Confession

1K 120 46
                                    

Bagian 2 dari Untuk Natha
*sebelum baca work ini, sebaiknya baca judul Untuk Natha terlebih dahulu.



Sehun sebagai Arkana.
Irene sebagai Nathania.
Chanyeol sebagai Abimana.
Kai sebagai Zidane.
Taeyong sebagai Xavier.




🍋🍋🍋

Benda bundar jingga itu memantul berulang kali menghantam lantai licin lapangan basket indoor sekolah. Beberapa raga adam tengah berkutat dengan permainannya. Sudah selang sepuluh menit yang lalu bel pulang telah menginterupsi. Hanya beberapa siswa yang tinggal sekolah, sekedar untuk melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler ataupun keperluan yang lain.

Disinilah tubuh mungil itu berdiri sekarang, di tribun tempat duduk penonton. Sudah lengkap mengenakan kostum pemandu soraknya sedang sepasang lensa jernihnya terus terpaku pada salah satu raga pemuda yang tengah mendribel bola jingga.

Dan benda bundar itu berhasil ditembakkan sesuai sasaran.

Gadis cantik itu mengulum senyum, terlewat kagum pada seorang Xavier Dharmapala yang berperan sebagai pemain utama tim basket SMA Garuda, ya sekolah keduanya.
“Xavier hebat banget!” serunya dengan dua tangan mengepal di kedua sisi tubuhnya.

“Natha, yuk!”

“Yuk!”

Dua gadis dengan tinggi berbeda itu berjalan menuruni tribun. Sudah siap dengan kegiatan ekstrakurikuler yang segera akan dilakukan.

“Lo masih aja ngeliatin Xavier,” celetuk Evelyn.

“Hehe Xavier main basketnya hebat sih,” sahut Natha.

“Nyampe rela dibela-belain masuk cheers. Huh dasar fangirl,” seloroh Evelyn menyenggol lengan Natha.

“Ih apa sih!”

Sementara pelatih mereka mulai menginterupsi untuk siswa-siswanya agar segera mendekat karena pemanasan akan segera dimulai.

🍋🍋🍋

Pulang sore hari ini Natha kembali membawa rasa sakitnya akibat keseleo. Kali ini tangannya yang tidak sengaja tertekuk akibat salah posisi saat dia latihan rolling menggunakan satu tangan. Dan seperti biasa Arka mengomelinya.

“Udah deh, Tha mending lo mundur aja dari cheers, heran gue sama lo nggak kapok-kapok!”

Kedua sudut bibir itu tertekuk dengan ranum yang sedikit bergetar. “Arka sakit, Arka jangan marah-marah terus huhu,” rengeknya.

Satu hembusan nafas kasar lantas menyambut. Arka menyentuh pergelangan tangan kiri Natha, memeriksanya meski kecil kemungkinan dia bisa membuat anggota badan itu membaik.

“Sakit,” keluh Natha.

Arka mencebik. Menekan rasa ingin mengomeli gadis didepannya itu dengan kembali memeriksa pergelangan tangan yang kentara terasa menyakitkan bila disentuh.
“Kita pulang,” ucapnya.

Sepertinya malam ini Natha akan berakhir ditangan Mak Sumiㅡtukang urut langganan keluarganyaㅡlagi.

🍋🍋🍋

𝙇𝙚𝙢𝙤𝙣 𝙏𝙚𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang