18.

9 1 0
                                    

"Kei, mamah boleh minta tolong?"

Keisya yang sedang rebahan ditemani camilan dan film action kesukaannya. Sudah seminggu setelah kejadian tak mengenakan di taman dimana Kenzo secara tiba-tiba memintanya menjauh.
Menjauh? Bahkan Kenzo tidak pernah mendekat kenapa dia bisa beranggapan kalau Kenzo menjauh? Ah, sudahlah biarkan!

Keisya menoleh ketika mama Naina berbicara karena yang dasarnya memang terlalu fokus alhasil kata-kata mama Naina tadi hilang begitu saja seperti omongan gaib.

"Apa ma? Mama bilang apa tadi?"

"Aaaak!!! Sakit ma!"

"Siapa suruh gak dengerin mama! Kamu tuh ya, bukannya keluar jalan-jalan atau main, nonton drama mulu. Udah seminggu ini kamu jarang banget main. Kamu kenapa, Kei?"

Keisya mengerjapkan matanya lucu. Ternyata mamanya ini menyadari perubahan sikapnya seminggu terakhir.

"Ng-nggak kenapa-napa kok ma! Mama tadi bilang apa? Mau nyuruh Kei kan? Mau nyuruh apa?" Seminggu terakhir sikap dan sifatnya sedikit berubah. Dari yang selalu apa-apa cerita menjadi lebih pendiam. Seperti inilah Keisya sekarang.

"Oh iya, tolong beli ini di supermarket depan!"

"Oke, siap! Kei berangkat!"

Dengan menenteng tas belanjaan Keisya berjalan ke supermarket depan diiringi nyanyian dari suara merdunya, menurut dirinya sendiri.

"Kita lihat, kentang, sawi, paprika, spageti, keju, susu, roti, garem, gula, merica, saus sambal, saus tiram, kecap manis, kecap ikan..." dan masih berlanjut, "buset dah, ni emak gue gak sekalian beli supermarketnya aja?"

Ketika masih diperjalanan.

"Woy!"

"Eh, anjir, goblog, bangsat, anjing lo!"

"Tu mulut kagak sekolah apa?"

"Ngapain lo ngagetin gue Reysat!"

"Sejak kapan nama gue jadi Reysat gue Reyhan, jir. Btw mau kemana lo?"

Keisya mengangkat tas belanjanya menunjukan kalau dia disuruh belanja ke supermarket.

"Oh, bareng gue aja yuk!"

Keisya nampak berpikir. Sebenarnya ini hanya alasan dia saja agar terlihat jual mahal, dikit.

"Oke deh, yok!"

Keisya menaiki motor kawasaki Reyhan dan mereka melaju meninggalkan TKP adu mulut menuju supermarket.

"Keysip, thanks ya Rey! Lo mau masuk kagak?"

Reyhan yang baru selesai memarkirkan motornya melepas helm full face-nya dan mengangguk tanda mengiyakan.

...

"Saus tiram, saus tiram, tiram, tiram..." Keisya menunjuk satu persatu persaus-sausan didepannya. "Nah, ini dia!"

"Dor!"

"Sat!"

"Mulut lo!"

"Lagian siapa suruh ngagetin gue."

Reyhan tampak menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Terlihat sekali kalau sekarang pemuda itu sedang gugup.

"Apaan Rey?" Keisya melihat sinyal-sinyal kalau laki-laki didepannya ini ingin mengatakan sesuatu.

"Emmm, lo kenapa waktu di taman bermain ninggalin gue?"

Keisya tampak terdiam. Dia baru ingat kalau ini adalah pertemuannya kembali dengan Reyhan setelah insiden di taman bermain itu.

"Lo gak marah karena," Reyhan tampak menyentuh bibirnya sendiri dengan telunjuknya.

Keisya yang melihat itu memelototkan matanya dan wajahnya terasa terbakar mengingat kejadiannya.

"Lo apa-apaan sih! Y-ya nggaklah!" Keisya memalingkan wajahnya menyembunyikan semburat merah muda di pipinya.

Reyhan tampak menghembuskan napasnya lega. Akhirnya yang dikhawatirkannya tidak benar-benar terjadi.

"Syukurlah kalo lo gak marah, lega gue dengernya. Gue takut banget lo marah sama gue karena itu. Gue minta maaf ya soal yang itu!"

"Iya, lo santai aja."

"Udah kan?" Keisya mengecek kembali belanjaannya dan menganggukan kepalanya.

"Oke, mari kita pulang!"

Reyhan mengambil alih tas belanja Keisya dan merangkul bahunya membawa mereka ke kasir dan pulang atau mungkin mampir sebentar di suatu tempat.

Keisya tampak terkejut dengan perlakuan Reyhan. Namun, akhirnya dia tersenyum kecil merasa bahagia. Dengan seperti ini dia bisa sedikit melupakan kesedihannya.

Thanks Rey! Batin Keisya.


*
*
*
*
*

Don't forget to voment:)
Love you💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KEKE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang