22

475 27 0
                                    

Gue memasuki cafe Lanaz, cafe terbesar di kota ini, di negara ini dan di Asia Tenggara.

Walaupun makanan disini memiliki harga yang extraordinary, namun gue rasa seimbang lah sama cita rasa yang disajikan.

Ini cafe favorit gue. Tanya dapet uang dari mana? Gue kerja, inget! Gue bukan dapet dari ngemis di jalan atau minta om om seperti yang Lyodra bilang.

Gue melirik jam yang ada dipergelangan tangan gue. Jam 12 lebih 10 menit.

Lanor sudah terlihat duduk di pojok cafe dengan sofa empuk yang di desain se elegan mungkin.

"Wehhh" panggil gue.

"Udah dateng lo?" Tanyannya.

"Hem, udah pesen?"

"Belom lah, yang nraktir aja belom dateng, kalo gue kena tipu an lo gimana?" Jawabnya santai.

"Engga lah. Cepet pesen aja" perintah gue.

Gue mengangkat tangan kiri gue berniat memanggil salah satu pelayan.

"Mau apa mbak?" Tanya sang pelayan dengan nada ketus. Wah minta di pecat ini bocah. Waha belagak bos gue.

"Em saya mau chocolate cake aja" gue menjawab dengan nada jail.

"Iya" jawab pelayan.

"Eh ga deh mbak, saya cheese cake aja" ucap gue kedua kalinya.

"Iya"

"Emm no no, saya strawberry cake aja deh"

"Mbak yang bener dong! Saya sibuk, emang mbak aja yang mau dilayani hah. Lagian situ buluk amat, ga salah tempat mbak?!" Ucap di pelayan nyolot dihadapan gue.

"Bodo amat dong, katanya kan pembeli adalah raja, dan raja harus dilayani dong. Kok mbaknya malah nyolot sih." Balas gue.

Lanor ingin berbicara namun gue menahannya. "Biar gue aja, lo diem"

Byurr...

"Kenapa ga terima Anda? Miskin aja belagu" ejek sang pelayan ke gue. Gue hanya membalas dengan senyuman miring.

Brak... Pyar... Plukk...

Gue menghentakan meja dan melempar satu piring kaca yang mungkin harganya 1.000.000 dan tak lupa cheese cake milik orang yang ada disamping gue sudah berada di muka sang pelayan.

"LO!! EMANG LO YANG MAU BAYAR INI SEMUA HA?" Teriak pelayan itu dihadapan gue. Gila. Teriak aja bau mulutnya kayak tikus gosong.

"Gue lah"

Gue menelpon Kak Sia sedangkan dia sibuk membersihkan mukanya. Orang orang disan pun ada yang memotret atau malah ada yang ketawa.

"Kak bisa ke Cafe Lanaz deket sekolah ga?" Ucap gue to the point.

"Kenapa?"

"Ini ada pelayan belagu, Riel disiram sama juice ini kak. Cepet. Bawain baju juga yah."

"Okok, otw sekarang"

"Thank you" gue menutup telpon terlebih dahulu.

Tak butuh lama, Kak Sia dateng dan langsung menghampiri gue.

"Kenapa dek?" Tanya kak Sia.

Gue ngelirik ke pelayan itu, dia tampak menunduk ketakutan tak berani menatap Kak Sia.

"Tauh, tanya aja sama pelayan kakak tuh." Jawab gue.

"Kenapa? Jelaskan pada saya!" Ucap Kak Sia dengan nada tegas.

"Mmm...maaf buk, tadi saya nyiram mbak ini karena saya kira dia hanya main main saja. Maaf buk jangan pecat saya.." jawabnya memohon sambil memegang kaki Kak Sia.

"Gak, kamu pergi sana. Kamu saya pecat" Kak Sia menunjuk pintu utama.

"Buk tolong, jangn yah. Bapak saya lagi sakit buk, saya gabisa cari kerjaan lain. Maaf, yah mbak maaf. Saya bakal tanggung jawab kok." Ucap pelayan tadi memandang ke gue.

"Kak Sia, udah jangan dipecat. Kasih kesempatan aja dulu." Ucap gue tak tega, gue tau rasanya ditinggal papa gue. Dan gue gamau orang lain yang masih punya papa harus berupaya keras.

"Baiklah, kamu tidak saya pecat. Tadi sebagai gantinya, saya potong gaji kamu 30% bulan ini." Adil kan Kak Sia.

"Baik buk. Mbak terima kasih ya mbak. Saya minta maaf ya mbak" ucap pelayan tadi kedua kalinya dengan mata yang memerah dan kantung mata yang semakin membesar.

Gue mengangguk menatap pelayan itu.

"Nih, pake buat bapak kamu" gue memberikan seamplop uang yang kira kira 10 juta an.

Kenapa gue bisa bawa? Bukan gue sih tapi Kak Sia, uang Kak Sia uang gue juga kan?

"Ga usah mbak" tolaknya, kali ini dengan sopan.

"Saya ga ngasih kamu, saya ngasih buat bapak kamu." Ulang gue.

"Udah ini bawa aja yah" gue menaruh seamplop uang tadi ditangannya.

"Lanor, ayok pulang. Mama gue ntar nyariin weh" ajak gue mepada Lanor yang masih duduk terdiam di sofa tadi.

"Eh iya"

"Kak Sia, Riel balik yah." Pamit gue.

"Iya, ati ati dek"

"Kak, Gue balik juga" giliran Lanor yang berpamitan ke Kak Sia.

Gue berjalan beriringan ke Lanor. Sekarang gue juga akan menjadi Riek yang percaya diri, bukan Riel yang suka sembunyi.

"Btewe, lo dapet darimana uang sebanyak itu?" Tanya Lanor setibanya di dalam mobil.

"Oh itu, dibilang gue kerja jugak. Lo sih ga percaya amat sama gue."

"Masak? Kerja dimana?"

"Yaya kerja. Lo gaperlu tau."

"Jahad lo"

"Ada saatnya lo bakal tau semua tentang gue." Sarkas gue.

"Oke gue bakal tunggu saat itu"

.......

Bersambung..

Please bantu gue.

Vote and coment yahh...

Vagriel : This Is Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang