17.

16 2 0
                                    

Bohong kalau Keisya bilang dia tidak apa-apa. Semuanya masih terekam jelas di otaknya. Dimana dia yang melihat Kenzo berpelukan dengan seorang wanita dan dimana ketika dia yang dilihat sinis oleh orang-orang disekitarnya.

Mungkin untuk yang kedua itu dia bodo amat. Tapi, untuk yang pertama dia tidak bisa mengabaikannya.

Terulang lagi momen-momen manis ketika Kenzo memeluknya dengan wajah babak belur dan ketika dengan lembutnya Kenzo mencium keningnya.

Semuanya terulang.

Tapi, akankah semua itu ada artinya untuk seorang Kenzo?

"Hey, udah dong jangan ngelamun terus kan ada gue disini." Fani tadi diminta Keisya datang kerumahnya untuk menemaninya. Tapi, setelah Fani datang 15 menit lalu dan selama itu juga Keisya selalu melamun.

"Gimana kalau kita ke taman?"
Sebenarnya Keisya malas bepergian kemanapun. Namun, melihat wajah Fani yang terkesan menyebalkan akhirnya dia luluh.

...

Mereka berdua duduk di bangku taman dengan ditemani minuman dingin di tangan masing-masing.

Setelah melihat banyak anak kecil tertawa disekitarnya Keisya merasa lebih baik sekarang. Tanpa sadar Keisya tersenyum.

"Nah gitu dong senyum! Kan enak juga gue bawanya. Dikira gue apa-apain lo kalau lo cemberut terus dari tadi." Keisya semakin tersenyum mendengar ocehan sahabatnya.

Mereka berdua membahas sesuatu yang tidak penting dan sesekali tertawa.

"Lo tau pak Diman? Tukang sapu sekolah? Katanya dia itu bisulan." Mereka berdua tertawa dengan kata-kata Fani.

"Lo apaan sih, gosip darimana coba." Keisya geleng-geleng kepala dengan pengetahuan gosip Fani yang tidak penting.

Tanpa sadar netra matanya menangkap seseorang yang sedang memperhatikan ke arah keduanya atau lebih tepatnya ke arahnya.

Kenzo?

Fani menyenggol Keisya yang terdiam mendadak. "Kenapa? Liatin apa lo?"

Keisya melirik Fani "O-oh ng-ngak gak liat apa-apa." Fani diam dan mengiyakan.

Ketika Keisya melirik lagi ke tempat seseorang yang terlihat seperti Kenzo tadi tapi dia sudah hilang entah kemana.

Itu Kenzo? Ngapain? Salah liat mungkin. Batin Keisya.

Kryuk!

Mendengar sesuatu Keisya melirik Fani yang sedang nyengir tanpa dosa.

"Lo kenapa?"

"Hehe, gue laper! Gue beli makan dulu ya! Lo mau?"

"Dasar! Nggak deh, gue nungguin lo disini aja."

"Oke sip! Tungguin ya!" Fani pun pergi untuk mencari makanan yang akan mengganjal rasa laparnya.

Keisya menggelengkan kepalanya "Dasar perut karet!"

Keisya menyibukkan dirinya dengan mengecek handphonenya.

Tak berapa lama ada pergerakan disebelahnya.

Keisya berbalik "Udah dapet makannya?" Keisya terdiam dengan pemandangan disebelahnya.

"Hai!"

Keisya masih diam dengan keterkejutannya.

Orang itu melambaikan tangannya didepan wajah Keisya.

"Hei!"

Keisya mengerjapkan matanya lucu dan mulai kembali pada kesadarannya.

"Lagi apa?"
Keisya diam, tidak tahu haruskah dia menjawabnya atau tidak.

"Duduk." Orang disebelahnya tersenyum geli dengan ucapan Keisya.

"Iya, gue juga tahu lo lagi duduk."
Keisya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Gue mau lo jangan deket-deket gue lagi di sekolah!"

Keisya terkejut dengan perkataan Kenzo. Ya, orang disebelahnya ini adalah Kenzo. Orang yang sudah membuatnya menangis beberapa jam lalu. Dengan tiba-tiba dia mengucapkan kalimat itu.

"Lupain semuanya! Tentang gue yang pernah peluk lo dan gue yang pernah cium lo. Anggap kita gak pernah kenal."

Setelah mengatakan itu Kenzo pergi meninggalkan Keisya yang tengah mencerna ucapannya.

Tanpa terasa matanya kembali memanas.

Dia tidak tahu kenapa hatinya sangat sakit mendengar perkataan laki-laki itu. Dia belum mengerti dan belum paham dengan situasinya kini. Dia belum tahu kalau mungkin hatinya sudah terbuka untuk sosok Kenzo. Dan mungkin hatinya sudah menerima Kenzo untuk memenuhinya. Dia tidak tahu kalau dia mungkin sudah jatuh cinta pada seorang Kenzo.

Keisya kembali menangis dengan menutup wajahnya.

Fani yang baru kembali pun terkejut dengan keadaan sahabatnya.

"Kei, lo kenapa?" Keisya mendongak dan melihat Fani dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Kei, lo kenapa? Kok nangis? Siapa yang udah buat lo nangis kayak gini?" Fani merengkuh tubuh sahabatnya itu dan mengelus punggungnya.

Keisya masih menangis didalam dekapan Fani.

Kenapa gue nangis? Bukannya seharusnya gue senang karena gue gak harus deket-deket lagi sama Kenzo. Tapi, kenapa rasanya berat banget untuk jauh dari Kenzo. Kenapa rasanya hati gue gak terima jauh dari Kenzo? Gue kenapa? Batin Keisya.

*
*
*
*
*

Don't forget to voment:)
Love you💕

KEKE [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang