24

464 32 0
                                    

Day 1

Hari pertama di minggu ini. Gue uadah ga ke sekolah, tapi ke apartemen Kak Sia. Gue bakal nginep disana selama 2 minggu tanpa keluar keluar.

"Jadi gimana nih? Kira-kira Riel harus ngapain dulu?" Tanya gue.

"Gimana kalo kita ngurusin badan kamu dulu sampe 60 atau 65 kilo aja. Menurut kakak, berat sekisar itu bagus karena kamu tinggi sih. Terus selagi kamu ngurusin badan, kita juga coba make over muka, kulit kamu."
Kak Sia mencerocos panjang lebar, sambil memainkan laptopnya

"Kak, sebenernya nih ya. Riel kasih tau, kalo kulit Riel sebenernya putih. Nih" gue menghapus sedikit bedak hitam yang gue pakai di seluruh tubuh gue.

Kak Sia dengan gercep menaruh laptopnya dan memalingkan wajahnya ke arah gue.
"Wah gila, ini ga putih lagi tapi bening woyy"

"Yayadong Riel gitu" pd gue.

"Yaudah gampang dong. Tapi ngapain kamu gituin kulit kamu? Udah enak punya kulit putih eh malah di itemin. Gatau bersyukur emang lo" omel Kak Sia.

"Bukannya ga bersyukur, tapi ya gue gamau aja jadi perhatian."

"Ck. Dazar si bambank"

"Kita mulai sekarang aja deh, ayok kamu ganti baju sana. Kita OLAHRAGAAAA" Kak Sia bangun dari duduknya.

"Males"

"Gak gada males malesan cepet."

Gue ganti baju di kamar. Saat ini gue memakai baju kaos+hot pants. Gue harus mempersiapkan diri gue.

"Yok"

"Duduk di bawah dek, sit up 30 kali." Kak Sia menduduki ujung kaki gue dan mengitung sit up yang gue dapet.

"Hwaa, kurang 1" gue menarik napas dalam dalam.

"CAPEKKK" teriak gue.

"Ya iyalah. Yok mangat"

"Sekarang apa?" Tanya gue berharap hanya sedikit lgi.

"Em, push up 20 kali, angkat barbel itu 10 kali, squad jump 30 kali, lari di tempat 30 menit, jalan jongkok 10 kali pp, pull up di bawah nanti 20 kali"
Ia menunjuk barbel gede yang memiliki berat 10 kg.

"Hah? Banyak banget" gue menganga menanggapi apa yang diucapkan Kak Sia.

"Tenang, kakak bantu kok"

Bantu, bantu, bantu. Bantu ngapain coba. Orang gue yang Olahraga. Kak Dia mah kayak wasitnya aja.

Gue menyelesaikan satu persatu yang disebutkan kak Sia. Tentunya dengan sangat berat.

"Huwaaaa capek" rengek gue sambil mengalungkan tangan ke bahunya

"Ih, bau kamu dek. Sana pendinginan dulu, setelah itu baru mandi"

"Iya iya"

Gue melihat cermin yang berukuran lumayan besar yang memantulkan diri gue. Gue rasa si berat badan gue emang sedikit berkurang. Gue harus rajin nih.

Setelah dirasa keringat sudah turun, gue mengambil handuk di jemuran lalu membawanya ke kamar mandi.

"Kak, makan yok" ajak gue.

"Kakak udah buat makan malamnya. Tara" segala macam sayur terpampamg nyata di meja berukuran 1 × 1 meter ini.

"Kakak kira Riel ini sapi apa? Kyak padang rumput aja ni meja"

"Enak aja, enak tau. Chef Sia kalao masak gaada duanya. Coba aja kalo ga percaya." Tantangnya.

Gue mengambil sedikit sayur kangkung yang telah di masak seperti opor. "Waw, enak. Berasa makan daging ini"

Rasanya ternyata enam banget guys. Bayangin aja kalian lagi makan daging, tapi ga punya uang jadi makan sayur kayak daging.
Tapi sumpil dah yang ini beda banget. Rasanya juga ga kalah sama restoran kota.

"Chefnya siapa dulu?" Ucapnya membanggakan diri.

"Ya udah sih."

"Eh dek, abis ini kamu maskeran yah. Itu biar jerawat kamu ilang. Sekalian rambutnya diwarna sedikit yak" ujarnya.

"Warna apa?"

"Coklat aja, cocok sama kulitmu"

Gue mengangguk.

"Kak, gue sebenernya 2 minggu lagi bakal jadi perwakilan guru diacara pemilihan Putra Putri Sekolah. Dan gue pengen buka semuanya disitu. Gue pengen ngasih surprise ke semuanya."

"Bagus, kamu udah bilangkan kalo 2 minggu ini kamu ga masuk dulu?"

"Udah."

"Udah saatnya semua tau tentang kamu, tunjukin ke mereka kalo kamu gak kalah hebat. Tapi tetep inget, bukan hanya karena kehebatan kamu aja, kamu bisa kayak gini"

"Siyap ibuk Sia"

"Tak tampol loh ya kamu" Dia mengangkat tangan kanannya.

"Gamau"

Tok tok tok..

"Siapa kak?" Tanya gue.

"Bang Alan" jawabnya pelan.

"Waduh, Riel ke kamar aja. Jangan bolehin bang Alan masuk. Suruh pulang aja."

"Iya. Lagian ngapain sih udah malem pakek kesini"

"Kenapa kesini?" Tanya Kak Sia dengan santai.

"Kangen kamu" astagaa, jijik gue dengernya.

"Apasih, sana ah kamu pulang aja. Gaenak diliat samping samping."

"Yaudah ayok masuk"

"Gak. Gak boleh. Ada hal yang ga boleh kamu liat. Lagi berantakan banget soalnya." Elak Kak Sia

"Gapapa sayang"

"Enggak a, sana pulang. Oh ya dalam 2 minggu ke depan. Aku ke Singapur, jadi jangan kesini yah. Nanti kamu ketipu"

"Okok, aku pulang. Bay sayang. Telfon aku yah"

"Iya"

Gue mendengar pembicaraan mereka dari kamar. Setelah gue ras Bang Alan pulang. Gue keluar dari tempat persembunyian.

"Kak Sia. Bang Alan ternyata manja ya. Riel Jijik dengernya." Ucap gue jujur.

"Hahaha, kamu kakak bilangin Bang Alan ah"

"Jangan. Nanti ga dibeliin es krim lagi. Bang Alan suka ngancam sih" ucap gue.

"Haha, okok. Udah malem kamu tidur sana. Siapkan mental badan kamu. Besok pagi kita renang dulu di ruang khusus"

"Wokeh. Good night kakaknya Riel tersyayang"

Gue masuk ke kamar. Dan membereskan buku buku gue yang berserakan lalu menaruhnya ke temlat yang aman dan baik.

Gue membuka salah satu buku harian gue, yang sudah beberapa hari ini gak gue buka.

Terkadang kebahagiaan sama kesedihan berpapasan namun tidak selalu bersama.

Bersambung...

Vote comentnya gaboleh lupa.

Hargain ceritanya...

Vagriel : This Is Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang