Sembilan

9.7K 559 9
                                    

Selepas pertemuan yang tidak disengaja ini membuatku terlihat buruk, bagaimana tidak? Semua yang ada pada diriku jelek dan terlihat sangat buruk di pandangan keluarga Mas Andy, semuanya akan menjadi pengalaman yang sangat konyol dan memalukan bagiku. Benarkan? Akunya yang terlalu bodoh, atau memang takdir yang mengatakan bahwa diriku akan menjadi buruk di pandangan keluarga Mas Andy nantinya. Aku malu, sangat malu.

Seketika aku meninggalkan mereka di ruang tengah, aku sangat tidak sopan, nasib baik mereka mau datang hari minggu malah setelah tiba disini akunya seperti ini, tapi jujur aku memang sangat belum siap. Sabtu juga akhir pekan bisa dibilang, aku menunggu mereka tapi kenapa malah datangnya sekarang, memang aku juga sih yang sembarangan dan menebak, aku kira datangnya sabtu tapi ternyata minggu.

Langsung aku melempar tubuhku ke atas kasur, melumat seluruh tubuhku dengan selimut karena aku merasa bahwa diriku akan mati di dalam selimut, setelah itu mungkin aku akan bahagia dalam surga. Oh baiklah, tidak akan seperti itu karena Tuhan tidak mencintai hamba-Nya yang mudah berputus asa.

Aku memandang ke arah fotoku yang terpampang di atas meja sebelah kasur, dengan bingkai kecil aku memandang bingkai foto tersebut dan tersenyum, pria di dalam foto itu adalah diriku yang mungkin dulu sangat tidak perduli soal yang namanya cinta, tapi entah kenapa sekarang aku mudah bawa perasaan terlebih kepada seorang pria yang baru saja aku kenal. Kebaikan Mas Andy sangat membuat aky luluh tapi aku malah dengan mudahnys terlihat konyol begini. Ya ampun.

Tok tok tok!!!

Terkejut aku mendengar suara pintu kamarku yang diketuk, pasti itu Mas Danang, pasti kakakku itu akan berbicara sesuatu yang akan membuatku lebih baik. Sebaiknya aku biarkan dia masuk, siapa tau aku dapat pencerahan. "Masuk saja, tidak dikunci..." sahutku pada orang di balik pintu tersebut.

Namun...

Siapa sangka kalau yang masuk bukanlah Mas Danang melainkan Mas Andy yang ternyata masuk ke dalam kamarku, seketika aku meringkuk malu dan menutupi wajah burukku di di sela-sela lutut. Baiklah, aku sangat tidak ingin menampakan diriku saat ini di hadapan Mas Andy, sungguh. "Mas Andy, kok bisa kesini..." Aku bertanya, eh tapi bukan pertanyaan sih, aku lebih ke arah mengusir dia secara halus, tapi pria itu kurasa semakin mendekat karena aku mendengar suara langkahnya yang semakin menuju ke arahku.

"Dek, maaf. Mas dapat izin masuk ke kamar adek dari Danang, kakakmu. Mas boleh disini kan?" suaranya sangat dekat dan aku bisa merasakan kehadiran sosoknya tersebut. Suaranya sangat dalam, aku bisa melihat keseriusan dari dirinya terhadapku.

Aku masih terdiam, namun kali ini aku mendongakkan kepala seolah berusaha melihat wajah pria tersebut. Mas Andy malah tersenyum melihatku dan tidak ada rasa jijik atau apalah ketika melihatku dalam keadaan begini, luar biasa banget dia. "Mas kenapa nggak bilang dateng sekarang sih?" aku mulai bertanya padanya, suaraku pelan namun aku berusaha agar tetap terdengar.

Mas Andy lantas bingung, dia duduk di sebelahku di atas kasur, kemudian wajahnya mendekat. "Kan Mas udah bilang ke kamu Dek, kalau akhir pekan ini Mas akan datang bersama keluarga untuk melamar kamu." lanjutnya yang benar saja pasti dia jawab demikian.

"Ya kan sabtu juga akhir pekan, kemarin aku dan keluarga sudah menunggu Mas. Aku pikir datang di hari sabtu, mau menghubungi Mas tapi aku takut mengganggu Mas Andy di hari tersebut, soalnya aku pikir hmmmm yasudahlah.... Alhasil jadi begini deh, kamu datang di hari minggu dan aku belum siap semuanya." suaraku mulai goyang, seperti ingin menangis tapi aku tahan.

Kemudian Mas Andy tidak berkomentar dan malah menarik tubuhku untuk ia peluk, sangat erat sampai mungkin aku mulai kembali sadar kalau diriku mulai membaik. "Maafin aku ya Mas, seharusnya kamu datang aku sudah siap semuanya, tapi ini malah jadi begini." kataku lagi melanjutkan ucapanku.

Kemudian kami berdua dikejutkan dengan sosok Mas Danang yang hadir di kamar itu, "Maaf mengganggu acara romantis kalian, tapi sebaiknya kalian cepat keluar dan dengar..."

Baiklah aku harap bukan berita buruk, segera aku melepas pelukan tersebut dan juga aku serta Mas Andy mengikuti Mas Danang  dari belakang untuk menuju ruang tengah dimana ayahku, ibu, serta keluarga Mas Andy ada di sana. "Apa ini hal buruk?" tanyaku pada Mas Danang sembari berjalan.

"Kau tau ayahmu kan, beliau agak sedikit... Begitulah." jawaban Mas Danang malah membuatku semakin takut saja.

Mas Andy belum komentar lagi, dia masih terdiam dan mengikuti kami berdua.

Kemudian saat kami sampai di ruang tengah, yang lain berada disana melihat ke arah kami, terutama aku langsung menyaksikan ekspresi ayahku yang tidak enak samasekali. Beliau terlihat emosi dan kesal, "Reno, sini!" ayah memanggil dengan suara lantang, dengan cepat aku mendekatinya yang duduk di sofa. Ayah serta ibu sedang duduk di sana dan di depan mereka sudah duduk pula kedua orangtua Mas Andy serta seorang pria lagi, sepertinya itu adiknya Mas Andy. "Dengar ya, ayah menolak lamarin ini. Dan saya sebagai orangtua Reno, belum mengizinkan Reno untuk menikah." mampus, terkejut aku mendengarnya, ayahku sangat menakutkan, seketika aku melihat ke arah Mas Andy dan sepertinya dia juga tekejut dengan keputusan ayahku itu.

Ya ampun, kenapa semuanya semakin rumit begini sih? Baiklah, aku harus siapkan kuburan untuk diriku, terasa aku tidak sanggup. Kakiku lemas, sungguh aku tak berdaya.

•••°°°°•••

Reno

•••°°°•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••°°°•••

Andy

Andy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dikejar Nikah - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang