"Heyy!" Suara mengagetkan itu datang dari belakang gue.
"Gausah ngagetin.."
"Maap"
"Wah ada Gray Groy disini. Ini siapa?" Ucapnya bertanya ke gue.
"Dia adek adek gue. Starla, Stella, Aldebaran"
"Ohhh, hai. Panggil kakak Abang Lanor yah" ucapnya ramah.
"Iya"
"Duduk Nor" pinta gue.
"Groy kangen sama Abang" suara Groy mengisi keheningan.
"Uu kangen yah, sini sama Abang. Untuk Starla, Stella dan Aldebaran jangan canggung sama Abang yah. Biasa aja. Bisa?" Mereka menjawab dengan anggukan.
"Btw, nama kalian itu artinya sama ya? Bintang? Bagus banget" tanyanya iseng.
"Iya, kak Riel yang kasih nama kita. Katanya kak Riel, Bintang itu artinya bagus banget. Bintang ga pernah ninggalin bulan dan bintang ga pernah mengeluh kalo lagi sama bulan. Starla suka namanya" jelas Starla.
"Kak Riel bilang, kita ibarat bintang dan kak Riel bagai bulannya. Jadi Bara, Stella dan Starla ga boleh ninggalin kak Riel" Bara menyambung ucapan Starla.
"Jadi kita sayang banget sama kak Riel" pekik Stella.
"Kak Riel baik yah" celetuk Groy polos.
"Makasihhh yah"
"Lo emang perfect El. Ga heran kalo lo bisa sukses kayak gini. Lo hebat pokoknya. Gue ngefans sama lo deh kayaknya" canda Lanor.
"Ih gausah ngefans"
"Ngefans tuh apa?" Suara polos keluar dari mulut Gray.
"Emm apa yah. Ngefans itu kayak Gray kagum sama Groy karena Groy itu hebat banget gitu loh. Paham?" Lanor menjelaskan sesabar mungkin.
"Ohh kagum"
"Kagum itu berarti suka kan?" Ganti Stella dengan suara imutnya.
Gue diam.
"Eh makanannya datang. Kita makan yah. Terus kakak anter Starla, Stella, Bara pulang dulu. Baru nganter Gray sama Groy" putus gue pada akhirnya.
"Iya kak"
Mereka melahap makanannya dengan semangat. Mata yang tampak bahagia menyatakan mereka sangat sangat bahagia sekarang.
Gue bersyukur bisa ketemu mereka. Gue bisa jadi sosok lembut sekaligus sosok kejam yang tak kan tertandingi oleh siapapun.
Itu gue. Tak ada yang menandingi gue. Atau siap siap menderita di tangan gue.
"Babay" gue melambaikan tangan setelah Starla, Stella, Bara masuk ke dalam rumah.
"Dahhh"
Gue kembali mengendarai mobil di jalan Raya. Lalu gue putuskan untuk menelpon Bang Ziel.
"Halo bang"
"Iya?"
"Dianter kemana ini Gray sama Groy?"
"Abang udah di rumah kamu kesini yah! Abang shareloc"
"Otw bang"
Gue melajukan mobil dengan kecepatan rata rata. Karena gue sadar gue bawa anak kecil. Yang sedang tertidur pula.
Butuh 1 jam sampe ke rumah Bang Ziel. Ternyata dekat dengan rumah gue yang sekarang.
"Bang. Itu Gray sama Groy lagi tidur di dalam."
Gue menunjuk mobil yang terparkir di depan rumahnya. Sedangkan gue di depan pintu.Yah karena gue bisa gendong mereka berdua.
"Mana?" Bang Ziel berjalan ke arah mobil.
Setelah berhasil di gendong. Gue langsung berpamitan dan menuju pulang ke rumah karena sekarang jam 6.00. Gue harus pulang.
Sampe rumah..
"Baru pulang nak?" Tanya mama.
"Iya tadi abis jalan sama Gray Groy"
"Ohh suka kayaknya mereka sama kamu" ucapnya.
"Hehe lucu sih"
"Nikah sana. Mama pengen liat kamu nikah sebelum mama dipanggil Tuhan." Kenapa mama tiba tiba bilang gini? Gue shock.
"Kenapa bilang gitu ma?"
"Enggak. Mama cuma ngerasa aja."
Gue memeluk mama erat. Gue gamau kembali kehilangan. Sakit rasanya.
"Kamu tidur sana. Capek kan?" Suruh mama.
"Iya. Tapi mama gausah pikirin hal yang tadi"
"Iya"
"Janji dulu sama Riel" gue menunjukkan kelingking.
"Iya janji"
Bersambung...
Vote coment yahh
KAMU SEDANG MEMBACA
Vagriel : This Is Me (Complete)
Fiksi RemajaIni semua tentang gue. Lo gak suka? Silahkan minggir Lo benci? Silahkan pergi. Lo ga nyaman? Silahkan cari. Ini semua tentang GUE, Vagriel Elenaz Gutawa Terima kasih buat kalian yang udah buat gue jatuh dan hampir tak berdaya, tanpa gue duga, be...