Empat

12.3K 684 12
                                    

Ya ampun, bukannya langsung balik ke kantor sendiri malah Mbak Syifa bilang ada perlu sama temennya di kantor ini. Yaudah aku terpaksa menunggu dia di ruang koridor gitu, agak sepi sih tapi masih ada beberapa yang jalan bolak-balik aku lihat, aku menunggu sambil duduk di kursi besi panjang yang tersedia disana, mataku melihat langit-langit dan ruangan di depanku dengan pintu cokelat mulai terbuka. "Eh Dek Reno, sedang apa disini? Pasti nyari Mas Andy ya?" itu Mas Awen, sahabatnya Mas Andy, oh dia ada disini ternyata, ya ampun kenapa jadi ketemu sama dia sih.

"Nggak kok Mas Awen, aku cu...."

Belum selesai aku bicara malah Mas Awen menarik tanganku untuk masuk ke dalam ruangan itu, entah ruangan apa ini tapi di dalam sepi banget, seperti ruang kerja lengkap dengan komputer dan banyak berkas. Akhirnya aku dipersilahkan duduk di kursi lagi oleh Mas Awen. "Sebentar ya, aku panggilin Andy dulu, tunggu ya." segera Mas Awen keluar dan berlari, aku bisa mendengar suara tapak sepatunya yang cepat.

"Eh,." padahal aku memang nggak bermasud ketemu sama Mas Andy, eh ada maksud sih, tapi sebenarnya bisa bicara nanti. Ya kalau bisa ketemu sekarang ya bagus, aku bisa coba tanya soal akhir pekan ini, benar atau tidak maksud dari keseriusan dia itu.

Sebentar, pandanganku terfokus pada bingkai foto lima orang lelaki di dalamnya, oh itu foto Mas Andy dengan Mas Awen selebihnya aku nggak kenal, mungkin teman mereka, tapi bedanya itu foto pas mereka masih lumayan muda dengan latar belakang pemandangan di atas puncak, lucu banget dulunya Mas Andy kurus banget tapi kalau sekarang badannya gagah dan berisi. Namanya juga transformasi yakan, ada perbedaan lebih baik itu hebat.

Menunggu,

Menunggu,

Sampai aku sadar sudah sepuluh menit aku menunggu tapi Mas Awen nggak balik, Mas Andy juga nggak ada batang hidungnya pun. Ini juga Mbak Syifa keperluannya nggak kelar-kelar, kok jadi banyak yang aku tunggu sih heran. Udahlah, mending aku segera bergegas pergi dan kirim chat WA aja sama Mbak Syifa kalau aku duluan balik ke kantor. Segera aku beranjak dari ruangan itu untuk membuka pintu, tapi...

"Eh," Lagi-lagi aku dikejutkan dengan sosok pria yang muncul di depan pintu setelah aku membukanya, bukan Mas Awen, kali ini benar-benar Mas Andy yang muncul di hadapanku. "Mas Andy..." kataku memanggil namanya.

Tatapannya masih terlihat kalem dan santai banget, berbeda dengan aku yang mulai merasa getaran dalam tubuh. Aku kayaknya mulai berkeringat. "Dek, maaf nunggu lama. Tadi ada yang harus Mas kerjain dulu." Mas Andy menjawab dan mulai menarikku masuk ke dalam ruangan.

Anehnya aku kembali mengikuti pria itu dan duduk bersebelahan di ruangan tersebut, "Nggak apa-apa Mas, aku juga nggak lama. Tadi nganterin berkas dokumen aja, sama Mbak Syifa si tadi tapi dia lagi ada urusan di sini sebentar. Makanya aku nunggu." kataku yang malah terdengar gugup, kembali gugup sepertinya sudah menjadi kebiasaanku di dekat Mas Andy.

Seketika hening, Mas Andy diam sambil melihat ke arah wajahku, dia tersenyum seolah ada sesuatu di wajahku. "Mas..." kataku memanggilnya lagi.

"Gimana, sudah bicara ke orangtua kamu belum?" tiba-tiba Mas Andy bicara pada intinya, tepat sekali, mungkin dia paham banget maksud diriku.

"Oh iya, soal itu..." Aku berhenti sejenak sebelum melanjutkan. "Maaf, kalau boleh tau untuk memastikan, Mas Andy serius soal pernikahan itu?"

Setelah aku bertanya demikian malah Mas Andy tersenyum sinis gitu, entah seperti apa aku memabayangkan bahwa dia serius tapi malah aku bertanya lagi. "Iya, Mas serius. Sangat serius." jawaban yang sangat membuatku semakin menjadi-jadi, aku yakin, dia memang bukan tipe pria yang main-main dengan ucapannya sendiri.

"E-ehm, ya. Kalau gitu, nanti segera aku bilang ke or...." Aku belum selesai bicara ternyata hal yang tidak aku sadari terjadi, dengan cepat tubuh Mas Andy mendekatiku dan wajahnya mendekat, seketika bibirnya langsung bertemu dengan bibirku dan membuatku berhenti bicara. Ciuman itu... Sangat menarik, aku bisa merasakan lidahnya masuk ke rongga mulutku, tangan Mas Andy menarik tubuhku untuk terus mendekat, dia memelukku, aku terus merasakan ciuman itu sampai tak sadar kalau diriku mulai terbuai. Jari jemariku dengan santai mengelus rahangnya, telapak tanganku dengan lembut mengusap tengkuk leher Mas Andy.

Tidak, aku berusaha perlahan mendorong tubuh pria itu namun Mas Andy malah semakin memeluk tubuhku, dia mengunci tubuhku dalam dekapan. Ini lembut tapi sangat dalam, ini pelan namun sangat nikmat. Ciuman ini membuatku malah semakin yakin dengan diri Mas Andy.

Perlahan ciuman itu terlepas namun tidak dengan pelukan tersebut, Mas Andy masih memelukku dengan erat dan hembusan nafasnya mulai terasa di bagian telingaku, dia mendekati bibirnya di daun telingaku dan berbisik. "Mas mencintaimu Dek, Mas sangat sayang sama kamu. Jadilah milik Mas seutuhnya." suaranya pelan namun sangat jelas, dia meyakinkan diriku lagi.

Sepertinya sudah sangat jelas, dia serius dengan diriku maka aku juga harus serius, harus.

•••~~~•••

Reno

•••~~~•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••~~~•••

Andy

Andy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dikejar Nikah - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang