[1] lapangan masjid tombo ati

2.9K 371 61
                                    

Halaman masjid Tombo Ati sudah dipadati oleh lima mobil yang terparkir di halaman, dua puluh tiga orang pemuda yang sudah berkumpul sejak satu jam yang lalu, serta puluhan koper dan tas besar, juga barang bawaan lainnya.

Situasi sudah tidak kondusif sejak tadi. Semuanya bicara, tanpa ada satu orang yang mengkomando.

"Pokoknya gue gak mau satu mobil sama Bang Hangyul, nyetirnya ngawur."

"Gue terserah, deh, di mana aja, pokoknya gak duduk di kursi belakang."

"Gue sama Hyewon pokoknya hehehe."

"Ayo deh, cepetan berangkat, keburu panas, nih."

"Koper gue tolong diangkatin dong, berat banget."

"Ini tas banyak banget, pada mau mudik lo semua?"

"Tas berat banget ini pada bawa batu apa bawa dosa, sih?"

"Ini lokasinya di mana, deh, kok gak ada di maps?"

"Terpencil banget apa."

"Eh, anterin gue ke kamar mandi dong."

"Gue pulang ke rumah bentar, gue lupa bawa kolor."

Pokoknya ribut. Gak ada satu pun yang ngalah, semuanya berlomba-lomba untuk bicara paling kencang.

Dan Seungwoo, duduk di bawah pohon, masih sambil telponan sejak tadi, tak menghiraukan dua puluh dua anggota lain, yang gak tau lagi apa.

Ngomong-ngomong, mereka ini adalah pengurus inti remaja masjid Kelurahan Brokoli Ijo. Pengurus inti yang menaungi enam remaja masjid perumahan di Kelurahan Brokoli Ijo. Bosque Heritage, Tiktok Square, Sista Residence, Ashiap Garden City, Royal Sans Kuy dan Graha Mantap Djiwa.

Untuk yang belum mengetahui, enam perumahan ini memang memiliki kepengurusan remaja masjid sendiri-sendiri, yang mengurusi setiap kegiatan keremajaan, khususnya pada saat bulan ramadhan. Juga, setiap tahun memang selalu diadakan prosesi pemilihan pengurus inti yang dipilih dari setiap perwakilan remaja masjid setiap perumahan.

Seperti tradisi pada tahun-tahun sebelumnya, setelah prosesi pemilihan pengurus inti berlangsung, para terpilih akan menjalani pesantren kilat selama satu bulan saat bulan ramadhan, di tempat yang telah ditentukan.

Dan, hari ini, disinilah mereka semua, para terpilih dari perwakilan tiap remaja masjid, yang akan menghabiskan waktu ramadhan mereka, di Sobat Gurun Village.

Sang Ketua, Abraham Seungwoo Nugraha, yang baru mematikan sambungan teleponnya, cuma bisa geleng-geleng kepala sambil memperhatikan kerumunan yang tak jauh di depannya.

Baru juga jalan satu jam. Belum juga berangkat menuju Sobat Gurun Village. Tapi, beban menghadapi dua puluh dua anggotanya sudah menghampiri.

Kalau boleh jujur, sebetulnya Seungwoo menolak untuk menjadi ketua. Karena ya, selain karena faktor umur dan kesibukannya di dunia kerja yang ia geluti saat ini, Seungwoo juga melihat bagaimana kelakuan para anggota, yang hampir semuanya di ambang batas kenormalan manusia.

Saat pertama kali mereka bertemu, beberapa hari sebelum pemilihan ketua dan wakil pengurus inti remaja masjid berlangsung, Seungwoo sudah bisa menilai dan memperkirakan, bagaimana lelahnya harus menjadi kepala dari dua puluh dua orang, dengan sifat berbeda, yang semuanya.. bisa dibilang.. rusuh?

Bagaimana tidak, kehebohan bahkan sudah terjadi saat pertemuan pertama mereka. Hangyul yang sempat-sempatnya menyetel lagu-lagu remix Feel Koplo lewat speaker portable yang ia bawa. Seungyoun yang dikira akan menghentikan aksi konyol Hangyul, tapi malah ikut-ikutan joget. Yena yang maju paling depan, nyanyi sekencang-kencangnya sampai uratnya kelihatan, menarik Yuri untuk ikut bernyanyi dengannya. Dongpyo yang baru datang langsung menyambar gulungan kertas, yang entah milik siapa, dan menggunakannya sebagai mic palsu, lalu ikutan nyanyi.

Chaeyeon ketawa gak berhenti dengan suara khasnya. Eunsang ketawa sambil ngedorong semua orang di dekatnya sampai jatuh. Yujin malah sampai naikin kaki ke atas kursi, muter-muterin rambutnya persis Trio Macan.

Juga Eunbi, yang ngomel-ngomel melihat kelakuan abstrak teman-temannya.

Sisanya bukannya menghentikan, tapi malah mengeluarkan HP dan mengabadikan momen gila itu.

Dan lelahnya mengurus anggota seperti itu pun, sudah mulai terasa.

Sialnya, dua puluh dua suara penuh, memilih Seungwoo sebagai ketua. Dan satu nama memilih Seungyoun, itu pilihan Seungwoo.

Tuhan.. Tolong kuatkan Seungwoo untuk satu periode ini.


"Pak Bos, ini bagi deh, pusing gue ngadepin ini pada bocah bar-bar." Ucap Seungyoun saat Sungwoo menghampirinya.

Gak sadar diri aja, kalau sendirinya yang mengetuai persatuan bocah bar-bar di pengurus inti.

"Pak Bos, Bu Ketu, gue gak mau duduk belakang pokonya!" Teriak Nako, yang udah diumpetin sama Junho di seat belakang mobilnya Eunbi. Iya, diumpetin, soalnya Nako kecil.

Oh iya, Pak Bos itu panggilan semua anggota buat Seungwoo. Kalau Bu Ketu itu panggilan buat Eunbi, yang menjabat sebagai wakil ketua. Gak tau deh, Dongpyo yang kasih saran, yang lain, sih, cuma ikutan aja.

"Hyewon, sini duduk sebelah gue." Panggil Yohan lewat kaca jendela mobil yang yang terbuka.

Hyewon cuma melirik sebentar, tersenyum kecil dan langsung membuang wajahnya cepat dari Yohan. Males, daritadi digodain terus.

"Siapa yang bilang kita ke Sobat Gurun Village pake mobil, sih?" Ucap Seungwoo, yang membuat semuanya tampak bingung.

"Gimana, Pak Bos, maksudnya?"

"Kita ke sana naik angkot," Jawab Seungwoo lagi, "Tuh, angkotnya dateng."

"HAH?!"

Semuanya berteriak serentak begitu melihat dua buah kendaraan umum itu perlahan berjalan memasuki halaman Masjid Tombo Ati.

"KOK NAIK ANGKOT, SIH, PAK BOS?!"

"Woo, serius ngangkot?" Tanya Eunbi memastikan, dan langsung dijawab dengan anggukan yakin oleh Seungwoo.

"PAK BOS TEGA? INI BAWAAN BANYAK LOH PAK."

"PAKE MOBIL AJA, SIH."

Seungwoo diam, lalu menatap anggotanya satu per satu, beserta barang bawaan mereka. Rata-rata, satu orang membawa dua tas besar, satu koper dan satu lagi ransel. Belum lagi yang cewek pada bawa sling bag satu-satu, yang kecil banget itu, cuma cukup buat bawa duit koin doang.

Wonyoung malah bawa koper gede banget dua. Waktu ditanya koper gede banget dua gitu buat bawa apa, dengan polosnya, Wonyoung jawab satu koper isinya baju dan segala keperluannya, dan satu lagi buat bawa boneka.

"Kan, gue udah bilang dari dua hari lalu, bawa barang seperlunya aja," Ucap Seungwoo dengan sabar, "Banyak tas gini, yakin gue bawaannya juga barang gak penting, kan."

"Gak penting gimana, Pak Bos, gue aja sampe bongkar koper empat kali loh biar cukup semua masuk." Sahut Sakura, yang mendapat anggukan setuju dari yang lain.

"Pokoknya gue gak mau tau, kita ke Sobat Gurun Village naik angkot, barang bawaan dibawa sendiri-sendiri."

Keputusan final Seungwoo yang sudah masuk ke dalam angkot, meninggalkan dua puluh dua anggota lain, yang masih sibuk protes, menggerutu terhadap Seungwoo, yang mereka anggap mengambil keputusan sendiri.

Padahal ada mobil, yang jelas-jelas enak dan lebih nyaman.

Lalu, kenapa harus naik angkot, sih?

"Semuanya naik, cepet, yang lama ditinggal."

Sudah ada di situasi begini, mundur dari posisi sebagai pengurus inti, boleh gak, sih?





remaja masjid 3

remaja masjid 3― x1 ; izone ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang