Hariku kacau, pagiku terasa sangat menyesakkan dada, hal itu membuatku tidak bisa tidur semalaman dan pastinya membuat kerjaku tidak fokus di kantor saat ini. Bagaimana tidak, kemarin pria itu tiba-tiba menyatakan hal aneh padaku, seharusnya kalaupun gay atau homo ya jangan seterbuka itu, padahal dia ganteng dan punya jabatan tapi kenapa mau jadi homo, udah gitu tiba-tiba menyatakan cinta padaku malah sampai ngajak nikah segala. Aku pikir pria bernama Andy Febrianto itu benar-benar gila. Terlebih saat aku ingat kemarin dia menyatakan cintanya langsung di ruangan bagian Tata Usaha di depan semua teman kerjaku, ya ampun bisa stres aku lama-lama kalau dipikirin terus.
"Heh, Dek Reno. Kamu gay bukan? Tapi kalau gay juga nggak masalah sih, itu pilihan hidup kamu. Mas Andy juga ganteng kok, pintar dan punya jabatan, setidaknya hidupmu akan bahagia kalau jadi istri dia." apaan sih, Mbak Syifa datang menghampiri kursi kerjaku dan berbicara seolah dirinya mendukung, lagian mau jadi istri siapa sih? Jelas-jelas aku lelaki, tapi kenapa malah jadi istri. Aku pun belum kenal siapa itu Mas Andy, bahkan akrab saja nggak samasekali, tapi kenapa pria itu seenaknya bilang cinta padaku, aneh banget.
Kepalaku pening, mendengar suara Mbak Syifa saja rasanya pengen nabok dia bolak-balik deh. "Udah deh Mbak Syifa nggak usah heboh, aku tuh nggak kenal sama Mas Andy atau siapalah itu, lagian baru tau dia juga kemarin itu. Muka dia aja aku baru liat, nggak usah heboh begitu deh, mana belum sarapan juga tadi, ya ampun jadi berantakan kerjaku nih." aku meremas rambut sambil mendengus kesal, apalah arti sebuah ucapan kalau kemarin sudah menjadi pembahas hangat para manusia di kantor ini. Aku juga udah nggak bisa berbuat apa-apa, biarkan saja fakta itu menyebar dan aku pikir akan hilang sendirinya nanti.
"Kamu memakai susuk atau sejenis pelet apa sampai Mas Andy yang ganteng itu jadi gay? Aku kira ka..."
"Mbak Syifa, diam dong. Aneh deh, masih jaman ya sekarang pakai pelet? Emangnya dia ikan." aku memotong ucapan Mbak Syifa karena dia terlalu banyak bicara, aku nggak enak aja suara dia sambil kedengaran seruangan, bisa jadi gosip baru nantinya.
"Iya deh kalau gitu, lagian kalau di liat si Dek Reno, kamu tuh memang bisa dikategorikan manis loh, bibir kamu merah muda dan kulit kamu bersih serta sangat mulus untuk ukuran seorang laki-laki. Nggak heran Mas Andy jadi belok karena kamu sih." masih aja nyerocos tuh mulut, biarin aja deh maklum namanya juga perempuan.
Nggak lama dari pembicaraan aneh kita berdua, datanglah sosok seorang pria mendekati kita berdua dengan senyuman. Siapa dia? Aku juga baru ngeliat, eh tapi nggak asing, tapi lupa sih, maklum kan banyak orang di kantor ini. "Permisi, maaf ganggu kalian ngerumpi nih...
"Eh ya ampun Mas Awen, tumben kesini, ada apa ya?" langsung deh Mbak Syifa yang jawab, oh dia kenal, Mas Awen? Aku aja baru tau namanya.
"Oh iya ini Mbak Syifa maaf sebelumnya, si Reno ini ditunggu sama sahabat saya itu di depan pintu ruang Tata Usaha, katanya kalau masuk lagi kesini malah nanti buat heboh. Kasian Reno pasti ngerasa keganggu." begitu jelas Mas Awen yang malah bikin aku heran, loh siapa? Jangan bilang...
"Oh Mas Andy?" tegas Mbak Syifa yang membuatku langsung menghela nafas yang malah membuatku langsung sesak.
Dengan anggukan kepala Mas Awen mengiyakan, "Iya, Reno ditunggu di depan pintu tuh sama Andy. Boleh kesana sebentar?"
Tanpa memberi aba-aba Mbak Syifa menepuk pundakku untuk segera memerintahkan berdiri dari kursi kerjaku. "Cepet Dek Ren, cepet. Itu pangeran kamu sudah menunggu. Cieeee..." rasanya aku mau kuncir aja mulut Mbak Syifa itu pakai karet besi, kok dia malah heboh sendiri sih.
Yaudah, karena aku juga merasa nggak enak membiarkan si Mas Andy itu menunggu, ya segera aku berjalan ke luar ruangan Tata Usaha, katanya tepat di dekat pintu, eh ternyata benar, baru aja sampai di kaki pintu ternyata aku menemukan sosok pria yang mulai familier itu. "Dek..." Mas Andy langsung memanggilku dengan kata sapaan depan.
Tapi entah kenapa aku jadi langsung merasa gugup, "Eh iya Mas Andy, ada apa ya?" tanyaku lagi.
Segera aku melihat Mas Andy memberikan sekantung plastik berisi sesuatu, aku membuka dan mengintip sedikit, ternyata berisi beberapa roti kemasan dan susu tetrapack. "Ini Dek, Mas bawa sedikit makanan buat Adek, dimakan ya. Oh iya, nanti malam ada acara apa?"
Seketika tubuhku merasa dingin, berkeringat dan semakin gugup. "Nanti malam, ehm... Nanti aku kabarin lagi deh. Emang kenapa Mas?"
Mas Andy memandangku dengan tatapannya yang sangat membuatku tidak nyaman, sifatnya sebenarnya dingin dan cuek sepertinya, tapi entah kenapa perhatiannya terhadapku malah membuatku luluh. Kesal tapi tidak bisa marah, "Yasudah, nanti kabarin Mas lagi aja ya. Udah ada nomor ponsel Mas kan?"
"Sudaha Mas, kan Mas Andy sendiri yang nge-save di ponsel aku kemarin." jawabku yang kentara sekali kalau suaraku goyang, benar-benar gugup. Berbeda dengan Mas Andy yang lebih terlihat santai dan nggak kaku samasekali.
Diam sejenak sebelum menjawab ucapanku, dia tersenyum meski keliatannya malah membuatku canggung. "Mas balik ke ruangan dulu ya, Dek Reno jangan lupa makan." Dia berbalik dan segera berjalan pergi, di susul dengan langkah kaki Mas Awen yang membuntuti sahabatnya itu dari sebelah. Tidak lebay dan gaya bahasanya padat dan cukup jelas, sosok yang benar-benar sangat membuatku canggung. Bayangkan, baru kali ini aku sebegitunya dekat dengan lelaki. Rasa yang aneh, tapi jujur aku sangat bingung dengan hal ini. Tapi yang anehnya, kenapa dia ngasih makanan ke aku? Apa dia tau aku belum sarapan? Benar-benar stalker banget, semoga saja dia bukan psikopat tampan.
•••~~~•••
Reno
•••~~~•••
Andy
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikejar Nikah - Boyxboy
Short StoryBagaimana jadinya jika Reno tiba-tiba diajak nikah sama seorang pria? Baru saja kenal, ngobrol saja tidak pernah. Aneh banget. Namanya Mas Andy, pria berparas tampan dan memiliki tubuh yang gagah, pintar dan sangat perhatian dengan Reno. Diam-diam s...