Bab 48

3K 171 38
                                    

2 minggu sudah Acha menjalankan kuliah nya. Semenjak kejadian beberapa minggu lalu, dimana oma nya yang memukuli nya hingga lebam tidak ada satu orang pun yang tahu keadaan nya sekarang. Baik Shania maupun keluarga Angkasa.

Acha sengaja menutup ini rapat-rapat karena ia tidak mau jika oma nya harus dilaporkan ke pihak yang berwajib.

Saat ini, Acha sudah sampai dirumah besar milik oma nya. Tadi pagi, Acha mendapat kabar bahwa setelah pulang kuliah nanti, ia harus segera datang ke rumah oma nya.

"Hufttt, Acha bisa. Jangan nangis di depan oma ataupun keluarga yang lain." Ujar Acha sambil menghela nafas sebelum masuk ke dalam rumah besar itu.

Ting

Bunyi bel sudah ia bunyikan, terdengar jawaban dari dalam dan dibukakan nya pintu putih tersebut dengan seorang pembantu rumah tangga yang tersenyum ramah ke arah Acha sambil mempersilahkan Acha masuk.

"Sudah di tunggu nyonya di dalam non." Ujar pembantu tersebut sopan.

"Iya bi, Terima kasih ya." Jawab Acha yang doangguki oleh asisten rumah tangga tersebut.

"Duduk." Ujar Oma dengan nada ketus dan melipat kedua tangan nya di depan dada.

"Saya tahu, saat ini uang kamu sudah mau habis kan? Untuk makan saja kamu susah kan?" Ujar Oma dengan nada remeh.

Benar, semua yang dibilang oma nya memang benar. Saat ini ekonomi Acha sangat amat tidak baik. Tabungan serta peninggalan orang tua nya sudah tinggal sedikit. Itupun hanya cukup untuk membayar uang kuliah dan kebutuhan sehari-hari.

"Kalau kamu mau, saya bisa kasih kamu kerjaan." Ucap oma yang membuat Acha mengangkat kepala nya.

"Beneran oma?" Tanya Acha bersemangat.

"Hanya sebagai pembantu, di rumah saya." Jawab oma yang membuat Acha merasa sakit hati.

Mana ada seorang nenek yang tega memperlakukan cucu nya seperti ini, Sampai sekarang pun Acha benar-benar masih tidak tahu kesalahan nya dimana sehingga membuat keluarga nya sangat amat membencinya.

"Kalau kamu mau, besok setelah kuliah kamu harus kesini. Mulai kerja, satu bulan saya akan gaji lima ratus ribu, tidak lebih dan tidak kurang. Itu pun kalau kamu mau kerja sebagai pembantu dirumah ini." Ujar Oma.

"Acha mau oma."

Walaupun oma nya sangat membenci nya, namun Acha yakin oma menawarkan pekerjaan kepada nya karena masih peduli pada nya. Hanya bentuk kecil seperti ini saja, mampu membuat Acha bersyukur.

"Jangan kesenangan dulu kamu. Saya tawari kamu ini karena saya tidak mau dituduh menelantarkan anak sampah kaya kamu. Nanti kalau kamu mati kelaperan saya juga yang ribet." Ujar oma.

Sangat amat sakit menurut Acha omongan pedas oma nya, ingin sekali menangis namun ia harus bisa menahannya. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan orang yang sudah mencaci maki nya.

"Iya oma." Jawab Acha.

"Ya sudah sekarang kamu pergi. Rumah saya sudah bersih, nanti kembali kotor karena kamu kesini anak sampah." Ujar oma pedas.

"Acha pamit. Assalamualaikum."

"Inget kerja, masih baik saya pedulikan kamu. Anak tidak tahu diri persis seperti orang tua nya yang sudah mati."

Ucapan oma nya mampu membuat Acha meneteskan mata. Ia sudah tidak tahan untuk membendung air mata nya, beruntung saat ini oma nya tidak bisa lihat kalau ia menangis.

~~~

Jam 22.00 malam. Acha baru sampai di rumah, setelah dari rumah oma tadi Acha mampir sebentar ke ATM untuk mengecek sisa tabungannya setelah itu ia terjebak hujan. Hampir 1 jam ia menunggu hujan reda, alhasil mau tidak mau Acha harus menerobos hujan dan saat ini baju nya sudah dalam keadaan basah kuyup.

ACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang