Malam nya, Chaeyoung tak bisa tidur. Ia menatap jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, Ucapan Wendy terus terngiang di telinganya.
Bahkan malan ini Chaeyoung merasa sedih karena ia yakini kesehatannya terus menurun. Ia ingin sembuh sangat namun apakah tuhan mengizinkannya? Dilihat dari kesehatan yang terus menurun sepertinya tuhan tidak mengizinkan Chaeyoung tinggal lebih lama.
Sepertinya tuhan lebih menyayanginya dan seolah olah hanya memberikan sedikit waktu untuknya berada di sekitar orang orang yang ia sayangi.
Apapun keputusannya Chaeyoung akan menerimanya dengan ikhlas, lagi pula ia yakin kalau tuhan akan selalu memberikan jalan yang terbaik.
Cklek..
Chaeyoung menoleh dan mendapati Jisoo yang masuk kedalam kamarnya. Sepertinya bukan hanya Chaeyoung yang tak bisa tidur malam ini.
"Kenapa belum tidur hm?" tanya Jisoo yang berdiri di samping Chaeyoung.
"Aku tidak bisa tidur unnie" ucap Chaeyoung yang diangguki dari Jisoo.
"Kajja" ucap Jisoo mengenggam tangan Chaeyoung lalu membawa Chaeyoung keatas ranjang.
Chaeyoung mengikuti Rose lalu membaringkan tubuhnya, dilihatnya Jisoo yang ikut berbaring dan menatapnya dalam.
"Kenapa kau tidak bisa tidur?" tanya Jisoo lembut.
"E-Entahlah unnie" ucap Chaeyoung.
Lagi-lagi ia tak mau Jisoo ataupun keluarganya khawatir. Sungguh. Jisoo tersenyum mendengar ucapan Chaeyoung.
Adiknya berbohong, Jisoo tahu itu. Jisoo memeluk Chaeyoung dan menatap lekat mata Chaeyoung yang membuat si empu mengalihkan pandangannya.
"Katakan lah Chaeng, bukan kah kau sudah berjanji eoh?"Ucap Jisoo dengan nada sedihnya.
Chaeyoung akhirnya menatap Jisoo dan menghela nafas panjang. Ia menatap lekat dan meneliti wajah Jisoo. Entahlah ia merasa akan merindukan wajah dan tatapan meneduhkan Jisoo.
"Aku.. Aku hanya berpikir apa aku bisa sembuh atau sebaliknya.." lirih Chaeyoung dengan mata yang masih menatap Jisoo lekat.
"Unnie, aku merasa tuhan tak mengizinkan ku tinggal lebih lama. Sungguh.. Aku sudah ikhlas jika suatu saat nanti aku tidak bisa bertahan dan pergi meninggalkan kalian karena kanker ini" ucap Chaeyoung lirih namun masih dapat di dengar Jisoo.
Hati Jisoo perih mendengar ucapan adiknya. Rasa takut timbul di hatinya, ia tak akan pernah bisa menerima jika adiknya ini pergi meninggalkan dirinya untuk selamanya.
"Ke-Kenapa kau berpikir seperti itu hm?" tanya Jisoo dengan nada sedikit bergetar menahan tangis.
"Entahlah unnie, tapi bukankah kesehatan ku terus menurun? Aku sudah sangat lelah dengan penyakit ini"ucap Chaeyoung yang memeluk Jisoo erat.
Jisoo membalas pelukan adiknya erat, bahunya bergetar pertahanannya hancur, ia menangis. Jisoo tak sanggup mendengar ucapan Chaeyoung ia tak ingin kehilangan adiknya.
"Uljima-yo unnie.. mianhe" ucap Chaeyoung yang juga sedih dan sedijit menyesal karena telah membuat Jisoo menangis.
Sedih meratapi kehidupannya yang akan berjalan begitu singkat. Tapi Chaeyoung ikhlas jika memang itu takdirnya. Chaeyoung akan terus membahagiakan keluarganya selama ia bisa. Ia berjanji.
"Hiks.. Unnie mohon jangan berkata seperti itu, Kau akan sembuh unnie yakin itu. Kau harus semangat jangan patah semangat ne? Unnie, jennie dan Lisa disini jangan tinggalkan kami Unnie mohon hiks.. U-unnie mohon Chaeyoung-ah" Isak Jisoo yang membuat Chaeyoung semakin mengeratkan pelukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't go ✓
Fanfiction"Kau kuat.. Jangan tinggalkan unnie.." - Jennie "Maafkan unnie, unnie mohon kembalillah jangan pergi" -Jisoo "ku mohon tetap disisi ku, jangan pargi" -Lisa "Maafkan aku, selamat tinggal" -Chaeyoung Park Chaeyoung anak ketiga dari keluarga Park mengi...