Empat belas

8.1K 442 6
                                    

Apakah aku harus bahagia, sedih, senang, takut atau malah aku harus belajar lagi. Ya ampun terasa masa lajangku semakin lama akan mendekati ke arah yang lebih serius, semenjak kejadian kemarin setelah Mas Andy mendapat restu dari ayah hal itu membuatku girang banget, ditambah hal yang aku khawatirkan soal Mas Andy yang genit itu juga cuman salah paham. Yang aku rasakan sekarang adalah ternyata memang sangat menyenangkan ketika diri kita sedang merasa jatuh cinta, ada rasa debar-debar dalam ketika kita ingat seseorang yang kita cintai tersebut.

Bahkan saat awal hari senin masuk kerja saja rasanya nggak masalah, bukan kepengen cepet pulang, aku tidak seperti itu, aku hanya merasa kalau ada semangat dalam jiwa dan diriku untuk memiliki stamina ekstra gitu deh. Ya ampun, nggak ada ruginya berjuang dan berusaha sama-sama sampai tahap ini, meski baru diterima lamarannya tapi entah kenapa rasanya senang banget. Oke baiklah, seharusnya aku berpikir bagaimana hubungan antara aku dan Mas Andy semakin erat serta ke arah jenjang yang lebih serius, tapi tenanglah dulu, aku tau nggak boleh pacaran lama-lama tapi masa iya aku yang kebelet pengen nikah, nanti yang ada Mas Andy merasa konyol ke aku. Baiklah, aku hanya harus menunggu waktu, belajar menjadi pasangan yang baik kelak untuk Mas Andy dan merawat diri aku agar tetap telihat mempesona di hadapan suami kedepannya. Iya kan, itu wajib.

Benar saja, bahkan aku sibuk dengan kerjaan dan kelar sebelum jam pulang, kemudian seperti biasa aku membantu Mbak Syifa ngerjain tugasnya, sambil senyum sendiri Mbak Syifa mulai bertanya padaku. "Ciee, kayaknya ada yang lagi bahagia nih. Coba dong kasih tau Mbak." kata wanita itu sambil masih sibuk di depan laptopnya.

Aku juga malah senyum sendiri nggak jelas gitu, "Tau nggak sih? Ternyata yang kita liat di taman dekat kantor kecamatan sebelah yang bersama Mas Andy itu adalah saudara jauhnya. Dan wanita itu sudah menikah kok, nggak ada maksud dia kegenitan sama Mas Andy." aku mulai menjelaskan dan wajah Mbak Syifa mulai menatap ke arahku.

"Serius?!" Mbak Syifa langsung kaget gitu dong, "Oalah, berarti kita salah paham Dek. Maaf ya, aku juga bahkan terkesan ngomporin kamu waktu itu. Terus gimana soal lamaran itu? Kan udah ditolak sama ayahmu."

Sambil merapikan dokumen aku mulai cerita sedikit, "Iya awalnya belum diterima, tapi kemarin hari minggu ayah menyuruh Mas Andy datang ke rumah, dan ternyata tiba-tiba kata Mas Andy lamarannya telah diterima oleh ayahku. Otomatis aku senang dong. Yakan."

"Ya ampun, selamat ya Dek Reno, akhirnya nanti kamu bakalan jadi istrinya Mas Andy. Yuhuuu!" Eh tunggu, kok aku mendengarnya agak aneh ya.

"Istri?" tanyaku heran.

"Yaialah kamu jadi istrinya Mas Andy, nggak mungkin kan malah Mas Andy yang jadi istri kamu. Biarpun kalian dua-duanya cowok tapi tetap dalam suatu hubungan pasti ada yang condong ke arah perempuanya dan aku pikir kamu lebih cocok jadi istri dan Mas Andy adalah suamimu. Gitu Dek." mendengarnya agak aneh tapi masuk akal juga yang dibilang Mbak Syifa, tidak mungkin juga Mas Andy dengan badan berotot dan jenggot tipis itu jadi istriku, yakan.

Benar, sebaiknya aku harus banyak belajar menjadi lebih dewasa dan berpikir bagaimana cara agar bisa terus membahagiakan suami nantinya. Ya ampun, kok malah jadi antusias begini sih aku. Biarin deh, namanya juga menuju jenjang yang lebih serius maka aku harus keluar dari zona aman dan setidaknya aku bisa ada peningkatan dalam sikap, sifat dan perbuatan kelak ketika sudah membina rumah tangga.

•••
•••
•••

Akhirnya bisa beres-beres juga, jam pulang kerja bahkan sudah melewati batas, loyalitas lagi jatuhnya. Biarin aja deh, namanya juga kerjaan ya harus wajib kita kerjakan, beruntung masih bisa kerja, diluar sana banyak pengangguran yang pengen kerja, jadi kita harus bersyukur. "Dek Reno, hey. Bareng yuk..." tiba-tiba baru saja menggendong tas kerja ternyata sudah nempel Mbak Syifa, biasalah ngajakin pulang bareng, udah biasa pulang kerja naik busway berdua sama dia.

"Yuk Mbak, keburu malem, takut aku." kataku dan mulai jalan berdampingan dengan Mbak Syifa sambil membahas soal kegiatan besok di kantor, entahlah cuman kegiatan rutin saja untuk menambah kinerja kerja para pekerja.

Tapi...

"Eh, Dek Reno aku duluan ya. Dahh~ sampai jumpa di kantor besok." tiba-tiba aneh banget Mbak Syifa menjauh dariku dan malah memutar arah setelah sampai di gerbang kantor.

"Eh Mbak, kok gitu? Katanya mau pulang bareng." aku bingung deh dengan dia, kok aneh banget sih, biasanya kalau ada keperluan kan bilang dulu, ini malah main pergi gitu aja.

Yaudah aku lanjut jalan dan...

"Dek, sudah keluar ya? Yuk Mas antar pulang." terkejut aku dengan sosok Mas Andy yang ternyata sudah berdiri di harapanku, didekatnya juga sudah terparkir mobil hitam yang aku saja baru tau ternyata itu milik Mas Andy. Dia kerja berangkatnya pakai mobil? Iih, kacau. Beneran baru tau deh, jujur sudah sampai tahap lamaran diterima begini pun aku memang belum banyak mencaritahu tentang Mas Andy.

Oh sekarang aku tau kenapa Mbak Syifa pergi gitu aja, ya ampun ngerti banget dia kondisinya. Tapi hebat banget dia langsung notice ada Mas Andy, aku aja nggak ngeliat kalau pria ini sudah nunggu disini. "Mas nungguin aku? Kenapa nggak pulang duluan aja." kataku yang berjalan menuju mobilnya, Mas Andy di sebelah dan berjalan sambil memeluk pergelangan pinggangku dengan tangan kanannya.

Mas Andy membukakan pintu mobilnya untukku, "Iya, Mas mau antar kamu pulang, Mas kangen." aku mendengar suaranya pelan tapi sangat jelas di telingaku ketika dia membantuku masuk ke dalam mobil.

Kemudian pria itu berlari pelan memutar untuk masuk ke dalam mobil di kursi kemudi sebelah  kanan, dan aku sudah duduk siap di sebelah kirinya. "Ehm, makasih loh. Maaf udah buat Mas nunggu." setelah pria itu sampai di dalam mobilnya, aku bicara lagi, namun Mas Andy belum menjawabnya. Dia sibuk menyalakan mesin mobil dan mulai mengendarainya.

"Maaf? Buat apa, emang salah ya kalau nungguin calon pasangan hidupku pulang? Kan sekalian bisa nganterin, nggak usah sungkan Dek, kamu harus terbiasa dengan Mas." jawabannya membuat hatiku seketika meleleh, ya ampun seneng banget sih, meski dia menjawab tanpa nada romantis dan tetap fokus menyetir tapi entah kenapa ucapannya itu masuk banget ke hati.

Baiklah, aku harus terbiasa dengan ini, tapi sebaiknya aku harus meminta maaf pada Mbak Syifa karena mungkin saja kalau aku masih terus dianterin Mas Andy maka aku nggak bisa pulang bareng dia lagi, semoga Mbak Syifa bisa memaklumi, tapi sepertinya dia sudah lebih paham dariku bahkan.

•••°°°•••

Reno

•••°°°•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••°°°•••

Andy

Andy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dikejar Nikah - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang