Irene sebagai Adhisti Pitaloka
Sehun sebagai Bhatara Danadyaksa
Wendy sebagai Nareswari Pringgandani*gara-gara nemu foto bocil di ig aku jadi kepikiran buat cerita ini hwhw
*mengandung harsh words🍋🍋🍋
"Heh bangun nggak lo?"
Benar ponsel menempel pada daun telinganya namun, kedua netra itu masih terpejam. Seakan tak rela harus berpisah dengan waktu tidurnya.
"Bentar lagi gue kesono!"
Masih belum ada jawaban. Gadis yang tengah bergumul dengan selimut itu hanya bergeming didominasi ngelindur.
"Eh njing!"
"Berisik!" begitu jawaban yang keluar kemudian.
"Gue aduin ke bokap lo ye kalo lo teler semalem!"
"Bacot banget sih! Iye gue bangun nih!" suara serak itu terdengar sedikit meninggi.
"Oke. Good girl. Bubay!"
Sambungan telepon terputus sebelum gadis itu mengeluarkan umpatan kasarnya pada lawan bicara diseberang. Ponsel itu dibantingnya keatas bantal.
"Sshh anjing bener sih Nares!"
Tersebutlah Adhisti Pitaloka, gadis yang 2 bulan yang lalu baru saja menyelesaikan studinya. Mendapatkan gelar sarjana namun, belum bekerja. Ya untuk saat ini Adhisti Pitalokaㅡyang lebih akrab disapa Adhisㅡsedang sibuk menjadi pengangguran.
Tinggal di satu unit apartemen seorang diri sejak pertengahan masa kuliah. Mencoba untuk mandiri padahal belum bisa lepas dari fasilitas orang tua. Hidup sendiri hanya dijadikan kedok agar dirinya bisa lebih bebas keluar malam.
Pusing masih sedikit ia rasakan. Efek semalam kebanyakan minum. Keadaan itu sudah biasa Adhisti alami. Sejak stres menghadapi skripsi, gadis itu mulai berani menjejakkan kaki ke sebuah club malam dan semuanya terjadi begitu saja.
Usai mandi, Adhisti berniat membuat sarapan namun, sayangnya kulkasnya kosong tak berpenghuni. Hanya ada 2 botol air mineral, sekotak mentega dan es batu dalam freezer. Bagus sekali!
Menutup pintu kulkas agak kasar, gadis itu menggerutu. Perutnya sudah keroncongan tapi, tidak ada yang bisa dimasak.
"Halo?"
Adhisti memutuskan untuk menghubungi gadis yang tadi sempat mengganggu waktu tidurnya. "Res, udah dijalan?"
"Udah nih. Kenapa?"
"Mampir beli sarapan gih, gue laper!" perintah Adhis berkacak pinggang.
"Duitnya ganti ya ntar?"