10-pohon dan angin

63 23 6
                                    

Otak penuh akan pikiran. Tatapan kosong menerawang jauh kedalam kolam renang yang tenang. Tubuh bersandar pada bantal-bantal yang berada di atas daybed rotan. Hati dan Raga yang menunggu jawaban akan hasil dari pikiran.

Tali kerudung bergo milik Afa yang tidak terikat seakan menari-nari mengikuti tempo terpaan angin malam ini. Baju piama polos yang ia kenakan sedikit mendingin, pun juga ulah angin malam.

"Anak bunda ko melamun sih,"bunda datang membawa nampan yang berisikan susu coklat kesukaan Afa.

Afa tersadar lalu bergerak membenarkan posisi duduk nya. Bunda duduk di samping Afa lalu memberikan susu coklat itu kepada Afa.

"Diminum dulu Fa. baru cerita ke bunda, apa si yang buat anak bunda jadi melamun gini?"

"Biasanya juga kamu kalo ga nyari resep baru ya nyanyi-nyanyi sama bi ijah, atau engga sama Alwi."

Afa meminum habis susu coklat buatan bunda, kemudian ia mengubah posisi duduk nya menghadap Bunda.

"Jad-"

"Alhamdulillah dulu sayang..."Bunda mengingat kan Afa untuk bersyukur pabila sesudah memakan atau meminum sesuatu.

"Alhamdulillah..."ujar Afa.

"Jadi?"tanya Bunda.

Afa menghela napas sejenak.

"Afa bingung Bun,"

Bunda diam menatap Afa menunggu kalimat selanjutnya. Afa yang paham akan maksud Bunda segera melanjutkan kalimatnya.

"Afa bingung mau pesantren apa engga,"

"Bukan nya waktu itu kamu bilang mau sama papah?"

"Iya Bun. Afa ga mau ayah kecewa,"

"Owh jadi itu yang bikin anak bunda waktu itu langsung nge-iyain tawaran ayah?"tanya bunda kemudian menyandarkan kepala Afa ke pundak nya. Dirangkulnya anak tiri yang ia anggap anak kandung nya itu dengan lembut. Tangan bunda bergerak mengelus Pelan kepala Afa yang berbalut kerudung bergo hitam, membuat pemilik nya merasa nyaman sekaligus hangat secara bersamaan.

"Kamu lihat pohon itu,"bunda menunjuk sebuah pohon yang berada di sudut ruangan. Afa mengangguk sebagai jawaban.

"Angin,"ucap bunda tersenyum. Afa menatap bunda nya bingung, ada apa dengan angin?

"Angin kenapa Bun?"

"angin itu hati nya pohon,"Afa semakin di buat bingung. Pohon?angin?hati? Ia tidak mengerti apa yang di maksud bunda nya.

"Anggap aja kaya gitu,"

"Ketika angin ingin bergerak ke arah barat, maka dedaunan yang ada di ranting-ranting itu juga bergerak ke arah barat. Mengapa begitu?"jelas bunda sekaligus tanya bunda.

Afa menggeleng, ia sangat fokus mencerna setiap kata yang di lontarkan bundanya.

"Karena angin ialah hati nya. Pohon hanya berserah diri kepada angin, karena ia tahu, keputusan angin ialah keputusan yang terbaik. Pabila itu bukan yang terbaik pun itu hanyalah ujian untuk seorang pohon."

"Jikalau pohon ingin berayun ke arah timur, tetapi angin ingin bergerak ke arah selatan, apakah pohon bisa membantah angin? Ia saja tidak bisa bergerak."

"Tetapi ingat. Di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Pabila Allah berkehendak pohon dapat bergerak tanpa ada nya angin, itu bukan lah hal mustahil, karena Allah yang berkehendak. Sang pencipta pohon dan angin."Afa mulai paham apa yang di maksud bunda nya.

"Jadi. Ikuti kata hati kamu, karena itu yang terbaik. Pabila kamu memaksakan kehendak pikiran tanpa mendengar kan kata hati, sesuatu yang kamu kerjakan tidak akan berjalan mulus, karena bisa di bilang itu sebuah paksaan dari pikiran. Tapi, seperti yang bunda bilang tadi, pabila Allah berkehendak, hati pun kalah akan kehendak nya. Karena kamu dan hati kamu..."bunda meletakkan telunjuknya ke hidung Afa lalu ke arah dimana letak nya jantung afa berada.

"Adalah ciptaan nya."

Ibarat kan daun dan api, nasehat bunda bagaikan api dan pikiran Afa bagaikan daun. Api yang membakar ujung daun, lalu dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh daun.

"Gitu ya Bun?"tanya Afa menatap bunda nya serius. Bunda mengangguk sembari tersenyum kepada Afa.

"Jadi?"bunda bertanya.

"Afa mau masuk SMA sama temen-temen,"putus Afa dengan antusias.

"Kalo itu kata hati kamu. Insyaallah itu yang terbaik buat kamu, asalkan, kamu menjalani nya dengan hal-hal yang baik, bukan hal-hal yang membuahkan Allah murka,"

"Ngerti sayang?"Afa mengangguk tanpa menghilangkan senyum bahagia nya, ia sangat bersyukur mendapatkan bunda seperti bunda nya.

"Bicarakan sama ayah baik-baik, ayah pasti ngerti sama kamu,"

"Iya Bun,"

"Hello mom and my sister,"sapa Alwi adik tiri Afa.

Alwi mendudukan dirinya di tepi kolam sambil memetik satu persatu senar gitar dengan merdu.

"Di depan ada temen-temen lu ka,"ucap Alwi

"Astagfirullah afa lupa Bun,"

"Bun Ara, Aca, sama Yaya nginep disini gapapa kan Bun?"izin Afa pada bunda.

"Ya gapapa lah,"

"Yaudah Afa kedepan dulu Bun,"

"Dah bunnn,"Afa mengecup singkat pipi bunda nya.

"Dah Dede aguu...muach,"Afa berlari menuju ruang tamu.

"Jyjyk mbak nyahh,"ujar Alwi tertawa.

Bunda tersenyum melihat keakraban kedua anak nya.

Aku & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang