36. Maaf

38 2 0
                                    

"Semua orang pasti punya alasan di balik setiap kejadian dan semua orang juga berhak marah ataupun kecewa karena sebuah alasan"

Bulan telah pergi lalu datang lah sang mentari. Matahari pagi telah menyinari bumi nya kembali. Jam enam pagi Bara dan Rino sudah tiba kembali di rumah sakit untuk menemui Rama. Beruntung nya Rama memiliki teman-teman seperti mereka walau kelakuan nya tak patut di contoh sama seperti Rama tapi kebersamaan dan kekompakan mereka yang terpenting.

Bams meninggalkan Rama bersama bara dan Rino di rumah sakit. Dengan segera ia bergegas menuju rumah Dea. Tujuan nya kali ini ingin menjelaskan semua yang telah terjadi pada nya. Walau Bams yakin kalau Dea akan marah bahkan kecewa pada nya tapi ia harus menjelaskan semua nya apapun yang terjadi  .

Bams tiba di depan rumah dea, ia sengaja tidak masuk ataupun memberitahu dea tapi ia yakin sebentar lagi pasti Dea akan keluar. Sambil menunggu Dea keluar, ia memperhatikan motor kesayangan nya motor yang selalu ia gunakan saat bersama Dea. Walau Dea bukan wanita pertama yang ia boncengi dengan motor nya ini tapi Dea lah yang sering ia boncengi sambil tertawa bahagia bersama nya saat di perjalanan. Banyak canda, tawa dan bahagia yang telah mereka lalui bersama di atas motor ini.

Suara pintu terbuka rupa nya alam keluar dari rumah nya sambil mengeluarkan motor nya juga.

"Lo ngapain Bams?" Tanya alam bingung

"Mau jelasin semua nya. Lo berangkat duluan aja biar nanti Dea gue yang Anter tapi gue gak ke sekolah dulu ya lam. Gue mau nemenin Rama aja" jelas bams

"Rama sekarang sama siapa?" Tanya alam

"Rino sama bara pagi pagi udah Dateng"

"Oke. Gue ke Rama dulu"

"Hati hati"

"Good luck brother"

"Thanks" dengan cepat alam mengendarai motor nya menuju rumah sakit tempat Rama di rawat

"Dea" Bams kaget setelah kepergian alam, ia melihat Dea tengah berdiri depan pagar rumah nya rupa nya Dea sudah sejak tadi memperhatikan nya. Sial mengapa alam tidak memberitahu nya

"Ka Bams ngapain di sini?" Ucap Dea canggung karena sudah beberapa hari ini mereka tidak berkomunikasi walau Dea tetap berusaha menghubungi nya tapi Bams tidak merespon karena ia merasa bersalah dan takut

"Aku mau jelasin semua nya. Yuk sekalian aku Anter ke sekolah" Bams menyerahkan helm kesayangan Dea yang selalu ia bawa kemana pun

Dea langsung memperhatikan sekujur tubuh Bams dari atas hingga ke bawah yang ternyata tidak menggunakan seragam sekolah

"Seragam sekolah nya mana?"

"Hari ini aku masih izin mau nemenin Rama aja di RS kasian dia sendirian"

"Ayo naik" lanjut Bams lalu ia memberikan helm untuk di pakai oleh Dea

Saat di perjalanan tidak ada yang memulai percakapan lebih dulu. Kedua nya sama sama diam sama sama canggung padahal mereka sepasang kekasih yang hanya beberapa hari tidak komunikasi.

Sebelum sampai di sekolah, Bams membawa Dea ke sebuah caffe yang berada tidak jauh dari sekolah. Ia sengaja memilih tempat duduk yang menghadap ke luar untuk mengetahui keadaan sekolah.

"Kenapa ajak aku kesini?" Tanya Dea bingung

"Aku mau ngejelasin semua nya ke kamu. Tapi aku takut" Bams menatap Dea cemas

"Gak apa apa jelasin aja" ujar Dea menyakinkan

"Aku takut kamu marah. Please jangan marah ya karena aku wajib jelasin ini semua ke kamu. Maaf sebelum nya"

"Semua orang pasti punya alasan di balik setiap kejadian dan semua orang juga berhak marah ataupun kecewa karena sebuah alasan"

Perkataan dea meyakinkan Bams kalau Dea akan tetap kecewa apapun alasan nya karena ia tidak memberikan kabar kepada nya dan pergi bersama mantan nya.

Bams mengatur nafas nya perlahan ia ragu dan takut untuk memulai hingga Dea mulai mencoba menenangkan nya dengan cara menggenggam kedua tangan Bams dan tersenyum manis hingga Bams semakin tidak tega untuk berkata yang sejujur nya.

"Aku... Aku minta maaf sebelum nya ya Dey maaf aku gak kabarin kamu saat itu. Aku coba buat Deket sama kamu tapi kamu sibuk mungkin kamu juga ngerasain saat itu aku mulai jenuh dengan kesibukan kamu. Hingga pagi itu aku ketemu aura"

Deggg dunia terasa terhenti saat Bams menyebut nama aura mantan nya yang masih sampai saat ini ia cintai. Genggaman tangan Dea mulai melemas melepas tangan bams

"Aku ketemu dia dengan kodisi kacau sama seperti aku. Awal nya kita cuma sekedar berbagi cerita sampai dia mengajak aku ke suatu tempat. Aku gak mau dey tapi aku tau kondisi dia lagi kacau dan aku gak bisa biarin dia kenapa Napa di sana"

Dea mulai merasakan sedih sekaligus sakit hati karena sampai saat ini pun Bams masih memperhatikan dan sepeduli itu pada aura

"Tapi jujur Dey aku berani sumpah aku gak ngapa-ngapain di sana aku cuma nemenin aura"

Air mata Dea menetes. Saat Bams mencoba menghapus nya langsung di tepis oleh Dea

"Mana ada sih sepasang laki laki dan perempuan yang memiliki perasaan lebih gak berbuat apa-apa saat mereka ke clubbing?" Dea tau mereka pasti ke clubbing karena sebelumnya Bams juga seperti itu saat perasaan dan keadaan nya sedang kacau

"Dey aku ga ngapa-ngapain di sana. Iya aku tau aku salah tapi aku berani sumpah aku gak ngapa-ngapain. Please dey percaya sama aku" Bams meyakinkan Dea sambil menggenggam tangan nya erat

"Aku butuh sendiri dulu maaf aku gak percaya" Dea melepas genggaman tangan Bams lalu berdiri dan pergi meninggalkan kedai sambil menangis

"Arrgggh" Bams menjambak rambut nya frustasi

Dea berlari kencang. Air mata nya terus menetes walau ia  mengelap nya. Sakit sekali hati nya. Memang pesona aura dari dulu tidak pernah hilang dari pikiran bahkan hati Bams. Walau posisi tertinggi saat ini Dea yaitu pacar nya tapi tetap saja aura lah pemenang nya.

***
Hallo aku kembali maaf lama nunggu. terimakasih sudah membaca cerita ini 🥰 selamat menjalankan ibadah puasa. 💖

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bad BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang