13..

22 3 19
                                    

Hujan rintik memenuhi Ibu Kota. Matahari tak terlihat lantaran terhalang awan mendung. Hana melihat semua itu melalui jendela Apartemen nya. Saat ini masih pukul 4.35 pagi. Hana sebenarnya kebangun pagi tadi, ia trauma kemarin. Jadi ia tak terlalu terburu-buru untuk berangkat sekolah.

Ia sendiri masih bimbang, akan pergi sekolah atau tidak. Ia malu hanya sekedar berangkat sekolah.

Ia berjalan menuju cermin di bangku riasnya. Bekas merah di lehernya masih ada. Ia meringis, kenapa tak hilang-hilang juga. Padahal tadi malam ia sudah mengompresnya. Sepertinya ia harus memakai syal.

Tatapan Hana beralih ke cermin. Tepat di mata nya, ia seakan Meliah dirinya sendiri. Kulit putih, wajah oriental, mata bulat indah, hidung mungil tapi mancung, dan bibir peach tebalnya. Cantik. Ia terlihat cantik. Bukanya sombong!.

Dan pandangannya beralih ke matanya kembali. Seakan berbicara dengan dirinya sendiri lewat tatapan itu.

'Kenapa masalah yang aku hadapi sangat banyak?'

'Percuma memiliki wajah cantik, tapi mempunyai segudang maslah.'

'Tuhan.. Kenapa dengan ku?!!'

'Aku ingin segara lepas dari semua ini, tapi aku bisa apa!'

'Sudah cukup dengan kedua Irang tuaku yang tak menginginkan ku. Kenapa Engkau menambah beban lagi!?'

'Permintaanku tak muluk-muluk, aku hanya Ingin engkau beri aku ketegaran.!'

Air mata Hana menetes. Ia memalingkan wajahnya. Menatap arah lain asal bukan matanya, ia selalu sedih tatkala menatap matanya sendiri.

Nafas Hana tak beraturan. Ia berjalan ke ranjang dan mendudukkan dirinya disana. Menunduk sambil menutup wajah nya menggunakan telapak tanganya.

"Hiks.."

Pandangannya tak sengaja melihat sebuah foto di nakasnya, tanganya terulur mengambilnya. Seketika air matanya kembali menetes. Dengan erat ia memeluk figura itu. Figura seorang yang Hana sayang, dulu hingga sekarang. Ya.. Dia Kevin.

"Kevin.. Gue rindu sama lo Hiks.. Andai lo masih hidup. Mungkin lo udah nenangin gue. Hiks.."

"Gue butuh temen sekarang.. Hiks.. "

DRRRTT...

Ponselnya bergetar di malas. Ia melirik sekilas.

Angga calling you.

Hana mengambil ponselnya. Ia mengatur mengambil nafas dna membuangnya.

"H-halo"

"Hana!!?? Ini lo!! Akhirnya di buka juga telpon nya, dari kemarin gak dibuka. Astaga.. Gue khawatir sama lo.. Dari mana aja kemarin? Kita nyariin tahu. " terlihat nada khawatir di seberang sana. Hana tersenyum

"Maaf ya ngga, gue udah bikin khawatir kalian. Gue kemarin langsung pulang. Soalnya bokap gue nyuruh gue pulang cepet. Ada urusan penting banget." ucap Hana. Ia terpaksa berbohong.

"Oo.. Lo pilek ya Han? Kok suara lo bindeng gitu?" tanya Angga.

"Ha? Eh.. Iya ini.. Kedinginan biasa hehe" hana memaksakan tertawa.

"Yaudah lah Ngga, gue mau mandi dulu.. Bye"

"Iya bye.. Sampai ketemu di sekolahan nanti. See you"

Hana langsung mematikan ponselnya. Ia berjalan menuju kamar mandi nya. Dan melaksanakan rutinitas nya tiap pagi.

-
-
-
-
-

Disekolah

Hana melangkah di koridor, ia berusaha tak memerdulikan omongan-omongan disekitarnya, yang mungkin tertuju padanya. Entahlah.. Mungkin karena ia memakai syal. Hana tak menghiraukan. Lagi pula, sekolahannya membolehkan memakai barang-barang seperti syal

My Lovely TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang