Tujuh

10.1K 567 15
                                    

"Ayah, Ibu, aku ingin menikah! Besok calonku akan datang untuk melamarku, namanya Mas Andy dan dia adalah seorang laki-laki!"

Kemudian disambut tawa terbahak dari Mas Danang, Ayah, ibu dan bahkan Nadia serta Dani pun mentertawaiku. Apakah ini lucu? Uasem! Mereka anggap ini lelucon ternyata. "Masa sih Dek? Ya ampun Dek, kamu kesambet setan apa coba, tiba-tiba mau menikah, malah bilang sama laki-laki pula. Jangan bercanda deh kamu." suara Ayah sangat terdengar jelas dan tawanya semakin menjadi-jadi, apalagi Mas Danang yang aku lihat ketawa sampai sakit perut begitu.

Tapi Mas Danang berhenti tertawa saat ini, dia mulai memandang ke arahku dengan serius. "Dek, jangan bercanda. Kamu kalau bohong dosa loh." katanya yang semakin membuatku kesal, biarin deh, malah disangkanya bohong pula.

Segera aku bawa piring makananku dan segelas air putih, aku beranjak pergi untuk makan malam di kamarku saja. Heran, ngeliat Ibu sama Ayah malah asik ketawa jadi semakin kesal saja, "Dek, Dek Reno hey. Gitu aja ngambek, tuh kan masih kayak anak kecil begitu, kaos kaki aja masih minta dicariin kalau kerja. Hey, Dek!" bodo amat, aku nggak mau dengar ucapan ayah yang manggilin aku daritadi, mending aku terus jalan ke kamar karena malas banget dengar mereka ketawa terus.

Langsung aja aku makan nasi dan lauknya, tapi nggak kerasa apa-apa, mungkin karena aku emosi kali ya jadinya sampai aku makan pun tidak terasa apa-apa, ya ampun jadi emosi banget deh aku, ya tapi harus sabar karena mereka berdua tetaplah orangtua dan aku tidak boleh bersikap kurangajar dengan mereka, nggak ada niat juga sih.

•••
•••
•••

Tok tok tok!!!

Aku mendengar suara pintu kamarku diketuk, siapa sih? Aku lagi malas banget ketemu orang deh saat ini. "Siapa?!" tanyaku sambil tiduran main ponsel di atas kasur.

Aku bisa mendengar suara pria di luar sana, "Ini Mas Danang, boleh masuk nggak Dek?" oh Mas Danang, kirain siapa.

Aku kembali mengeraskan suara, "Masuk aja, nggak dikunci kok, tutup lagi kalau udah masuk." jawabku yang membelakangi posisi pintu kamar jadinya aku nggak melihat kalau Mas Danang sudah masuk ke dalam kamarku. Mau nagapain sih dia? Lagi badmood begini, jangan bilang malah mau ngeledek aku lagi, ih malas banget. Yaudah aku sibukin diri aku aja buka update-an teman di Instagram, daripada dengerin ledekan Mas Danang nantinya malah tambah nggak mood.

Aku mendengar suara selimut kasurku tergeser, Mas Danang duduk di pinggir kasur dan aku bisa merasakan tangan Mas Danang memegang pundakku. "Dek, Mas nanya serius ke kamu. Apa itu benar yang kamu katakan tadi?"

Ya ampun masih nanya, aku jujur saja dia nggak percaya, sekarang malah ditanya balik. "Ya menurut Mas Danang gimana? Lagian nggak ada untungnya aku bohong sama kalian, bahkan kalian orang yang lebih tua dari aku." jawabku sambil masuh fokus di layar ponsel, posisiku masih membelakangi Mas Danang. .

Mas Danang malah menjewer telingaku dan menariknya untuk menghadap, "Sini loh kalau Mas lagi ngomong tuh dilihat, nggak ada sopannya kamu tuh, heran."

Akhirnya aku bangun setengah badan sambil menopang kedua siku dengan bantal. "Sakit tau di jewer. Iya iya nih aku liatin, kenapa hm? Mas Danang mau ngeledek aku lagi, yaudah silahkan ledekin aja biar Mas Danang puas."

Kembali Mas Danang menjitak kepala aku, pelan sih tapi kan ukuran tangan dia besar. Dasar nyebelin, "Siapa yang mau ngeledek kamu. Mas nanya beneran, besok beneran kamu mau dilamar hm? Sama laki-laki?" ya ampun, kayaknya kali ini Mas Danang mulai serius, aku melihat sorot matanya tajam banget ngeliatin aku.

Suaraku pelan, aku masih takut untuk bicara serius dan sedekat ini pada Mas Danang. "Mas, pasti kamu kecewa ya dengar kabar ini? Tapi jujur ini bukan kemauan aku, laki-laki itu yang udah membuat aku berubah, meskipun dia gay tapi Mas Andy baik kok." baiklah, aku malah mulai terbuka.

Dikejar Nikah - BoyxboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang