[25] hari hujan

779 189 34
                                    

Setelah apa yang terjadi kemarin malam di taman belakang villa, keadaan dua puluh tiga anggota inti Remaja Masjid Brokoli Ijo di Sobat Gurun Village.. baik-baik saja.

Iya, semuanya berjalan baik-baik saja, sama seperti hari-hari sebelumnya.

Bukannya mereka tidak mengetahui apa yang terjadi di antara Yohan, Hangyul dan Hyewon. Pada malam yang sama juga semuanya tau apa yang terjadi, dan kehebohan pun tak bisa dihindari. Bahkan jauh lebih heboh dibanding dengan saat pertama kali mereka tau kalau Chaewon sudah bertunangan.

"Bang Hangyul, sumpah, gue gak percaya lo nikung temen sendiri."

"Kak Hyewon, gue gak nyangka lo bisa gini."

Reaksi bingung dan tak menyangka seperti ini, sudah entah berapa kali keduanya dengar.

"Yohan, sabar ya, kadang temen emang gak mesti."

Kata-kata semangat yang terlontar untuk Yohan juga gak kurang-kurang diucapkan.

Tapi, setelah itu ya sudah, ini masalah pribadi di antara tiga orang itu.

Dan mereka semua sepakat untuk tak lagi membahas masalah ini jika memang tak diminta. Karena, semuanya juga mengerti, kalau rasanya pasti tak nyaman jika orang lain ikut campur ke dalam masalah yang bukan ranahnya. Apalagi di saat mereka semua masih terkurung di satu tempat yang sama untuk beberapa hari kedepan, yang tak memungkinkan mereka untuk tak saling bertemu.

Yang penting, ingat apa yang dikatakan Seungwoo semalam, "Dalam islam, sesama saudara tidak boleh bertengkar lebih dari tiga hari."

"Tapi, kalau dua hari lebih dua puluh tiga jam, masih boleh kok. Kan, belum tiga hari." Ini celetukannya Junho mending gak usah didenger, soalnya gak guna.

Kecanggungan sudah pasti ada. Semuanya juga mengerti, kalau Yohan pasti marah, tidak ada juga yang memaksa Yohan untuk segera berbaikan dengan Hangyul dan Hyewon. Yohan pasti butuh waktu.

Siang ini, di Sobat Gurun Village sedang tidak ada kegiatan. Hari pun sedang hujan, jadi mau kelilingan cari angin di taman pun tidak bisa.

Siang-siang hujan begini, memang enaknya dibuat tidur di kamar, di atas kasur bergelung di dalam selimut dengan jendela yang ditutup rapat dan lampu kamar yang dimatikan. Enak lagi kalau sebelum tiduran minum susu hangat dulu, tapi jangan, kan, lagi puasa.

Minhee sama Hyeongjun yang baru keluar dari kamar, langsung rebahan di atas karpet ruang tengah, tidur berhadapan lalu saling berpelukan kemudian. Berbagi kehangatan. Soalnya tadi mau tiduran di kamar, eh malah terusir sama Eunsang yang ngakunya lagi latihan vocal, nyanyi-nyanyi kencang gak jelas.

"Masih siang, jangan zina." Yujin yang lagi duduk di atas sofa ruang tengah langsung melempar uang koin 500an ke arah Minhee dan Hyeongjun.

Minju yang duduk di samping Yujin langsung menyikut lengan Yujin pelan, "Duit gue jangan dilempar-lempar, Jin, tabungan buat beli baju lebaran itu."

"Eh, ada yang lagi masak ya?" Dohyon tiba-tiba melongokkan kepalanya dari pintu kamar. Emang, kalau soal makanan, Dohyon jagonya. Bau ayam goreng tetangga aja dia bisa nyium aromanya.

"Wonyoung sama Kak Yena lagi bikin-bikin kue kayanya." Jawab Yuri.

"WONY! DODO MAU KUE!"

"GAK MAU! KEMAREN WONY BIKIN KIE DIKATAIN GAK ENAK SAMA DODO!"

Teriakan tak kalah kencang itu berasal dari dapur.

Sejak beberapa hari lalu, Wonyoung dan Yena jadi punya hobi baru, yaitu ngeberantakin dapur sambil mencoba resep-resep kue yang mereka lihat dari internet. Kadang Yujin juga ikut bikin, Chaewon juga kalau lagi mood. Yang lain cuma bagian nyicip setelah kuenya jadi.

"BANJIIIRRR! BANJIIIRRR!"

Semua tatapan mata langsung mengarah ke arah kamar mandi. Seungyoun yang keluar sambil teriak-teriak, setelah membanting pintu kamar mandi.

"Kenapa kenapa?"

"Apa, sih, Bang Youn?"

"Banjir woy banjiirrr!" Seungyoun menunjuk-nunjuk heboh ke arah kamar mandi.

Seungyoun heboh. Yang lain cuma diam.

Mungkin di kamar mandi tadi Seungyoun ketiduran, terus mimpi yang aneh-aneh, bangun-bangun kaget, terus teriak-teriak bikin heboh. Gak heran kalau Seungyoun dan kelakuan tidak jelasnya.

"Astagfirullah, apa, sih, pada teriak-teriak?" Hitomi keluar dari kamar setelah mendengar keributan.

Sakura ikut keluar dari kamar, "Makanya, Bang Youn, kalo masuk kamar mandi tuh pake kaki kiri dulu." Padahal juga hubungannya apa gitu.

Seungyoun menggeleng ribut, "Enggak, banjir ini di kamar mandi!"

"Hah?"

Wooseok dan Dongpyo yang terganggu akan keributan langsung ikut memeriksa kamar mandi.

"ATAP DAPUR BOCOORRR!"

Belum selesai satu, satu keributan lagi muncul dari arah dapur. Yena dan Wonyoung yang lari-larian masih dengan memakai celemek.

"Heh?"

"Atap dapur bocoorr!" Wonyoung menunjuk ke arah dapur.

Suasana yang tadi dingin-dingin sedap dengan suara deru hujan di luar, mulai berubah jadi rusuh. Semuanya jadi bingung.

"Eh, apa, nih?" Dongpyo memegang bagian atas kepalanya, "Kok basah?"

Semuanya main lihat-lihatan. Matanya saling melirik.

"KOK ATAP SEBANGUNAN BOCOR SEMUA?!"

Semuanya langsung kocar-kacir. Ada yang lari ke kamar. Ada yang lari ke dapur. Bahkan, ada yang lari ke luar karena terlalu bingung.

Semua gayung, ember, gelas, panci dikeluarkan untuk menampung tetesan air hujan yang merembes dari atap bangunan.

Suasana rusuh seSobat Gurun Village ini tak cepat ditangani, soalnya semuanya panik.

Seungwoo lagi dipanggil ke ruangannya Pak Hongki bareng sama Yohan dan Hangyul.

Eunbi sama Hyewon daritadi dipanggil sama Bu Yumi, masih belum kembali sampai sekarang.

"Gimana, nih?" Wooseok masih megangin ember buat nampung air.

Yena sama Wonyoung sibuk nyari kain buat ngepel dapur. Takut-takut airnya malah ngalir ke mana-mana, malah bikin konslet.

Minhee, Yujin, Hyeongjun dan Minju juga masih ngelapin lantai, pokoknya jangan sampai basah, takutnya kalau ada orang lewat malah kepleset.

Seungyoun sama Dohyon bagian ngangkatin meja sama kursi. Tapi, Dohyon gak membantu sama sekali. Baru ngangkat sebentar sudah mengeluh capek.

"Ini apa, sih, bangunan gede tapi atapnya bocor semua. Baru ditinggal pergi dua hari juga."

Segala keluh kesah sudah mulai keluar dari bibir masing-masing.

"Kebanjiran ya?" Entah sejak kapan dan darimana, Pak Anjaya muncul di pintu depan, dengan sebelah tangan yang memegang payung.

"Pak, ini kok atapnya bocor semua?"

"Iya, karena yang kalian tempati ini bangunan lama dan belum di renovasi, jadi kalau hujan deras memang semua bocor." Pak Anjaya masih cengengesan tanpa rasa bersalah.

"Terus gimana, Pak?"

"Kalian sabar saja ya."

Enak bener bilang sabar saja, yang bersih-bersih nanti ini yang susah.

remaja masjid

remaja masjid 3― x1 ; izone ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang