Bab 9

4.6K 261 3
                                    

Jam menunjukan pukul 22.30 malam tetapi seorang anak laki-laki itu masih belum memejamkan mata nya juga. Dia adalah Angkasa ia masih belum bisa tidur dengan nyenyak karena entah kenapa bayang-bayang seorang Acha masih terus berputar di pikirannya. Sifat nya yang menggemaskan membuat Angkasa terus menerus tersenyum membayangkan nya.

Angkasa yang mulai bosan pun beranjak ke arah balkon kamar nya. Nampak nya malam ini bulan tidak kesepian karena banyak sekali bintang-bintang yang setia menemani nya. Sambil menikmati semilir angin Angkasa dan membayangkan wajah Acha tiba-tiba pintu kamar nya terbuka dan menampilkan sosok Nina bunda nya yang tersenyum manis.

"Belum tidur bang?" tanya bunda dan Angkasa hanya menggelengkan kepala nya.

"Bunda mau cerita boleh?" tanya bunda dan langsung menarik anak nya itu untuk duduk bersebelahan dengan nya.

"Bintang nya banyak ya" ucap bunda dan hanya diangguki oleh Angkasa.

"Bunda mau ngomong apa?" jawab Angkasa. Yang masih duduk di samping bunda nya.

"Kamu masih ingat tante Tami kan? sahabat bunda yang punya butik?" tanya bunda dan diangguki oleh Angkasa.

"Tante Tami dan suami nya itu orang sibuk bahkan om Arya, suami nya tante Tami justru jarang pulang ke rumah karena ia mementingkan pekerjaan nya terus. Kadang bunda suka kasian melihat Acha anak nya tante Tami yang selalu kesepian paling cuma sama mbok Surti pembantu nya aja di rumah. Waktu itu bunda pernah ke rumah tante Tami nggak sengaja bunda ngeliat Acha yang lagi melamun di depan kolam renang. Bunda yang tadi nya mau samperin dia keburu tante Tami manggil bunda." ujar bunda panjang.

"Jadi bunda minta tolong sama kamu, kamu kan satu sekolah dengan Acha bunda minta tolong kamu jagain dia bang kalau bisa kamu sering ajak dia jalan-jalan biar nggak terlalu jenuh di rumah" ujar bunda yang membuat Angkasa hanya diam sambil mencerna ucapan Nina.

"Nggak bisa bun" jawab Angkasa sambil menatap bunda nya.

"Loh, kenapa?" tanya bunda

"Bunda kenal Arkan?" ujar Angkasa

"Arkan sahabat kamu itu kan?" dan langsung diangguki oleh Angkasa.

"Dia suka sama Acha, kalau bunda suruh abang jagain Acha abang bisa aja jagain dia diem-diem tanpa sepengetahuan dia. Tapi kalau buat ajak dia jalan-jalan abang kurang yakin, abang masih nggak mau kalau Arkan ngira nya abang ada hubungan dengan Acha" jawab Angkasa.

"Ohhh jadi ini masalahnya yang bikin anak bunda bingung, bang dengerin bunda" ujar Nina sambil membenarkan posisi duduk nya agar menghadap putra nya itu.

"Bunda nggak masalah kalau kamu nggak bisa ajak jalan-jalan Acha tapi bunda minta tolong jagain Acha bunda cuma takut Acha berbuat yang diluar pikiran bunda" ujar bunda sambil mengusap pipi mulus Angkasa dan hanya diangguki oleh Angkasa.

"Abang bakal coba bun" jawab Angkasa dan bunda yang mendengar jawaban anak nya itu hanya tersenyum puas.

"Masa sering juara kelas tapi soal perasaan perempuan aja kamu langsung menciut si, udah 11 tahun sekolah tapi nggak pernah kenalin pacar ke bunda" ledek bunda dan Angkasa hanya mengangkat bahu nya saja.

"Udah tidur udah malam besok kan kamu masih sekolah" ujar bunda sambil berdiri dan diikuti oleh Angkasa.

Angkasa sudah membaringkan tubuh nya di kasur. Bunda pun menarik selimut Angkasa hingga sebatas dada Angkasa dan mencium kening putra nya.

"Makasih ya bang" ucap bunda setelah mencium kening putra nya dan Angkasa hanya tersenyum. Setelah itu bunda langsung beranjak meninggalkan kamar Angkasa dan tidak lama Angkasa sudah mulai masuk ke dalam mimpi nya.

ACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang