10. A Problems.

28 5 17
                                    

'Setiap orang memiliki masalah peribadi. Baik yang kaya, miskin, tua, muda, cantik, tampan. Semua orang, dan disaat kita tak dilanda masalah. Kita dengan sendirinya akan membuat masalah itu datang.'


____________

Angin sepoi berhembus menerpa seorang gadis yang tengah menikmati kota malam Jakarta di balkon rumahnya. Terlihat gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Juga kegiatan di bawah sana yang Tak ada hentinya.

Hana memandang jam tangannya  yang menunjukan pukul 7. Masih terlalu sore untuk tidur. Pandangannya ia arahkan ke bawah, hanya sekedar melihat-lihat lampu kerlap-kerlip memenuhi kota malam ini.

Ia tak sengaja melihat sebuah taman dari atas sini. Taman itu sangat indah dengan kerlap-kerlip lampu. Sepertinya seru jika ia berjalan-jalan di taman malam-malam.

Hana bergesas masuk ke dalam, memakai jaket Hodie berwarna pink dan memakaikan tudung nya. Mungkin cuaca diluar dingin. Ia menyambar dompet dan Ponselnya yang tergletak di Naka, dan pun bergegas keluar.

Hana mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya saat tiba di luar. Ia sedikit rilaks sekarang. Ia pun melangkahkan kakinya berusaha mencari taman itu.

Tak lama ia  menemukan taman indah itu dan segera duduk di salah satu bangku taman berwarna putih itu. Mulai membuka ponselnya. Suasana taman tak terlalu ramai. Banyak anak-anak muda yang berjalan-jalan malam, atau bahkan kencan dengan kekasih.

"Eh.. Hana bukan ya?!" ucap seseorang. Hana segera mengalihkan pandanganya ke samping. Dan membuka sedikit tudung jaketnya.
"Loh.. Daniel?" Orang itu, Daniel segera mendekati Hana dan duduk di samping nya. Daniel juga menggunakan sweter berwarna navy dan menambah kesan cool.

"Gue kira siapa." Daniel mendekati Hana dan duduk disampingnya.
"Lo kok ada disini? Rumah lo deket sini kah?" tanya Hana.
"Iya. Bukanya rumah lo bukan sekitar sini ya?" tanya balik Daniel. Hana terdiam.
"Hehe, iya" hanya itu yang Hana bisa jawab. Daniel hanya diam.

"Lo udah biasa ke sini?" tanya Hana.
"Sering, saat lagi suntuk aja"  Daniel menyandarkan punggungnya di bangku itu.

"Gue nggak nyangka, taman disini bagus juga ya." celutuk Hana.
"He em.. Gue aja ketagihan sama nih tempat, sejak gue pindah ke Jakarta, gue udah sreg banget sama tempat ini" jelas Daniel. Hana menoleh ke Daniel.

"Lo bukan asli dari Jakarta? "tanya Hana sedikit terkejut. Daniel menggeleng.
"Gue dari Jogja, pindah ke sini saat gue SMP. " jawab Daniel.

"Lo dari Jogja? Tapi muka lo kayak Oppa korea tau nggak!" Hana tak habis pikir. Daniel yang mempunyai rupa seperti Oppa-Oppa yang ia selalu tonton.

Daniel mengernyit kan alisnya.
"Opa? Berarti gue dah tua dong!!" ucap Daniel.
"Ihh. Nggak gitu, Oppa bukan Opa. Oppa itu panggilan kakak dalam bahasa korea" jelas Hana. Daniel hanya ber oh ria.
"Yaelah.. Korea mulu pikiran lo." Daniel memandang Hana datar. Hana nyengir.

Suasana menjadi hening, mereka fokus pada lamunan masing-masing. Tanpa sadar Hana menghela nafas berulang kali.
"Lo lagi ada masalah?" tanya Daniel. Lama Hana tak menjawabnya. Ia hanya menggeleng.
"Dari tadi kok gue liat lo ngelamun aja." lanjutnya.

"Emm.. Gk kok, cuma masalah kecil" Hana memaksakan senyumnya. Daniel melirik senyum paksa itu. Daniel hanya diam. Menunggu Hana bercerita.

"Emm..Entah kenapa, gue salalu ngerasa nggak diinginkan, di buang, dan mungkin dianggap sudah mati" ucap Hana. Ia seakan ingin menangis. Daniel mengernyitkan alisnya. Menurutnya Hana itu sempurna.

"Kenapa lo bilang begitu?" tanya Daniel sedikit kaget. Hana menundukan kepalanya. Daniel segera mengelus pundak Hana. Berusaha menenangkanya.
"G-gak tahu. Gu-gue ngerasa Aja." Hana mengigit bibirnya. Suaranya bergetar.

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang