Jeju And How We Met

950 118 15
                                    

Lanjutan dari “The Wound”
Ini judul kedua, barangkali ada yang belum membaca judul pertama, silahkan singgah disana dulu agar nyambung dengan cerita disini. Terima kasih.










🍋🍋🍋

Pintu kayu itu terbuka dari luar. Menampakkan dua sosok wanita dengan dua koper besar yang turut hadir masing-masing disisi tubuh mereka. Rumah baru yang resmi ditempati hari ini begitu memuaskan pandang ya meskipun tidak besar akan tetapi lumayan terasa nyaman untuk ditempati berdua.

“Tadaaa! Ini rumah kita, Bu! Bagaimana?” Irene mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi membuat sang Ibu mengulas senyum lembut.

“Bagus. Joohyun membeli rumah yang bagus,” jawab wanita yang wajahnya sedikit mirip dengan Irene itu.

Kekehan milik Irene mengudara. Merasa senang jika Ibunya pun senang. Lantas diraihnya bahu kecil itu untuk segera memasuki rumah lebih dalam.

Rumah yang keadaan dalamnya berupa ruang tamu dan ruang tengah yang hanya dibatasi lemari kaca tempat meletakkan perabotan, disisi kiri ruang tengah ada dua ruangan yang bisa difungsikan sebagai kamar. Lalu ada satu ruangan lagi di lantai atas, ya rumah itu memiliki dua lantai. Pun ruang makan yang bersisihan dengan dapur, di dekat dapur ada satu kamar mandi.

Sejauh ini tabungan Irene hanya mampu membeli rumah yang ukurannya seperti itu. Setelah ini dia juga mulai berpikir untuk mengisi tabungannya kembali, mendapatkan uang agar bisa dijadikan pemasukan. Gadis itu memutuskan untuk berhenti kuliah sejak beberapa hari yang lalu pergi dari Seoul. Mungkin selanjutnya ia akan mencari pekerjaan, entah pekerjaan apa yang bisa dilakukan didaerah pesisir pantai seperti ini.

Andai uang yang Irene miliki lebih banyak maka tujuannya bukan ke pulau ini, melainkan luar negeri. Biar, biar yang jauh sekalian.

“Ibu istirahat, ya? Biar Joohyun yang akan membereskan barang-barangnya,” vokal Irene sudah siap mengantar sang Ibu masuk kedalam kamar namun wanita itu menolak.

“Ibu mau bantu Joohyun. Kita bereskan sama-sama.” Wanita itu tersenyum.

“Baiklah tapi, jika Ibu lelah Ibu istirahat saja, ya? Jangan dipaksakan,” pinta Irene mulai meraih koper milik Ibunya.

Anggukan wanita itu terlihat sebagai respon. Keduanya lantas mulai sibuk menata ini-itu.

🍋🍋🍋

Sehun frustasi.

Tidak ada yang bisa diharapkan. Jennie enggan memberitahu kemana Irene pergi meski ia sudah memohon dengan cara halus sekalipun. Gadis itu selalu bersama dengan Taeyong yang mengakibatkan Sehun kesusahan untuk bertanya-tanya soal Irene. Begitu juga saat dirinya bertanya ke bagian TU, menanyakan nasib pendidikan Irene setelah gadis itu pergi tanpa pamitㅡyang besar kemungkinan ia bisa tahu kemana Irene pergiㅡnamun, hasilnya pun sama. Sehun benar-benar buntu sekarang. Sial!

“Tidak, aku tidak boleh menyerah! Aku pasti akan menemukan rubah kecil itu! Awas saja kalau sudah kutemukan nanti!” sumpahnya berangan-angan jika suatu hari nanti Tuhan memberinya kesempatan untuk menemukan Irene, dimanapun gadis itu berada.

“Jeju.”

Sehun mengerjap beberapa kali. “Jeju? Irene ke Jeju?”

“Ya, isteriku yang bertanya dan kebetulan Nona Bae berpamitan pada isteriku saat itu.” Pria paruh baya pemilik apartemen yang disewa oleh Irene itu menjawabnya dengan begitu mudah.

𝙇𝙚𝙢𝙤𝙣 𝙏𝙚𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang