Bab 37

2.8K 157 0
                                    

Kringgg

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, para murid SMA Adiwijaya segera membereskan alat tulis nya, dan bergegas meninggalkan kelas masing-masing.

"Udah?" tanya Acha.

"Udah, yok." jawab Shania.

Baru saja keluar kelas, tiba-tiba Acha merasakan ada yang menarik tas nya.

"Apaan si." omel Acha.

"Pulang sama gue." jawab orang tersebut siapa lagi kalau bukan Angkasa.

"Shania gimana?" ujar Acha sambil melihat Shania yang masih berdiri di sebelahnya.

Angkasa tampak berfikir, lalu satu ide muncul.

"Kan." panggil Angkasa saat tidak sengaja melihat Arkan yang baru keluar dari kelas.

"Oy?" jawab Arkan.

"Anterin dia. Udah mendung soalnya." ujar Angkasa dan diangguki oleh Arkan.

"E-eh nggak usah, nggak usah. Gue biar pulang sendiri aja." ujar Shania tidak enak.

"Nggak papa shan, sekali-kali nyobain pulang dianter cowok. Lagian ini udah mau hujan juga." bisik Acha kepada Shania.

"Gimana?" tanya Arkan.

"Ehmm, ya udah." jawab Shania yang mampu membuat Acha tersenyum lebar.

"Gue duluan." pamit Angkasa yang diangguki oleh Arkan.

"Ck, kebiasaan main tinggal-tinggal aja." gumam Acha lalu segera menyusul Angkasa.

"Angkasa, kalau jalan itu pelan-pelan tungguin Acha nya, main tinggal-tinggal aja. Kebiasaan banget." omel Acha sambil mendongak menatap Angkasa.

"Lo nya aja yang jalan kelamaan." jawab Angkasa sambil memakaikan helm ke kepala Acha.

"Ish, Acha bisa pake sendiri nanti kalo pada liat gimana." omel Acha.

"Iya bawel." jawab Angkasa.

~~~

RUMAH INI TELAH KAMI SITA

Beberapa menit lalu, tempat yang selama ini telah menjadi saksi kehangatan keluarga nya, sekarang sudah kandas karena hutang almarhum papa nya. Acha hanya bisa pasrah menerima keadaan saat ini. Ia baru tahu, jika ternyata selama papa nya hidup, mempunyai hutang ke bank yang lumayan besar nominal nya.

"Acha harus tinggal dimana sekarang pa, ma?" gumam Acha.

Angkasa menghampiri Acha setelah berusaha meminta penjelasan kepada pegawai bank yang menyita rumah Acha.

"Ikut gue." ujar Angkasa sambil menarik tangan Acha.

25 menit perjalanan akhirnya mereka telah sampai di rooftop kantor ayah Angkasa. Tidak ada tempat lain selain ini karena yang Angkasa tahu, saat ini Acha hanya butuh ketenangan dan semangat dari orang-orang sekitar.

"Tenangin diri lo disini dulu baru kita pulang." ujar Angkasa.

"Pulang kemana?" tanya Acha.

"Sementara tinggal di rumah gue dulu. Gue mau ke ruangan ayah dulu. Lo tunggu sini." ujar Angkasa lalu meninggalkan Acha sendiri.

Setelah Angkasa pergi, Acha hanya bisa diam sambil menatap langit yang sudah kemerahan. Banyak sekali ujian di dalam hidup nya akhir-akhir ini. Bagaimana nasib kedepannya? dengan siapa ia akan tinggal, masa depan nya masih panjang. Acha hanya takut tidak bisa membahagiakan kedua orang tua nya, meskipun sekarang ia dan kedua orang tua nya sudah tidak bersama lagi.

ACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang