Bab 42

2.7K 165 13
                                    

"Angkasa nanti kalo lampu nya mati gimana?" teriak Acha yang masih setia memeluk lengan nya.

"Nggak usah teriak-teriak biasa aja kali ngomongnya gue juga denger." jawab Angkasa sambil mengelus telinga nya.

"Acha takut."

"Apa-apa takut, dikit-dikit takut gimana mau berani nya."

"Acha udah berusaha lawan tapi nggak bisa sa. Angkasa pikir enak jadi Acha selalu diremehin semua orang."

"Semua orang pasti menakuti banyak hal sa. Apa cuma Angkasa yang paling berani disini? sampe-sampe Acha kaya gini selalu dibilang penakut lah, Acha nangis dibilang cengeng lah. Acha juga mau ilangin itu semua sa tapi nggak segampang itu."

Angkasa terdiam. Baru kali ini ia mendengar Acha marah kepadanya. Saat ini lengannya pun juga sudah tidak dipeluk oleh Acha lagi.

Angkasa menatap Acha yang saat ini sedang menundukan kepala dan menutup telinga nya. Jangan lupakan air mata yang terus menerus turun.

"Cha." panggil Angkasa sambil memegang lengannya. Namun ditepis oleh Acha.

Apa perkataannya tadi sangat menyakiti hati Acha?

"Cha, bukan gitu maksud gue."

"Terus gimana?! Angkasa mau ngejelasin kalo tadi cuma bercanda?! kalo yang Angkasa maksud tadi biar Acha jadi anak yang berani. Iya kan! mau ngomong itu kan!"

"Bercanda juga ada batesan sa. Mau bikin Acha biar berani lawan ketakutan Acha? Nggak gini cara nya sa."

Angkasa terdiam. Benar kata orang lidah memang setajam silet. Saat ini Angkasa merasa sangat sangat bersalah.

Angkasa menarik Acha kedalam pelukannya. Namun baru kali ini di tolak oleh Acha.

"Cha." panggil nya sekali lagi.

"Gue minta maaf. Gue nggak tau kalo bakal kaya gini."

"Alasan nggak masuk akal." jawab Acha remeh.

Jederrr

Petir berbunyi sangat kencang dan mendadak lampu rumah Angkasa mati. Acha hanya bisa menutup mata dan menutup telinga nya saja.

"Gue ambil handphone dulu." ujar Angkasa sambil berdiri. Namun tangannya langsung dipegang erat oleh Acha.

"Ikut." ucap Acha dan diangguki oleh Angkasa.

Angkasa melangkahkan kaki menuju kamar nya lalu segera mengambil handphone nya. Setelah selesai ia langsung kembali ke ruang tamu. Jangan lupakan Acha yang masih menggandeng tangannya.

"Gue minta maaf." ucap Angkasa saat mereka berdua sudah sampai diruang tamu.

Acha terdiam tidak menjawab ucapan Angkasa.

"Cha."

"Cha, gue minta maaf."

"Berisik. Ngomong mulu."

Jawaban Acha mampu membuat Angkasa terdiam. Pelajaran untuk Angkasa. Mungkin lain kali ia harus berhati-hati dalam bicara.

~~~

"Aku memang pencinta wanita, namun ku bukan buaya."

"Awal nya ku pura-pura lama-lama ku jadi suka."

"Kisah ini berawal dari instagram."

"I like your eyes, you look away when you pretend not to care."

"Berisik gun." tegor Angkasa kepada Gugun.

"Tutup kuping lo kalo mau nggak keganggu." jawab Gugun.

ACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang