11-berubah

43 12 0
                                    

"gue...mau jadi cewe,"ucap Yaya ragu dan juga pelan.

Namun, masih dapat terdengar oleh tiga gadis yang saat ini sedang sibuk dengan obrolan nya.

Terkejut?

Ya, Tentu saja. Bagaimana Afa tidak terkejut mendengar pernyataan teman nya itu.

Ara dan Aca juga tidak kalah terkejut mendengar empat kata penuh makna itu.

Klasik memang. Tapi bagi Afa dan kedua temannya, apakah itu bisa di bilang klasik?

Tentu saja tidak!

Ya, tidak pabila kalimat itu keluar melewati pita suara seorang Nayaya fazira.

Mereka benar-benar tidak percaya mendengar gadis itu ingin mengakhiri ke tomboyan nya.

"Mustahil,"gumam Ara. ketidakpercayaan masih terpapar jelas di wajah nya.

"Ya, Mustahil."lanjut Aca. membenarkan gumaman Ara.

Afa tersadar. lantas, ia tersenyum lembut kepada Yaya. Senyum yang di dalam nya berisi kan banyak makna---bersyukur, ketulusan, dan dukungan.

Dilihat nya masih ada keraguan di mata temannya yang berniat merubah gaya hidup nya itu. Kata ragu disini bukan lah ragu untuk melakukan---merubah, tapi kata ragu disini ialah ragu untuk mengatakan, ragu untuk mengungkapkan.

Karena, sejatinya seorang perempuan pasti memiliki rasa gengsi yang kuat, Sekalipun ia berpenampilan lain pada perempuan umumnya, hal itu tak berdampak pada sifat dasar seorang perempuan.

"Lu bener-bener mau jadi cewe?"tanya Afa memastikan.

"Heiyaw Afa.....she is girl okay!!"protes Aca pada Afa.

"Heiyaw Aca.....Yaya bukan gor okay!!"protes Ara pada Aca, Ara memang lemah dalam bahasa Inggris, membedakan pengucapan huruf dalam bahasa Inggris yang benar saja ia tidak tahu, sehingga membuat ia protes kala mendengar pengucapan girl yang terdengar seperti gor di telinganya.

Aca menepuk dahi nya pelan.

"Girl!! bukan gor Ara!!"Aca menatap Ara serius.

"Lu ngomong gor Aca!!"

"Girl Ara!!"

"udah!! sebelum Yaya berubah pikiran!!"Afa menengahi perdebatan kedua insan tersebut.

Ara dan Aca sontak terdiam. Yaya terkekeh melihat keduanya.

"Sebenarnya gue tu dah lama mau bilang. Tapi gue gengsi,"

Afa, Ara, dan Aca diam mendengarkan.

"Gue mikir. Kalo gue kaya gini terus masa depan gue kek gimana coba,"

"Ambyar..."ujar Aca, mengangkat kedua tangan nya ke atas.

"Nah itu,"Yaya kembali melanjutkan kalimatnya.

"Gue mau minta tolong,"

"Bantuin gue ngerubah diri gue jadi cewe seutuhnya,"pinta Yaya serius.

"Gampang itu mah,"Ara mengibaskan tangan nya.

"Hooh gampang,"lanjut Aca.

"Ya gampang bagi kalian,"

"Bagi yaya yang belum biasa ya susah lah,"ujar Afa.

"Tapi selama lu berusaha, perlahan-lahan lu pasti bisa ya. Kita-kita juga pasti ngebantu lu ko,"lanjutnya.

"Em...tapi gue takut di omongin orang. Secara kan gue tomboy udah dari kecil. Apa kata orang kalo gue tiba-tiba berubah,"

"Yaya. Kalo lu dengerin omongan orang mah ga ada abis nya,"ucap Ara

Afa dan Aca mengangguk membenarkan Ara.

"Lu fokus aja sama diri lu sendiri. Jangan dengerin orang,"ucap Aca.

"Jangan sampe gara gara dengerin omongan orang, terus lu patah semangat buat berubah,"Afa ikut menambahkan.

"Gitu ya?"

"Terus gue harus gimana?"tanya Yaya.

"Mulai besok lu jangan pake anting hitam lagi,"

"Rambut lu besok sekolah di gerai aja ya,"

"Besok lu kalo sekolah pake liptint biar bibir lu ga pucet,"

"Baju sekolah lu jangan di lipet lagi lengan nya,"

Yaya dibuat melongo mendengar kalimat beruntun dari mulut Ara dan Aca.

"Mampus lu ya!"kekeh Afa.

"Sumpah gue harus kek gitu?"tanya Yaya tidak percaya.

"Ya harus lah!!" Ucap kompak dua sejoli.

Wajah Yaya menegang dibuatnya.

"Yang terpenting sikap lu jangan kaya laki-laki lagi. Itu udah cukup buat ngerubah lu ya,"

"Tentang penampilan Lu, sedikit demi sedikit mau ga mau lu harus ngerubah juga, ya intinya jangan ada yang berhubungan sama ketomboyan lagi,"

"Tapi. kalo lu ga bisa jangan dipaksain, secara perlahan aja. Lama kelamaan juga lu kebiasaan ko,"

Yaya sedikit tenang mendengar nasehat Afa.

"Yaudah gue usahain,"

"Tapi bantuin gue ya,"

"Pastinya!!"ucap kompak Afa, Ara, dan Aca, tidak bisa di pungkiri, Afa sangat semangat membantu niat baik temannya itu. begitu juga dengan Ara dan Aca.

"Stok masker lu masih ada kan Fa?"tanya Ara.

"Hooh,"ujar Aca.

"Ada ko. tuh di laci,"jawab Afa sambil menunjuk tempat dimana laci berada.

"Nah pas banget,"ujar Aca penuh semangat.

"Owh gue paham,"Afa mengangguk. Ia paham maksud kedua temannya itu.

"Yaya. Lu harus make juga ok,"ucap Aca.

"Tap-"

"Tidak ada penolakan!!"potong Ara sebelum Yaya menyelesaikan ucapannya.

"Sekali-kali ya lu Make beginian,"kekeh Afa.

Kemudian ia beranjak menuju meja rias minimalis milik nya. Dibukanya laci yang berisikan bermacam-macam jenis masker itu.

Sungguh, bukan kehendak dirinya kala itu memiliki stok masker seperti ini. Jika bukan atas dasar paksaan dari kedua teman nya dulu, mungkin ia tidak akan pernah menyukai perawatan seperti ini.

Satu persatu dari mereka mulai memulai kegiatan memoles masker yang sudah di campur dengan sedikit air itu.

Setiba nya giliran Yaya, Afa dan kedua temannya mulai memoleskan sedikit demi sedikit masker ke wajah Yaya. Butuh banyak perjuangan membujuk salah satu temannya itu.

Usai memakai masker, Afa dan ketiga temannya memutuskan untuk menutup mata masing-masing---menidurkan diri.

Kasur milik Afa menjadi saksi untuk seorang Nayaya fazira yang ingin memulai kehidupan baru nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku & KenanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang