Lima

12K 646 7
                                    

Tidak tau kenapa semenjak kemarin terjadi ciuman itu aku malah ragu, meski aku terbawa suasana hati tapi jujur aku juga kecewa, kenapa aku bukan menolaknya saja. Seharusnya itu tidak terjadi, iya kan? Tapi aku semakin tidak mengerti seperti apa sebenarnya sosok Mas Andy itu, banyak banget pertanyaan dalam pikiranku yang masih belum bisa aku jawab sendiri.

Sudah hari jum'at...

Sialnya pagi ini aku belum sarapan dan bodohnya lagi aku malah mengharapkan Mas Andy datang layaknya superhero dan memberikan aku makanan lagi, tidak, semenjak kejadian kemarin seharusnya Mas Andy juga merasakan canggung seperti yang aku rasakan sekarang. Benar, pasti dia salah, dia pasti menyesal telah melakukan itu padaku, tapi aku juga tidak bisa menyalahkan dia sepenuhnya karena aku juga jujur sangat menikmati ciuman itu.

"Reno... Hey! Kok melamun," tiba-tiba lamunanku terpecah akibat Mbak Syifa yang muncul dihadapkanku dengan menepuk pundak, aku terlalu memikirkan hal itu sampai tidak tau kalau Mbak Syifa daritadi memperhatikan diriku.

Agak terlonjak diriku kaget, langsung aku memasang senyuman lebar meski kondisi perutku tidak bersahabat, aku sudah kelaparan dari tadi pagi senam dilapangan. Kebiasaan hari Jum'at pagi memang diadakan senam, dan parahnya aku belum sarapan sudah goyang-goyang, ya ampun. "Eh, Mbak Syifa. Kenapa ya?" tersadar aku juga masih mengenakan baju kaos olahraga, begitu juga Mbak Syifa. Aku males banget ganti baju, biarin aja deh nanti siangan dikit.

"Aku lapar nih Dek Reno, mau ke angkringan depan nggak? Nyari buat sarapan yuk. Udah ramai loh disana, katanya makanannya enak." bawa dompet, terlihat santai banget Mbak Syifa, mumpung belum terlalu siang mending aku ikut dia aja deh. Kebetulan lagi lapar juga kan.

"Ikut dong, laper juga nih Mbak." jawabku dan mulai mengambil dompet dalam tas kemudian berjalan pergi dengan Mbak Syifa.

Cuaca panas banget, tapi sehat kok panas matahari pagi. Jangan takut hitam, matahari pagi bisa mengurangi virus dalam tubuh kita atau bahkan menghilangkan virus tersebut juga loh. Aku baca di internet sih itu, entah itu benar atau tidak ya nggak tau, kalau salah ya maaf.

"Mie ayam enak kali ya?" Mbak Syifa bertanya selagi diperjalanan, nggak jauh sih, bentar lagi juga sampai.

Aku cuman menganggukkan kepala, tapi sarapan pagi langsung mie ayam emang sehat ya? "Emang mau makan mie ayan aja? Nasi uduk kayaknya pagi-pagi lebih rekomended deh Mbak." ujarku sembari memberi saran, lagipula aku pengennya makan nasi, soalnya belum kena nasi dari pagi perutku ini.

"Oh iya ya, yaudah nasi uduk aja kali ya. Pake irisan telor terus tambahan bakwan, minumnya es teh manis. Uhhh sedap."

Selagi Mbak Syifa bicara ternyata kita sudah sampai di angkringan yang dekat juga dengan kantor kecamatan sebelah, benar saja, mataku langsung terpaku pada sosok pria yang mulai familier. Itu Mas Andy dengan temannya, bukan Mas Awen, ya mungkin temannya yang lain. "Mbak, kita kayaknya nggak jadi makan nasi uduk deh, mie ayam aja enak." aku langsung menarik tangan Mbak Syifa yang mau menuju gerobak nasi uduk yang ternyata Mas Andy juga lagi duduk dan ada disana, aku sepertinya sedang tidak mau melihatnya.

Mbak Syifa otomatis kaget dong, "Lah, oh iya deh. Plin-plan deh kamu." lanjutnya.

Tapi telat, Mas Andy sudah melihat ke arahku namun setidaknya aku tidak jadi berada di dekatnya. Kemudian aku duduk agak jauh di tempat makan gerobak mie ayam, lebih baik berjauhan dulu karena aku masih bimbang dengan perasaanku ini pada Mas Andy. "Bang, mie ayamnya dua ya. Satunya jangan pedas." Sampainya di tukang Mie Ayam, Mbak Syifa langsung memesan dua porsi. Yang nggak pedas itu pasti punya dia, karena jujur aku suka pedas.

Kami berdua menunggu di kursi yang tersedia dan tak lama aku dikejutkan dengan sosok Mas Awen yang duduk di sebelahku. "Eh Reno, tumben ke angkringan? Tadi disana ada Andy loh, kamu nggak ketemu sama dia?" dengan suaranya yang khas aku bisa sangat kenal.

Dikejar Nikah - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang