30

484 27 0
                                    

Setelah diantar Lanor sampai depan gang, gue mulai melangkahkan kaki gue berjalan ke arah kontrakan gue.

Gue berniat mengajak mama untuk tinggal di rumah yang gue beli. Karna semua pasti udah tau.

Gue sekarang aja pake topi supaya ga dikenalin orang.

Banyak kerumunan di depan kontrakan gue, gue berlari ke arahnya.

Kepo banget.

"Mama!!"

Mama gue terbaring lemas dikursi sofa. Dengan tangan yang sedikit luka.

"Pak ini mama saya kenapa?"

"Mama kamu tadi mengamuk, saya tidak tahu kenapa. Setelah berbicara dengan seorang wanita asing, mama kamu mulai ngamuk dan melukai dirinya. Lalu pingsan." Gue mendengar penjelasan si bapak dengan seksama.

Wanita asing?? Siapa? 

Gue mengambil hp gue di tas dengan segera.

"Hallo, periksa siapa yang habis bicara sama mama saya jam 7.00 an"

"Siap"

"10 menit dari sekarang"

"Baik"

"Terima kasih ya semua untuk bantuannya" ucap gue kepada semua warga yang udah bantu mama gue.

"Sama sama"

Rumah gue sepi, sekarang hanya ada gue dan mama.

Raut muka mama sangat jelas menunjukkan kekhawatiran yang mendalam.

"Halo" gue mengangkat telpon yang sedari tadi berdering.

"Miss, yang berbicara dengan mama Anda adalah Nyonya Croel. Mereka membicarakan tentang Anda yang dulu sangat lemah dan mencoba menakut nakuti mama Anda dengan percobaan bunuh diri." Jelas seseorang di telepon.

"Baik. Thx" gue menutup teleponnya.

Kak Sia dan Bang Alan kemudian berbondong bondong datang. Gue gatau kenapa mereka tau. Padahal gue gabilang atau ga telpon.

"Dek, kenapa??" Kaka Sia khawatir.

"Nyonya Croel datang lalu berbicara dg hal hal yang lama dan mencoba menakut nakuti mama"

"Ck, gada kapok kapoknya" Bang Alan berbicara.

"Ekhem, Halo. Bawakan Nyonya Croel untuk saya. Setelah ditemukan, telepon saya. Jangan diapa apakan." Ide cemerlang muncul di pikiran gue. Yah, lebih baik begitu. Gaada salahnya kan diberi sedikit hadiah kecil? Lagian ga akan mati.

"Bawa ke Rumah Sakit sja yuk, kok dari tadi mama kamu ga bangun bngun. Abang ga bisa cek, karena gada alatnya." Ucap Bang Alan.

"Yaudah iya"

Bang Alan menggendong mama menuju mobil, disusul gue dan Kak Sia.

Tak butuh waktu lama, gue sampai di Rumah Sakit, mama langsung dibawa ke ruang vvip untuk penanganan kembali. Sedangkan gue menunggu telepon seseorang.

Tiba tiba ada sms dari nomor yang ga dikenal.

081243789***
Lo dimana?

Siapa?

Gue Lanor.

Oh. Rs Lanaz

Gue otw.

"Iya? Tahan 24 jam tanpa minum atau makan. Beri sedikit pelajaran namun jangan disentuh. Tau apa yang saya maksud?" Ucap gue di telepon yang menguhubungkan gue dengaan seseorang.

"Ya, besok saya kesana." Putus gue.

"Lo mau kemana lagi?" Gue membalikkan badan ternyata ... Lanor.

"Ke rumah temen."

"Oh"

"Ngapain lo kesini? Ga capek?" Tanya gue.

"Engga. Mama lo udah sadar?"

"Belom"

"Makan dulu mau ga?" Ajak Lanor dengan muka lemas tak bertenaga.

"Boleh, gue laper"

Setelah ijin Kak Sia, gue pergi keluar untuk mencari angin dan makan.

Angin menampar gue berulangkali namun anehnya tak terasa sakit sedikit pun. Apakah angin itu ajaib? Atau gue yang mati rasa?

"Disitu mau?" Tunjuk Lanor ke sebuah gubuk kecil di taman. Ia membuyarkan pikiran gue.

Gue mengangguk "ayo"

"Gapapa?"

"Gapapalah"

"Bang, soto 1 gapakek kubis, lo apa?" Tanya Lanor.

"Samain, minum es teh"

"Soto 2 gapakek kubis sama 2 es teh" ucapnya kepada tukang soto.

"Es teh manis?" Tanya abang soto.

"Iya"

Soto. Tampak sederhana namun sangat waw. Rasa yang menurut gue aneh namun unik. Huh menggoda selera banget.

"Enak?"

Gue mengangguk menanggapi Lanor.

"Nor, habis ini lo pulang aja. Udah malem. Ga usah mbolos lagi besok, ijinin gue ke pak bambang yahhh" ucap gue di trotoar sambil berjalan ke arah rumah sakit.

"Yaudah iya. Bilangnya ijin? Arau sakit?"

"Ijinlah bambang!!"

"Wah wah, gue rekam nih. Besok gue kasih ke pak bambang" ia menjulurkan lidahnya.

"Lanor bangkee, jangan aaa." Gue mengejar Lanor yang jauh di depan gue.

"Capek weyy" sungut gue.

Legaaa banget. Ketawa paling lepas setalah kepergian papa. Terima kasih Lanor.

"Naik" Lanor jongkok dihadapan gue.

"Kuat?"

"Dulu aja kuat, apalagi sekarang yang setipis kertas" ejeknya

"Awas lo"

Gue naik ke punggung Lanor, tangan gue merangkul leher Lanor sebagai pegangan. Kaki gue dikempit tangan Lanor.

"Gue suka liat ketawa lo, lepas banget kayaknya" ucap Lanor tiba tiba.

Gue menyenderkan kepala gue di bahu Lanor.

"Hooh, makasih Nor. Gue pinjem bahunya" ucap gue meminta ijin.

"Iya"

Bersambung...

Aww so sweet awww.

Vote and coment nya ya bambangg


Vagriel : This Is Me (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang