14

503 31 0
                                    

"Hallo" ucap seseorang di seberang sana dengan suara berat yang gue yakin suara khas bangun tidur.

"Ini Vier kak!!" Sekarang ganti suara anak kecil yang dominasi.

"Iya kenapa Vier kok telpon kaka?"

"Kangennn"

"Haha" suara gue tertawa garing.

"Kakak, Vier mau nagih janji, kapan nginep disini!" Tagihnya. Gue aja lupa itu janji.

"Iya, kakak ga lupa. Em kapan yahh" sahut gue sambil pura pura mikir.

"Sekarang dong!!!"

"Emang Vier udah ijin ke Maminya Vier? Kalo ga diijinin ya kakak gamau kesana" ucap gue.

"Bentarrrr"

"Halo, lo serius mau nepati janji Vier?" Kali ini Lanor yang berbicara, sedangkan Vier mungkin berlari mencari sang mami.

"Iyalah, masak gue ngomong doang"
Jawab gue sok.

"Bang, siniin telponnya, Vier mau ngomong" mohonnya yang masih bisa gue denger ditelpon

"Halo" Vier membuka suara.

"Iya, gimana?"

"Mami bolehin, kakak kesini sekarang yah!!" Ucapnya setelah berjuang meminta ijin.

"Iya, 30 menit lagi" putus gue.

"Gue jemput yah" ucap Lanor

"Ga, gue naik taksi, chat alamat rumah lo" tolak gue. Sambil mengemas barang yang akan gue bawa. Mungkin 2 pasang baju, 1 celana dan dalaman.

"Yoi"

Panggilan tersebut telah terputus. Gue segera bangun dan membawa tas ransel gue keluar, meminta ijin mama.

Oh iya mama gue udah sehat, cuma kadang kadang kumat aja penyakitnya tapi ga sesering dulu jadinya gue agak tenang lah. .

"Maa, Riel mau nginep di rumah temennya Riel, boleh? Cuma 1 malam kok" ucap gue.

"Iya ati ati loh"

Gue mengangguk dan berjalan keluar rumah.  Gue celingak-celinguk mencari taksi. Tak ada satupun yang lewat.

"Neng" ucap bapak bapak yang pernah gue liat.

"Eh bapak" balas gue tersenyum.

"Neng mau kemana, bareng bapak yuk, bapak sama anak bapak juga"

"Boleh?" Tanya gue karena merasa gaenak aj.

"Tentu saja, saya masih ga percaya bisa kenal sama neng Riel" Mungkin dia tahu nama gue melalui kartu nama yang gue kasih pas di dufan. Yah bomat lah.

Gue melangkah mengikuti langkah kaki si bapak, kalo ga salah si pak Sugiono bukan sih namanya. Gue lupa aslii.

"Masuk Neng" ucap sang bapak membukakan pintunya untuk gue.

Setelah masuk gue liat cewek berambut panjang duduk di depan sebelah pak Sugiono.

"Dek" panggil gue.

Seseorang yang gue panggil adek itu menoleh, dan gue kaget ternyataaa

"Loh kamu, kamu yang waktu itu kakak tolongin kan, sama yang ketemu pas di rumah sakit?" Tanya gue menderet.

"Iya kak, makasih banget, aku gak akan berenti berterima kasih sama kakak, kalo gaada kakak mungkin aku udah diapa apain mereka" hati gue tersentuh, gue ga nyangka apa yang gue lakuin bisa membawa pengaruh besar untuk dia. Apalagi dia masih polos lugu.

"Loh nak, kamu kenal neng ini?" Tanya pak sugiono ke anaknya.

"Iya pak, Lyra kenal kakaknya, waktu itu Lyra lagi jalan pulang, terus Lyra diseret ke gang kecil pinggir rumah, baju Lyra di sobek sobek, lalu datang Kak Riel buat nolong Lyra" jelasnya sambil matanya berkaca kaca.

"Astaga, benar nak kamu mau diperkosa?"
Dia mengangguk.

"Kenapa ga bilang bapak?"

"Lyra takut"

Bapaknya hanya menggeleng geleng saja.

"Aduh Neng, saya makasih juga telah menolong Lyra"

"Iya pak" balas gue menerima ucapan terima kasihnya.

"Oh ya kak, namaku Lyra, waktu itu kakak belom tau namaku tapai aku tahu naama kakak, padahal udah ketemu 2 kali" ucapnya memperkenalkan dirinya.

"Iya"
"Lyra, katanya kamu dibully ya disekolah?" Ucap gue ketika mengingat cerita pak Sugiono waktu itu.

"Iy kak"

"Kamu kalao di bully jangan diam yah. Ketika kamu diam, kamu akan dianggap lemah. Kamu harus berani bangkit. Jangan mau diinjek injek mereka. Kamu malu punya bapak supir taksi?" Tanya gue yang membuat pak Sugiono yang tadinya fokus menyetir langsung menoleh.

Dia menggeleng, "Engga kok"

"Bagus, apapun pekerjaan bapak kamu, kamu ga boleh malu, karena ketika pekerjaan itu baik maka akan membawa berkat, bukan hanya buat kamu ataupun bapak, tapi termasuk orang orang yang naik taksi bapak,termasuk saya juga" ucap gue menasehatinya panjang lebar.

"Iya kak, waktu itu aku sempet malu sama bapak, maaf ya pak" Lyra memeluk sang bapak yang sedang menyopir. Pak Sugiono hanya mengelus kepala Lyra.

Gue juga keinget papa yang gaada kabar sejak pergi. Gue kangen papa.
Gue selalu berdoa supaya Tuhan cepet ngembaliin papa ke pelukan gue. Sampe sekarang gue ga pernah berhubungan atau telpon bahkan smsan.

Gue hanya bisa berdoa. Benarkan?

Bersambung...

Kalo kalian punya masalah, serahin aja dalam doa. Pasti lega.

Kasih ⭐

Vagriel : This Is Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang