2.

40 5 0
                                    

Suara bentakan terdengar di sebuah rumah cukup mewah di sudut kota padat penduduk itu. Bukan hanya bentakan, juga disertai barang-barang yang melayang. Sudah seperti perang saja.

Dan suara bising itu terdengar di kamar seorang Gadis dengan mata bulat, kulit putih, bibir tibis peachnya dan juga hidung mungilnya yang mancung. Jika dilihat sekilas, wajah itu mirip-mirip wajah orang korea.

Gadis itu adalah Rihana Farenzka. Ia menutupi kepalanya menggunakan bantalnya dengan keras. Berusaha mengusir suara-suara dan umpatan-umpatan yang terdengar jelas di ruang keluarganya. Padahal kamarnya terletak di lantai 2. Tapi karena rumah besar ini sepi jadilah suara dan umptan itu terdengar menggema di seluruh penjuru ruangan.

Hana segera bangkit dan dengan cepat ia menyambar handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Menghidupkan shower sedikit keras. Ia ingin, sehari saja rumahnya tentram tanpa ada suara-suara itu. Ia sudah muak.

Setelah cukup lama ia berada di kamar mandi, ia pun segera keluar dan mengenakan seragam nya yang ia longgarkan satu kancing di bawah lehernya. Sedikit memperhatikan lehernya yang jenjang. Ia pun tak menyetel seragamnya. Sungguh pandangan yang sedikit membuatnya muak dan puas secara bersamaan.

Tak lupa memakai bedak tipis dan sedikit lip blam yang hanya menutupi bibir peach yang entah kenapa sedikit pucat saat ini, setelah semu siap. Ia segera keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga.

Tanpa perlu mmengucap kan 'selamat pagi' seperti kebanyakan keluarga lainya. Ia hanya mengambil sebuah roti di atas piring dan meminum seteguk susu. Dan berjalan keluar rumah. Tapi sebelum itu ia berucap santai kepada kedua orang tuanya.
" Makasih rotinya ma, aku pergi dulu. Oh ya.. Kalian kurang kenceng ngomong nya , sekalian dong pakai mic. Biar tetangga denger apa yang udah kalian sama-sama perbuat." ucap Hana sambil berlenggang kekuar sambil menenteng tasnya di sebelah lenganya.

"Lihat..tuh.. Anak kamu.. Nggak di ajarin sopan santun!"ucap Papanya sambil menunjuk mamanya.

"Loh kok jadi nyalahin aku sih, kamu juga sama aja-" ucap mamanya terhenti oleh ucapan sarkas dari Hana.

"Udah.. Deh kalian tuh kalo nggak mau jagain Hana juga Hana nggak maksa kok, lagian Hana udah gede, udah bisa jaga diri sendiri. Lebih baik Hana nggak lahir, daripada Hana lahir dari orang tua yabg nggak mau ngurusin anaknya sendiri
" ucap Hana. Suaranya serak saat ia mengucapkan kalimat-kalimat terakhir tadi.

Setelah ia berucap ia segara keluar rumah. Dan mengendarai mobilnya membelak kota Jakarta yang sudah mulai macet. Pasalnya sekarang sudah jam 7.00.

Seperti biasanya ia terlambat jika sudah menangani bokap nyokapnya yang sudah menggila. Ia sedikit menekan pedal gas dan membuat mobil itu sedikit lebih cepat.

Satu bulir air mata kelur dari pelupuk mata bulat indahnya.
"Hiks Gue harus gimana lagi?" Satu tetesan air mata keluar dari pelupuk matanya. Ia memelankan mobilnya dan berhenti di pinggir jalan.

Diraihnya tisu basah yang ada di depan kemudinya, dan ia berusaha menghapus air mata yang seakan terus keluar begitu saja.
"Hiks.. gue nggak boleh nangis hiks.. Gue harus kuat.. " ucap Hana sambil menenangkan dirinya sendiri.

Setelah cukup lama, Hana kembali mengusap wajahnya menggunakan tisu. Ia menghadap kaca. Hah.. Matanya sembab.. Bagaimana ini jika teman-temanya curiga denganya.Dilihatnya waktu sudah menunjukan pukul 7.08.

Ia pun bergegas melanjutkan mobilnya. Ia sudah terlambat 8 menit. Tapi tak apa, pelajaran pertama adalah pelajaran Pak. Andy.

Tak lama pun mobilnya sampai di parkiran sekolahan. Ia kembali menghadap ke kaca, matanya masih sembab. Iap meraih kacamata di depan kemudinya. Dan memakainya. Huh.. Tak apa, tidak terlalu kelihatan. Ia kembali merapikan poninya yng sedikut berantakan dan segera keluar. Dan menggendong tasnya di salah satu lengnya.

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang