kakak kenapa jarang banget kesini" slah satu anak yang udah gue anggap adik.

"Jangan sedih dong Stellanya kakak, nanti jelek kayak kakak. Mau? Lagian nih kakak bawa makanan" bujuk gue.

"Engga, kakak tetep cantik di mata Ella" ucapnya sambil tersenyum.

"Eh, Non Riel, masuk non, bibi baru aja masak. Mau makan bareng" tiba-tiba adik adik gue narik tangan gue buat masuk ke dalam.

"Pelan pelan kamu itu, tangannya kak Riel putus kamu mau tanggung jawab hah" ucap si Aldebaran.

"Maapin Ella kalo nariknya terlalu keras" matanya sendu, bibir yang mulai berkedut terpampang jelas.

"Gapapa kok kakak. Bara gausah khawatir ya, kaka kuat kok. Ella juga ga usah ngerasa bersalah gitu"

Asal kalian semua tau, gue yang nemuin Aldebaran sama Stella di pinggir jalan, saat itu gue rapuh karena papah gue bangkrut, Lyodra ninggalin gue.

Mereka masih kecil, bisa dibilang baru lahir, karena masih ada darahnya. Gue gatau siapa yang tega banget ngelakuin ini.

Gue gendong mereka berdua sekaligus. Duku gue yang ga pernah ngerasain gendong dede bayi takut banget. Kenapa? Gue takut terjadi something yang ga diinginkan. Apalagi 2.

Gue beraniin diri buat gendong mereka, sampe gue temuin rumah kosong di ujung jalan, gue cari penghuninya ternyata gaada. Yaudah gue cari bibi yang bisa urusin mereka.

Jadilah sekarang. Mereka yang ditinggalin disini, adalah mereka yang ditemuiin saat umur di bawah 4 tahun. Diaatas itu gaada.

Gue seneng saat itu. Gue bahagia banget bisa liat pertumbuhan mereka satu persatu sampai gede. Gue sampe ga bisa deskripsiin apa yang gue rasain saat gue temuin, sampai saat gue liat mereka bertumbuh dengan baik.

Sekarang gue udah temuin pemilik rumah itu, dan katanya dia iklas kalau rumahnya dibuat kayak gitu daripada ga keurus. Di juga kasih sertifikat tanahnya ke gue. Dan masih gue simpan dengan aman.

Rumah ini udah disulap jadi rumah yang indah, banyak bunga yang ditanam, cat warna warni, kerajinan anak anak.

"Kak, sini Bara punya bintang di kamar" tunjuknya, gue mengikiti dari belakang.

"Taraaa" gue liat wajahnya sangat berseri-seri, berparas tampan, dan berkulit putih mulus. Pasti nyesel orang yang buang anak ini.

"Wahhh, ini yang buat Bara?"

"Iya sama Stella, sama Starla. Gimana?"

"Bagus, Starla kemana? Daritadi kakak galiat."tanya gue.

"Emm Starla lagi ngambek abis dijailin sama Bara sama lainnya" jujurnya.

"Sini deh, bintang yang di tengah itu punya kak Riel, yang diatas punya Bara, yang dibawah sebelah kiri punya Stella, yang bawah sebelah kanan punya Starla." Wow. 1 kata yang cocok mendeskripsikannya sekarang.

"Kenapa begitu?" Tanya gue sambil memandang ke arah Bara.

"Karena kakak yang jadi pokok dari kita semua, kakak yang rawat Bara, Stella, Starla dan anak lainnya. Bara diatas karena Bara laki, Bara bakalan lindungi kak Riel, Starla, Stella. Bara bakalan jadi orang paling depan kalo Kakak dan adekku disakitin orang. Stella dan Starla ada dibawah, karena mereka selalu menopang Bara, mereka ada saat Bara lagi sakit maupun jatuh." Gue tercengang mendengar penjelasannya.

Gue ganyangka anak sekecil Bara yang biasanya hanya berlarian ke sana kemari bisa berpikir seperti ini.

Gue bersyukur bisa kenal mereka.

Kaca dimata gue mulai pecah dan airnya turun satu persatu, gue tersenyum.

"Bara sayang banget sama kakak, Bara gabakal tinggalin kakak"

"Iya sayang, kaka juga sayang Bara"
Gue menyamakan tinggi dengan berjongkok di depan Bara dan langsung menerjangnya dengan pelukan terhangat.

"Aaa kakak Stella mau dipeluk juga" ucap Stella sambil berlari ke arah gue.

"Sini" Stella langsung memeluk gue.

"Eh cari Starla yuk, Bara belom minta maaf kan?" Bara menggeleng. Mereka tarik tangan gue.

"Itu Starla lagi duduk" tunjuk Stella.

"Starla" panggil gue.

"Kak Riellll!" Ia berlari sekenceng mungkin buat mendekat ke arah gue.

"Starla kangen"

"Sama"

"Kenapa Starla sendiri disini?"

"Starla lagi ngambek sama Bara."

"Jangan dong, Starla gaboleh ngambek sama Bara, Starla kan adeknya Bara. Bara minta maap deh" mohon Bara.

"Sayang Bara" ucap Starla.

"Kak pelukan sama Stella yuk" gue terkekeh mendengar celetukan polos Stella.

"Sini kaka peluk semua"

Gue dulu ketemu Starla di sawah, gue gatau siapa yang taruh disitu. Dan ada tulisannya "i love you" gue masih simpen kertasnya dan udah gue kasih ke Starla.

Mereka sengaja gue kasih nama yang memiliki arti sama, yaitu Bintang. Aldebaran, Stella, dan Starla. Karena saat itu gue yakin, mereka akan bertumbuh dengan sangat baik dan menjadi bintang untuk dunia gelap ini. Gue yakin mereka dapat memancarkan terang itu kepada teman temannya.

"Semuanya kakak pulang dulu yah, nanti kakak ke sini lagi. Babay"
"Bi, Riel pulang dulu, kapan kapan balik kesini"

"Iya kakak"

"Iya non"

"Kak Riel, Starla sayang kakak"

"Ati-ati jan lupa janjinya sma Bara"

"Babayyy kak Riel"

Gue tersenyum. Perlahan gue melangkahkan kaki menjauh dari sana. Gue liat sekarang masih pukul 13.00. Masih terlalu singkat buat alasan.

Gue putuskan buat duduk bersantai di taman depan alun-alun kota. Rumah gue tinggal beberapa meter lagi. Tapi gue males. Dan berakhir disini.

Bersambung...

Vagriel : This Is Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang