1

658 31 0
                                    

Hari ini aku bekerja paruh waktu sebagai perawat, memang aku ngak sekolah perawat apa lagi punya ijazah atau sertifikat sebagai perawat tapi aku bisa dan karena hal di atas aku hanya bisa bekerja paruh waktu.

Pasienku ini adalah orang buta atau tunanetra tapi matanya melek alias kebuka cuma ngak bisa lihat dan pria yang jadi pasienku ini setengah bule jadi gantengnya bisa di samakan lah dengan hamish daud atau richard kyle.

"Sore pak, maaf saya telat ada tugas tambahan tadi di sekolah" ujarku saat aku ada di ruang musik pasienku

Fyi, pasienku ini penyuka musik klasik kayak opera dan jazz dan untungnya aku juga suka jadi mayan lah buat hiburan juga and btw nama pasienku ini dewa dan nama panjangnya agak ribet, biasa bule namanya bikin olahraga mulut.

"Iya, bikinin saya kopi dong sama bawain saya biskuit" ujar pak boss, aku memang sering memanggil pasienku ini dengan sebutan pak boss atau boss

"Iya pak boss" ujarku dan aku pergi ke dapur dan membuatkan kopi juga mengambil biskuit yang selalu di stock oleh bi marni yang merupakan pelayan di sini

Setelah siap aku membawanya ke ruang musik dan aku lihat pak boss sedang meraba koleksi lagunya dan aku meletakan nampan berisi kopi dan biskuit di meja

"Boss mau ganti lagu?" tanyaku dan dia menoleh ke arahku dan dia meraba angin di depannya dan dia terlihat ngak nyaman kayak frustasi  bin kesel gitu

Secepat flash aku menghampiri si boss dan menggengam tangannya dan dia meremas lenganku dan dia mengatur nafasnya

"Rileks boss i'm with you" bisikku dan dia meraba pipiku dan alisnya naik sebelah dan kenapa setiap cowok bisa kayak gitu dan cewek ngak? Atau mungkin aku doang kali ya?

"Ini kenapa?" tanya si boss

Sial

Bodo amat

Dia buta ini ngak bakal liat apa lagi tahu

"Apaan pak?" tanyaku

"Pipimu luka dan sepertinya luka baru dan masih berdarah..." dia meraba kedua pipiku dan aku menggigit bibir bawahku dan menahan air mataku " ini sayatan pisau" ujarnya dan aku menurunkan tangan si boss dari wajahku dan dia menghirup nafas dalam

Auto ketahuan nih, si boss ini punya penciuman tajam bahkan dia tahu kalo aku ganti parfum atau ganti sabun mandi

"Ini bukan tanggal periode kamu dan kamu benar-benar bau darah" ujarnya serius

"Ah si bapak sotoy nih sampe tanggal periode saya aja tahu" elakku dan dia menyentuh rambutku

Sumpah bossku ini pintar kelewat pintar dia itu peka banget dan mudah menghafal

"Kamu butuh dokter" ujarnya dan aku menghela nafas

"Pak itu minum kopinya dulu keburu dingin nanti comment" ujarku dan menatapku serius dan aku menatap matanya yang sebiru laut

Oceans eyes

Dia menekan bel yang ada di tembok berkali-kali dan dia semakin frustasi

"Pak udah dong kita duduk aja ya pak saya ngak apa-apa tadi saya cuma kecelakaan kecil doang" ujarku seraya menggiringnya duduk

"Ada apa tuan?" interupsi alfred, asisten pribadi si boss

"Panggil dokter cepetan dan bawa aya ke kamar saya" ujar si boss dan alfred langsung menarik tanganku ke kamar si boss

"Pak saya baik-baik aja" ujarku dan alfred menatapku

"Saya kan udah bilang pak dewa orangnya sensitive dan peka banget terhadap sesuatu" ujar alfred dan setibanya di kamar si boss aku duduk di kursi dekat balkon dan alfred telpon dokter

"Mana si aya?" tanya pak boss yang jalan sambil meraba dan alfred menununtun si boss ke aku

"Setelah dokter periksa kamu saya tunggu laporan polisi kamu" ujarnya si boss dan aku segera menggengam tangannya

"Pak, please jangan gink juga dong" ujarku dan dia melongarkan scarf yang aku pakai

"Permisi pasiennya yang mana?" interupsi dokter andrew

"Periksa dia dan kalo bisa lakukan visum" ujar pak boss dan di belakang si dokter aku lihat ada beberapa petugas kepolisian dan yang mencolok adalah kehadiran pak kombespol

Betapa besar pengaruhnya si pak boss sampe pak kombespol aja dateng, allahuakbar

Dokter andrew nyuruh akubuntuk baringan dan aku nurut dan dokter meriksa aku secara keseluruhan dan pemeriksaan di akhiri dengan helaan nafas berat si dokter

"Gimana" tanya boss dan aku menggelengkan kepalaku

"Ini bukan kecelakaan tapi penganiayaan" jelas si dokter dan pak kombespol menatapku

"Kami di sini akan melaporkan kasus ini tapi siapa pelakunya mba? Jelas ini bukan luka kekerasan bullying" ujar pak kombespol dan aku menggelengkan kepalaku

"Nona, anda harus melaporkannya ini kekerasan dan anda akan di lindungi" ujar alfred

Lalu aku duduk bersandar di kasur dan menatap mereka semua dan aku menceritakan semua kronologinya

OCEAN EYES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang