Hunho
.
.
.
Demam
.
.
.
.
Oneshoot
.
.Sinar matahari mulai mengusik pemuda yang tengah bergelung dalam selimut tebalnya. Ia mengusak kepalanya pelan. Terasa pening, namun sudah tak sehebat kala semalam. Perlahan ia menuruni ranjang, ia haus. Terlebih dadanya terasa nyeri. Ia harus memberi asi pada putranya agar lebih baik.
Pemuda itu berjalan pelan sembari merambat pada tembok, sesekali berhenti untuk bersandar. Sungguh, demam membuatnya lemas. Ia kemudian menuruni tangga dengan perlahan. Namun langkahnya terhenti pada ujung tangga. Pemandangan di depan matanya itu sukses membuatnya berdiri mematung.
Namun tak ayal, senyum hangat terkembang pada belah bibirnya.
Di depan sana, tepatnya di meja makan, seorang pria tengah menata semangkuk bubur, segelas air putih dan sebuah botol yang ia yakini sebagai botol obat. Sementara sebelah tangannya merangkul dengan aman gendongan bayi yang berada di dadanya. Sesekali pria itu menyahuti si bayi yang berbicara dalam bahasa aliennya.
Sementara seorang pelayan wanita yang sudah berumur sedang membereskan beberapa peralatan masak. Sesekali mengawasi tuan mudanya dan tuan kecilnya.
Entah kebetulan atau apa, pria yang di depan dadanya tergantung si buah hati dalam gendongan itu mendongak. Tatapannya tertuju pada si pemuda yang masih berdiri mematung di ujung tangga.
" Junmyeon kenapa turun, hem ?. Kau itu sedang sakit, lagipula aku sudah akan pergi ke atas, sayang." omelnya pelan sembari menghampiri suami kecilnya. Tak lupa kerutan di tengah alisnya melengkapi raut khawatirnya. Kemudian pria itu menuntun si pemuda bernama Junmyeon yang adalah suaminya itu menuju meja makan, kemudian menarik sebuah kursi dan membimbingnya untuk duduk. Sementara Junmyeon hanya tersenyum manis dengan perlakuan si suami.
" Aigoo, Tuan Junmyeon mengapa turun?." si pelayan tua bertanya dengan khawatir. Namun Junmyeon hanya tersenyum meyakinkan. Bukan tak ingin menjawab, ia hanya terlalu lemas untuk berkata.
Pria itu-Sehun, mengulurkan satu tangannya untuk meraba dahi Junmyeon. Kemudian alisnya mengernyit. Ia lalu membubuhkan kecupan ringan pada dahi hangat sang tercinta.
Sementara itu atensi Junmyeon tertuju pada si bayi, putranya itu terkikik senang melihat sang pappa, bayi itu mengulurkan kedua lengan mungilnya untuk meraih Junmyeon, yang di hadiahi senyuman manis.
Junmyeon turut mengulurkan lengannya."Kemarikan, Hun." ucapnya parau. Hal itu sontak membuat si bayi terkekeh bahagia.
Sehun menghela nafas, namun ia tetap memberikannya pada Junmyeon.
"Dengarkan Dadda ya, Sejunnie jangan nakal,ok?. Ingat kalau pappa sedang sakit." Sehun mengingatkan bayinya saat bayi itu telah berada dalam pangkuan Junmyeon yang di balas "papapa" oleh si bayi.
Junmyeon hanya tersenyum, kemudian ia menyingkap kaos yang ia kenakan sampai batas dada. Yang kemudian ditanggapi antusias oleh Sejun, bayi mereka. Bayi gembul itu menghisap puting sang pappa dengan lembut seakan mengerti kalau pappanya sedang sakit.
Setelah itu Sehun duduk tenang di samping terkasih, sesekali mengamati banyinya yang sedang menyusu. Aku juga ingin, batinnya merana.
"Oh ya, Jun, bagaimana kalau kau juga makan, akan aku suapi, ok?." ucap Sehun setelah tersadar jika tercintanya belum sarapan. Ia lalu menyendok bubur yang telah ia siapkan tadi setelah mendapat anggukan dari Junmyeon. Meniupnya pelan lalu mengarahkannya pada Junmyeon.
Sungguh, suasana pagi ini teramat hangat. Bahkan bibi pelayan itu memilih untuk mengerjakan hal lain agar tak mengganggu kedua tuannya itu.
Fin.
Apaan coba?!
Gak tau gue.
Yang gue tau, semalem gue baru nontn why ru the series. Nah di sana, Tutor lagi demam, trus Fighter rawat. Pdhal mereka lagi ada masalh gitu.
Dan,
Otak segede kacang polong ini terfikirkan sesuanu. Maka, terbitlah cerita tijel ini.
Wkwkwkwkw...
2020.4.22
KAMU SEDANG MEMBACA
HUNHO??
RandomHUNHO hehe... Coba coba bikin HUNHO, jadinya kok begono yak, yowis lah, Monggo di baca mawon...