Bab 8

5.3K 254 5
                                    

Deg

Acha pun menoleh dan mengangkat kepala nya karena orang tersebut lebih tinggi dibanding diri nya. Orang itu adalah Angkasa. Angkasa bersama teman-teman nya baru saja keluar kelas.

"Ehh Acha mau bareng nggak?" tanya Arkan.

"Ngga usah kan gua pulang naik angkot aja sama Shania, kasian Shania kalo pulang sendiri" jawab Acha.

"Oh ya udah kalo gitu gua duluan ya cha" pamit Arkan dan di angguki oleh Acha.

"Woyy bareng napa kan" ucap Farrel.

"Lu gila? lu mau kita bopat? lagian lu berdua juga bawa motor masing-masing. Ini gua mau nganterin anak kebo soalnya" ujar Arkan.

"Sialan lu kan kalo ngga ikhlas ngga usah gua bisa nebeng sama yang lain" jawab Gugun tidak terima.

"Ya elah lu baperan amat si dasar anakonda" ujar Arkan dan langsung merangkul Gugun menuju parkiran.

Di lain tempat Farrel yang merasa Angkasa sengaja bersebelahan dengan Acha hanya membisikan sesuatu 'pepet aja sa mumpung nggak ada Arkan' sedangkan Angkasa hanya diam saja.

Acha yang merasa posisi nya terpojokan oleh Angkasa pun langsung mundur beberapa langkah sampai ia bersandar di meja. Angkasa yang menyadari Acha berpindah tempat pun langsung mengikuti nya secara perlahan sampai posisi nya bersebelahan dengan Acha dan lengannya sudah menempel dengan lengan Acha. Acha yang menyadari hanya biasa saja. Dalam hati 'kapan lagi dia kaya gini dengan seorang primadona sekolah'.

Hujan pun masih turun deras sampai petir pun menggelegar. Acha yang mendengar suara petir refleks menengok ke kanan tepatnya di depan dada Angkasa. Acha yang menyadari nya langsung mendongak ke atas dan mata nya bertemu dengan mata Angkasa. Refleks ia langsung memutuskan kontak mata dan kembali kepada posisi semula.

"Mantep bro" bisik Farrel kepada Angkasa dan Angkasa hanya diam saja.

Hujan rasa nya memang tidak ingin reda terlebih dahulu ditambah petir yang masih menggelegar.

Acha pun melipat kedua tangan nya ke lengan karena angin lumayan kencang membuat cuaca sedikit dingin. Angkasa yang menyadari nya pun langsung menoleh ke arah Farrel sambil menaikan sebelah alis nya. Farrel yang menyadari nya pun menengok ke Acha sebentar lalu membisikan sesuatu kepada Angkasa.

"Ntar aja tunggu ada petir" bisik Farrel. Angkasa yang bingung pun langsung mengerutkan dahi nya.

"Lu mau kasih dia jaket lu kan? gua tau tapi nanti aja kasih nya kalo ada petir biar tambah gimana gitu" bisik Farrel.

Sedangkan Angkasa hanya menghembuskan nafas nya kasar. Acha yang sedikit mendengar percakapan kedua nya refleks bergeser sedikit ke kiri karena tidak enak dengan Farrel dan Angkasa. Namun siapa sangka hujan malah turun lebih deras lagi membuat Acha kecipratan mau tidak mau ia bergeser hingga bersebelahan dengan Angkasa lagi.

Shania? jangan ditanya sahabat nya satu ini malah enak-enakan memakan cilok sambil memandang hujan. Acha pun tidak tahu kapan Shania membeli cilok.

Angkasa yang menyadari sifat menggemaskan Acha diam-diam menarik ujung bibir nya sedikit ingat hanya sedikit beberapa cm saja mungkin. Sedangkan Farrel ia hanya melihat perlakuan sahabat nya itu dalam hati Farrel bersyukur dengan sifat Angkasa yang perlahan sudah membuka hati nya kepada Acha.

Shania yang menyadari sahabat nya tidak ada disamping nya pun refleks langsung menoleh ke samping namun si bocah cerewet itu tidak ia temukan pada saat Shania menengok ke belakang ingin rasa nya ia tertawa sekencang-kencang nya di depan wajah Acha. Bagaimana bisa Acha yang bertubuh mungil sedang berdiri bersebelahan dengan? What Acha bersebelahan dengan Angkasa? apa cowok yang dimaksud Acha di taman tadi Angkasa? Tanpa berpikir panjang Shania yang melihat wajah memohon Acha langsung berbicara.

ACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang