Bab 36

3.1K 165 0
                                    

Waktu libur sekolah sisa satu hari lagi. Angkasa dan teman-temannya sudah menyelidiki kasus di acara ulang tahun Shania beberapa hari lalu.

Ternyata, sudah lama Luna mengalami  gangguan kejiwaan yang mengakibatkan ia saat ini berada di rumah sakit jiwa. Tiara, kabur dari kantor polisi untungnya Angkasa dan teman-teman nya cepat menghubungi pihak kepolisian dan saat ini Tiara sudah ditangani oleh pihak kepolisian kembali.

Kondisi Acha pun perlahan membaik setelah kemarin dijenguk oleh bunda Angkasa, teman-teman Angkasa dan Shania. Walaupun wajah nya masih terlihat pucat, namun suhu dibadan Acha sudah normal.

"Masih pusing cha?" tanya Angkasa.

"Sedikit." jawab Acha.

Angkasa memang sedang dirumah Acha karena permintaan bunda nya. Padahal hari ini ia ingin menghabiskan waktu liburan terakhir nya dikamar nya, namun bunda nya sudah kelewat khawatir kepada Acha alhasil, dengan segala ancaman bunda nya Angkasa hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan bunda nya.

"Udah minum obat?" tanya Angkasa dan dijawab anggukan oleh Acha.

Angkasa menarik kepala Acha pelan, lalu menyenderkannya dibahu nya. Beruntungnya, Acha tidak menolak.

"Sa." panggil Acha.

"Hm."

"Makasih ya udah jagain Acha. Maafin Acha jadi ngerepotin Angkasa mulu."

"Iya."

"Mau ikut Acha nggak?"

"Disini aja, lo masih belum sehat."

"Nggak jauh-jauh sa, orang nggak keluar rumah juga kok."

"Terserah."

Acha berdiri diikuti dengan Angkasa. Angkasa mengikuti nya dari belakang. Menaiki tangga, lalu mereka berhenti pada pintu coklat polos. Acha membuka pintu tersebut, mata Angkasa tertuju pada barang-barang yang sudah tidak digunakan lagi. Namun masih tertata rapi. Angkasa yakin ini adalah gudang.

"Untuk apa Acha membawa nya ke gudang?" tanya Angkasa dalam hati.

Acha melangkahkan kaki nya perlahan dan masih diikuti Angkasa dari belakang. Sampai akhirnya ia melihat di pojok ruangan terlihat rapi karena terpenuhi foto-foto dan tulisan tangan Acha.

"Ini apaan cha?" tanya Angkasa saat mereka berdua sudah sampai di pojok ruangan tersebut.

"Semenjak papa dan mama udah nggak ada, gudang ini Acha bersihin dan pojok ruangan ini, Acha jadiin tempat buat naro foto-foto papa sama mama. Jadi kalo Acha lagi kangen sama papa mama Acha kesini." jelas Acha sambil memandang foto kedua orang tua nya.

"Kenapa nggak lo taro foto nya di kamar lo." ujar Angkasa.

"Acha lebih suka disini." jawab Acha sedangkan Angkasa hanya ber 'oh' ria.

Angkasa memandang foto yang telah Acha hias dengan tulisan tangan nya.

"Kadang kalo Acha pulang sekolah, udah cape banget dan nggak sempet ke makam papa mama, Acha cuma bisa kesini doang sambil liatin foto-foto mereka." ujar Acha.

"Cuma Angkasa sama Acha yang tahu tempat ini." ujar Acha yang membuat Angkasa menoleh.

"Shania?" tanya Angkasa dan dijawab gelengan kepala oleh Acha.

"Acha lebih percaya sama Angkasa. Bukan berarti Acha nggak percaya sama Shania sih, waktu itu Acha mau ajak Shania ke tempat ini tapi Acha pikir belum waktunya buat Shania tahu." jelas Acha.

Angkasa memandang Acha yang masih menggunakan baju tidur dengan rambut yang dicepol.

"Makasih lo udah percaya sama gue cha." ujar Angkasa sambil mengacak rambut Acha.

ACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang