Hari terakhir ke dua puluh tiga anggota inti Remaja Masjid Brokoli Ijo di Sobat Gurun Village. Sebenarnya, dikatakan hari terakhir juga tidak, karena sejak pagi ini mereka semua sudah sibuk membereskan barang bawaannya masing-masing, padahal sebenarnya mereka masih ada jadwal kelas terakhir hari ini, tapi, karena tidak sempat membereskannya kemarin karena sibuk ngepel lantai yang kebanjiran, jadi lah semua baru sibuk pagi ini.
Salahkan mereka sendiri yang sejak awal sudah membawa barang bawaan berlebihan. Pakaian satu lemari dibawa, padahal yang dipakai cuma itu itu saja. Sekali pakai terus dicuci, terus dipakai lagi, begitu saja terus sampai berulang-ulang. Berpasang-pasang sepagu juga dibawa, padahal juga lebih sering kelilingan pakai sandal jepit.
Dan karena masing-masing laki-laki dan perempuan di satu kamar besar yang sama, semua barang yang dikeluarkan dari koper tercampur jadi satu.
"Ada yang liat piyama pororo gue gak?"
"Sikat gigi pink ini punya siapa?"
"Ini sandal minion punya siapa, kok ada di koper gue?"
"Yang handuknya masih di jemuran itu diangkat ya."
"Charger sama earphone di meja itu jangan ketinggalan."
"Kasur jangan lupa diberesin, jangan ditinggal berantakan."
"Sisir gue yang kemarin taruh di sebelah kipas angin, di mana ya?"
Keributan di kamar perempuan dengan barang yang masih berserakan di mana-mana.
"Siapa yang ngabisin krim cukur gue?!"
"Heh! Sikat gigi gue kenapa bisa masuk kloset, sih?!"
"Kolor gue yang warna ijo di mana wey?!"
"Yang di meja itu deodoran siapa? Tadi gue minta ya dikit, ketek gue bau bangke."
"Kaos kaki siapa, nih, dari kemaren ngegeletak, udah mana buluk, bau lagi."
"Kebiasaan weh, kalo baju abis dipake langsung dicuci, jangan direndem doang, kelupaan, kan, gak dicuci akhirnya."
"Yang punya kolor gambarnya ranger merah siapa? Gue pinjem ya, udah terlanjur salah pake, nanti gue cuci sebelum balikin."
Kamar laki-laki pun tak kalah rusuhnya. Walaupun barang bawaan tak sebanyak itu, tapi semua barang diambrak asal di lantai. Sekarang giliran mau diberesin, bingung. Perasaan waktu berangkat muat satu tas, kok pulang-pulang jadi overload? Bingung gak tuh..
Perpisahan di Sobat Gurun Village hari ini tidak berjalan yang sampai gimana-gimana. Tidak ada adegan peluk-pelukan sampai nangis, atau memberika pesan dan kesan antara anggota inti remaja masjid dan pengajar.
Seungwoo hanya mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan ilmunya untuk sebulan belakangan ini. Walaupun mereka sedikit banyak memberikan masalah selama di sini.
"Pulang naik angkot lagi?!"
Semuanya menggerutu protes karena angkutan umum itu kini ada lagi untuk mengantar mereka pulang.
"Liburan kemarin aja nyewa bus mini, kenapa sekarang naik angkot lagi, sih?"
"Capek tau, Pak Bos, duduk di angkot sambil bawa koper."
Tapi, lagi-lagi Seungwoo tak menggubris keluhan anggotanya.
Bukan tak peduli, tapi biar anggotanya terbiasa tidak boros. Karena mereka semua orang mampu dan memiliki uang, tapi, bukan berarti mereka bisa menggunakannya tanpa mengerti prioritas.
"Duit Bang Hangyul, kan, banyak, hadiah turnamen kemarin ada, tuh. Kepake seperempat aja gak ada kok."
"Buat ditabung itu, buat biaya kencan dan nikah-"
Mohon untuk tidak diteruskan, karena ini masih topik sensitif. Hubungan Hangyul, Yohan dan Hyewon masih belum menemukan titik terang.
"Atau cincin tunangannya Kak Chaewon aja lah, digadai buat nyewa bus. Nanti juga dibeliin baru sama Kak Jungmo."
Kalo ngomong emang suka pada asal, kan. Ini cincin tunangan, tapi dimainin udah kaya cincin mainan yang dapat hadiah dari ciki.
Begitu lah memang, dua puluh tiga orang dengan isi kepala yang berbeda, berkumpul jadi satu. Ada ributnya, tapi tak jarang juga jadi kompak walau lebih sering kompak untuk kerusuhan.
Dua puluh enam hari telah terlewat, ini saatnya untuk mengucapkan, selamat tinggal Sobat Gurun Village!
remaja masjid
lupa update, karena aku masih bergelut dengan jiwa iri dan dengki pada k-wiz yang datang ke guerilla concert aijeuwon berkedok premiere EOM 😭
KAMU SEDANG MEMBACA
remaja masjid 3― x1 ; izone ✔
Fanficmaaf, kita lagi puasa. | kpoplokal ©2020 syyouth- Parallel universe}