Bab 26

3.3K 184 6
                                    

Tidak terasa, setelah satu minggu kepergian mama nya. Acha benar-benar merasa kesepian. Sudah satu minggu juga, Acha menjalani ulangan kenaikan kelas. Dan hari ini adalah hari terakhir ulangan dilaksanakan.

Hari-hari Acha di sekolah terasa hampa rasanya, bertemu dengan Angkasa tetapi seperti tidak kenal satu sama lain, ditambah Salma dan Ara yang menjauh dari Acha. Dengan alasan karena Acha tidak mau bercerita kepadanya.

Kringg kringg

"Lo mau langsung pulang cha?" tanya Shania.

"Gue ke makam papa mama dulu shan, lo duluan aja." jawab Acha.

"Ya udah gua duluan ya, Lo hati-hati di jalan. Kalau ketemu Salma sama Ara di jalan cuekin aja, lambat laun mereka pasti paham kok. " ujar Shania sambil menepuk pundak Acha.

"Makasih shan." ujar Acha yang diangguki oleh Shania sebagai jawaban.

"Ya udah yuk, sambil jalan kedepan." ajak Acha.

~~~

Sekarang, Acha sedang duduk di kursi dekat ruang piala. Hujan masih turun deras, Shania yang sudah pulang duluan, membuat Acha terpaksa menunggu hujan reda sendirian.

"Cha"

"Eh, ngagetin aja. Ada apa?"

"Boleh ngobrol?"

"Oh iya boleh kok."

Dia adalah Farrel.

"Sebagai teman Angkasa, gua minta maaf ya cha, atas perlakuan Angkasa beberapa minggu lalu yang mungkin bikin lu nge down banget." ujar Farrel

"Ahh, itu nggak usah diinget-inget lah rel. Anggap aja itu cuma mimpi buruk." jawab Acha sambil menatap air hujan yang masih turun sangat deras.

"Tapi jujur ya cha, semenjak kejadian itu. Angkasa bener-bener nyesel cha. Dia mau ngejelasin sama lu, tapi gengsi dia terlalu besar." ujar Farrel sambil tertawa.

"Apa benar Angkasa menyesal?" tanya Acha dalam hati.

"Tapi cha, nggak ada salahnya kan? ngedengerin penjelasan orang lain dulu? Angkasa bersikap kaya gitu sama lo, gara-gara si jamet dateng tiba-tiba"

"Jamet?"

"Iya jamet. Emang lo nggak tahu jamet nya siapa? si Tiara cha."

"O-oh Tiara, yang pacarnya Angkasa itu kan?"

"Hah pacar? boro-boro pacar cha, Angkasa aja nggak suka sama dia. Angkasa cuma nganggep Tiara itu temen, nggak lebih. Tiara itu temen kecil Angkasa. Gua, Arkan sama Gugun juga kenal kok sama dia, karena dulu kita sempet satu SMP bareng. Tapi waktu kelas 9, Tiara tiba-tiba pergi gitu aja. Kita berempat juga udah cari dia kemana-mana tapi tetep nggak ketemu, sampe Rino anak kelas 12 IPS 4 yang waktu itu adu jotos sama Angkasa, babak belurin Angkasa gara-gara menurut Rino, Angkasa nggak becus jadi temen nya Tiara. Semenjak kejadian itu Rino jadi dendam sama Angkasa sampe sekarang." ujar Farrel panjang.

"Kenapa Angkasa nggak cerita sama gue tentang Tiara?" tanya Acha.

"Karena Angkasa yakin, kalau Tiara nggak bakal balik lagi kesini, dan dia nggak mau bikin lo sedih." jawab Farrel.

"Angkasa bener-bener udah gila cha. Gua, Arkan sama Gugun kena omelan mulu sama dia. Gara-gara nggak pernah bener kalau ngasih saran. Segala goblok lah, idiot lah, tolol lah. Apa aja diabsen sama dia cha." ujar Farrel yang sukses membuat Acha tertawa. Satu yang dipikiran Acha, ia jadi teringat sahabat nya.

"Udah reda nih, gua anter pulang ya." ujar Farrel.

"Eh, nggak usah rel. Gue pulang sendiri aja, gue mau ke makam papa sama mama dulu soalnya." jawab Acha.

ACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang