Aku memasak ayam extra pedes kesukaanku dan bi marni yang masak nasi dan aku tersenyum melihat ayamnya sudah mulai matang
"Masak apaan kamu?" tanya pak boss
"Ayam extra pedes" jawabku seraya menyajikan ayamnya di piring dan tiba-tiba si Pak boss memeluku
"Saya kangen sama kamu" ujar si boss dan aku cuma tersenyum
"Iya tahu kok" ujarku dan dia mendusel-dusel di leherku dan aku merasa geli dan aku terkikik
"Makannya pake nasi atau di gado aja?" tanya pak boss dan aku menepuk tangannya yang ada di perutku agar dia melepaskan pelukannya
"Terserah cuma enaknya pake nasi" ujarku sambil mengaduk nasi dan aku menyajikan untuk kami berdua karena hari ini bi marni cuma masuk setengah hari dan ini sudah siang juga
"Kamu jangan jauh-jauh saya masih kangen" ujar si pak boss dan aku tersenyum tipis
Bucin, batinku
"Makan yuk" ajakku dan kami berjalan ke meja makan dan alfred membantunya duduk
"Ayam sama nasinya masih ada di dapur, kalo laper makan aja" ujarku pada alfred dan dia menganggukan kepalanya dan pergi dari ruang makan
Pak boss meraba meja dan akue menyentuh punggung tanganya
"Cari apa?" tanyaku dan dia dengan cepat menggengam tanganku
"I think i lose you even just a while" ujarnya pelan dan aku tersenyum
"I'm here" ujarku dan kami mulai makan dan pak boss nambah ayamnya padahal dia ayamnya dada lho dan itu sizenya agak gede
Tapi, berarti boss suka sama ayamnya.
Selesai makan aku mencuci piring sedangkan Pak boss makan es krim vanilla chocochip di sofa
setelah selesai cuci piring aku menatap si boss yang masih makan es krim, kalo jodoh ngak bakal kemana. Pikirku
Tapi umur Kami benar-benar agegap, 16 tahun. Dan aku terlihat seperti gold digger ke boss padahal nyatanya ngak.
Apalagi sejak ayah di penjara dan mengakui kesalahannya aku tinggal di rumah pak boss, agar bi marni dan alfred bisa menjagaku dan aku hanya menurut saja karena jika aku tinggal sendiri malah membuatku teringat akan kekerasan ayah terhadapku.
Tiba-tiba alfred datang dan berdiri di sampingku dan menatap ke arah yang sama
"Pasti susah untuk mengakui atau sekedar menerimanya" ujarnya dan aku menghela nafas dan mengiyakan ucapannya
"Aku ngak mau Citra baik boss ternodai dengan hubungan kami" ujarku pelan dan alfred tersenyum
"Jika kamu pikir si boss akan takut dengan stigma masyarakat kamu juga harus ingat selama ini si boss sudah di judge dengan stigma masyarakat itu, dia sepertinya ngak masalah jika harus di hujat dengan stigma masyarakat soal hubungan kalian." ujar alfred dan dia pergi saja setelah mengatakannya
Kata-kata alfred terngiang-ngiang di kepalaku
"Di judge dengan stigma masyarakat, lagi" ulangku perlahan dan aku lihat si boss meraba tanganya saat akan meletakan mangkok es krim
Di judge dengan stigma masyarakat, maksudnya kebutaannya. Batinku
" boss" panggilku saat boss akan ke dapur yang otomatis melawatiku
"Apa" sahutnya
"Let's dating"