[8] sendiri bukan berarti tidak dekat

1.1K 236 21
                                    

Selama tujuh hari menghabiskan waktu mereka sebagai peserta pesantren kilat di Sobat Gurun Village, sebenarnya ke dua puluh tiga anggota inti remaja masjid Brokoli Ijo ini lebih banyak menghabiskan waktunya terpisah dari santri reguler lain yang memang menempuh pendidikan di pesantren.

Tinggal di gedung yang terpisah, juga ruang kelas yang terpisah juga. Sebenarnya bukan ingin memisahkan diri, tapi, sebagai penghuni sementara di sini, mereka hanya tidak mau mengganggu.

Terlebih lagi, sebenarnya dua puluh tiga remaja ini juga mau menjalani keseharian dengan lebih bebas saja. Bisa main HP kapan pun yang ia mau selagi ada waktu luang, bisa jajan jajan ke luar buat berburu takjil, masih bisa godain Mbak Yuni si pedagang tahu petis yang suka lewat di gerbang depan.

Mulai dari sahur, menerima materi sampai saat berbuka dan waktu sholat pun dilakukan di lingkungan terpisah.

Cuma, katanya hari ini pesantren Sobat Gurun Village sedang diadakan shooting, untuk acara ramadhan di TV yang entah apa nama acaranya. Meliput seluruh keseharian santri sejak pagi sampai malam setelah shalat tarawih dilaksanakan. Juga menu berbuka kali ini mendapat sponsor dari katering ternama dan dijamin menunya enak, bermacam-macam.

Para anggota remaja masjid itu jelas tidak mau melewatkan kesempatan ini. Yang biasanya buka cuma pakai es  blewah, hari ini bisa buka pakai es campur dan berbagai macam buah lainnya. Yang biasanya makan lauknya cuma ayam goreng, oseng kacang panjang sama tempe penyet, hari ini bisa makan gurami asam manis, udang goreng tepung, ayam lada hitam, bakso, sup seafood dan berbagai hidangan lain.

Walaupun saat mereka datang beberapa menit setelah sholat magrib dan langsung mendapat tatapan, "Ini dateng-dateng, gak pake salam gak pake permisi, langsung nyendok nasi aja, siapa, sih?" dari santri lain, bodo amat lah, pokoknya kenyang dulu.

Acaranya berjalan menyenangkan. Dohyon, Hyewon sama Wonyoung sudah hilang sejak tadi, keliling mencicipi semua makanan satu per satu.

Dongpyo, Junho dan Yujin yang daritadi ngikutin camera man, minta ikut diliput biar masuk TV, mau salam-salam buat keluarga di rumah dan teman-teman sekolahnya.

Sedangkan yang lain, duduk-duduk di pojokan, ada yang masih makan, ada juga yang sudah kekenyangan gara-gara kebanyakan ambil nasi.

"Sang, kalo makan itu duduk, jangan sambil berdiri." Tegur Seungwoo.

Eunsang melirik satu kursi kosong yang cuma ada di antara Yohan dan Seungyoun, lalu langsung menggeleng, "Gak mau deket-deket Kak Yohan sama Bang Youn, Pak Bos."

Yang disebut namanya langsung saling lirik lalu ketawa cekikikan berdua, "Masih marah dia, Bang, perkara sendalnya kita umpetin kemarin."

"Sendal doang, Sang, lo marah ke kita udah seharian ini. Udahan kenapa." Sahut Seungyoun masih sambil tertawa.

"Ya masalahnya sendal gue bukan lo umpetin, tapi dilempar ke atas pohon rambutan," Balas Eunsang kesal, "Mana pohonnya tinggi banget. Sendal gue belum balik ini. Kak Yohan sama Bang Youn juga kabur aja, gak tanggung jawab."

Yohan dan Seungyoun ketawa cekikikan semakin kencang, makin puas.

"Ya maaf, gue gak ngira kalo bakal nyangkut sampe setinggi itu, Sang."

"Bodo, balikin atau beliin gue sepatu basket baru."

"Nyari kesempatan kalo lo. Udah, pake yang ada aja kenapa, itu sendal juga bagus dipake sama lo."

Eunsang menunduk, menatap sandal jepit pink dengan pita putih cukup besar di atasnya, yang ia pakai sekarang.

Ini bukan punya Eunsang, serius, ini sandal jepit punya Nako yang sejak kemarin ia pinjam, daripada harus nyeker ke sana ke mari.

"Gyul, kalo makan jangan sambil main HP." Seperti biasa, Eunbi memang berjiwa mama-mama, yang selalu ngomelin anaknya di rumah.

"Iya, Bu Ketu, maaf."

Bilangnya iya, bilangnya maaf, tapi jari masih menari indah di atas layar HP, tatapan mata juga tidak teralihkan sama sekali.

"Sibuk lo kayanya dari kemaren, kayak ada yang ngechat lo aja." Senggol Wooseok yang duduk di sebelah Hangyul.

"Banyak kali yang ngechat gue, Kak, emang lo doang yang ganteng." Balas Hangyul.

"Ah, jomblo banyak gaya." Sahut Wooseok lagi.

"Tolong anda berkaca." Balas Hangyul lagi.

"Eh, siapa bilang Bang Hangyul jomblo, kemarin gue liat-"

Ucapan Minju langsung berhenti saat Hangyul jejelin Minju dengan sepotong roti bakar sebelum Minju sebelum Minju melanjutkan ucapannya. Gak sopan memang.

"Apa, sih, Bang. Kalo gue keselek gimana?"

"Udah, lo makan aja." Hangyul mengambil piring berisi kebab milik Minhee pada Minju, lalu pergi gak tau mau ke mana.

"Kenapa, sih, Ju?" Tanya Sakura penasaran, begitu juga dengan yang lain.

"Kemarin itu, waktu gue beli takjil sama Hitomi, gue liat Bang Hangyul lagi jalan berdua sama cewek." Ucap Minju.

"NYEEETTT!"

"SERIUS LO?"

"CEWEK SIAPAAA?"

Minju menggeleng cepat, "Gak tau siapa, gue cuma liat dari belakang. Rambutnya panjang, keliatan familiar, sih, cuma ya gue gak tau itu siapa."

"Yu Atun paling itu, yang biasa dagang jamu di pengkolan." Tebak Yena.

"Kalo Hangyul punya pacar duluan dibanding gue, gue koprol keliling perumahan." Sahut Yohan asal.

Iya, memang kelihatannya saja Hangyul jomblo. Tapi, tidak ada yang tau kebenarannya, kan, kalau Hangyul juga sedang dekat dengan seseorang. Dan yang dilihat Minju sore itu memang benar Hangyul, dan seorang perempuan, yang belum berani untuk Hangyul perkenalkan karena suatu alasan



remaja masjid

remaja masjid 3― x1 ; izone ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang