My Bastard Teacher • Bagian 2

2.2K 137 89
                                    

⚠ No Children (21+)
Bijaklah dalam memilih bacaan! Yang belum cukup umur, mundur aja ya demi kebaikan bersama 😂



Nggak heran sih kalo minta ada tambahan part, orang kalian semua emang nggak ada akhlak :'))

😂😂😂

Disuruh bayangin yang jorok-jorok seneng banget, heran gue. Abis ini otaknya direndem pake vanish ya terus digiling di mesin cuci, biar bersih 😂

Puasa-puasa gini kayak bahagia banget gitu gue menghasilkan dosa :'))
Astaghfirullah tobat kalian slur! 😂

🍋🍋🍋

Dengan gerakan maju mundur itu, Oh Sehun berhasil membuatku memekik tertahan. Dinding bilik toilet yang kami gunakan, menjadi pertahananku menerima setiap serangan yang ia lancarkan dengan sesuka hatinya. Dua tangannya terus menarik pinggulku sementara inti tubuhnya terus bekerja. Aku dalam posisi berdiri dengan badan yang condong kedepan hanya bisa menahan semuanya. Memang tidak ada yang paling menyiksa selain melakukan dengan posisi berdiri seperti ini.

Seragam yang kukenakan sudah tidak tahu lagi bentuknya seperti apa. Rok ku terangkat naik, begitu pula dengan atasanku. Dua benda kenyal yang sudah terbebas dari tempatnya ia remas bebas membuatku harus menggigit bibir agar suaraku tidak lolos keluar.

Miliknya ia tarik keluar. Aku masih dalam posisi yang sama, nafasku terengah-engah dengan tetap berpegangan pada dinding bilik toilet. Kupikir semuanya telah usai tapi, aku salah. Karena kurasa satu tanganku ditarik olehnya yang telah duduk di kloset. Benda itu masih mengacung dengan tegaknya kulihat.

Ia memerintahkanku untuk duduk diatasnya. Berhadapan langsung dengannya, aku mulai memposisikan diri dengan benar. Aku merintih ketika ia telah menempatkan miliknya tepat pada lubang milikku dan ujung kepala miliknya sudah berhasil masuk kesana. Kedua tanganku telah mencengkeram erat pundak lebarnya, sedang dua tangannya mulai menggerakkan pinggulku naik turun. Mataku terpejam ketika kurasa lidahnya ikut andil dalam permainan ini dengan menjilati inti buah dadaku, bahkan dengan kurang ajarnya ia juga menggigitnya.

Samar-samar kami mendengar suara obrolan yang kian dekat. Beberapa siswa perempuan terdengar saling lempar candaan. Aku menunduk, memeluk kepala Oh Sehun pun menempelkan wajahku pada pundak kanannya untuk menahan segala kekacauan yang ia buat saat ini. Meredam suaraku agar tidak terdengar oleh mereka diluar sana.

𝙇𝙚𝙢𝙤𝙣 𝙏𝙚𝙖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang