⚠ Only adult (21+)
Pemirsa, di bulan suci ini alangkah baiknya membaca cerita ini pada saat setelah berbuka puasa saja, saya tidak menyarankan untuk membaca siang-siang nanti kalian bisa batal, saya ikutan dosa wkwk
Jangan ya, bacanya abis buka aja biar aman.OH YA BOCIL DILARANG MENDEKAT! BERBAHAYA!!!
🍋🍋🍋
Irene POV
•
•
•Lima puluh.
Astaga, nilai macam apa ini? Aku mencebik menatap lembar kertas ulangan tengah semester di tanganku, nilai yang tidak ada bagus-bagusnya, tidak bisa untuk dibangga-banggakan. Huft, dengan cara apalagi aku harus belajar?
Aku ini benar-benar bodoh.
Kertas itu aku lipat menjadi dua bagian dan kuletakkan disisi kosong bangku semen yang aku tempati. Pandanganku mengarah pada anak-anak yang sibuk bermain basket disana, kebetulan kelas kami sedang jam kosong jadi teman-temanku memanfatkan hal itu agar terbebas dari kelas dan melakukan kegiatan lain.
Memang yang mendapatkan nilai buruk bukan hanya aku seorang tapi, tetap saja itu sangat buruk menurutku. Apa yang salah dengan otakku, sih?
Setiap malam selesai membantu Ibu di kedai, aku kembali mengulang pelajaran yang diajarkan di sekolah, yah meski dengan keadaan yang setengah mengantuk karena waktu yang sudah larut juga kondisi tubuh yang cukup kepayahan.
Aku jarang mendapat nilai bagusㅡkisaran angka delapan puluh keatas, paling sering mendapat tujuh lima, itu sudah terhitung lulus kkm, sih. Tapi, aku ingin mendapatkan nilai yang lebih dari itu. Jika bisa, setiap ulangan berlangsung aku harus bisa mendapatkan nilai yang bagus. Keinginanku hanya satu, membuat Ibu bangga dan merasa tidak sia-sia kerja keras dari pagi hingga malam hanya untuk membiayaiku sekolah. Tidak muluk-muluk, kan?
Ah, sampai lupa! Namaku Irene, Bae Irene. Nama yang cantik pemberian dari Ibuku. Aku suka dengan nama itu.
Gadis biasa yang bersekolah di salah satu SMA swasta di Seoul. Tidak terlalu menonjol dalam segi akademik ataupun non, huh percayalah aku benar-benar gadis biasa. Mungkin orang-orang bisa mengetahui atau mengenal diriku dari paras yang kumiliki. Mereka bersikap ramah dan selalu menggodaku, hmm coba saja aku terlahir jelek, mana mau mereka berbicara denganku?
Sudah tidak punya keahlian, jelek pula, siapa yang sudi berteman dengan gadis macam itu?
Karena terlalu banyak melamun, kertas yang aku letakkan di sisi tubuhku terbang tertiup angin. Aku setengah panik berusaha untuk mendapatkannya kembali. Tidak lucu jika seseorang tidak sengaja mengambil kertas tersebut dan melihat nama serta nilaiku yang bersebelahan di ruang pojok kanan atas lembar ulanganku itu. Nilaiku jelek astaga, aku akan malu!