Minho terbangun disofa beberapa saat yang lalu. Ia kini memandang jendela yang masih berembun. Hujan sepertinya sudah berhenti, tapi langit masih berkabut. Ia lalu bangkit dan menemukan secangkir cokelat panas. Pemuda itu lantas tersenyum. Itu pasti buatan hyungnya.
Ia lalu duduk dan menikmati cokelat panas itu. Ia masih saja memandang jendela dengan resah. Keberadaan Sakura belum diketahui.
Suara pintu terbuka membuat Minho menoleh, itu Minhyuk. Pria itu berjalan keluar dari kamarnya dengan mantel abu-abu kesayangannya. Bisa Minhk tebak, hyungnya ini akan segera pergi bekerja.
"secepat ini hyung?" Minhyuk yang tengah menyeduh sebuah cokelat panas menoleh sekilas pada adiknya, lalu sedikit mengangguk. "ada kasus malam tadi." ia lalu berjalan dan duduk didepan Minho.
"bagaimana, ada kabar dari gadis itu?" Minho menggeleng pelan. Mana mungkin Sakura mengabarinya, dia saja tak membawa ponsel.
"tidak ada."
Minhyuk menghela nafas, ia meletakkan mug yang tadi ia pegang. "hyung hanya mau kamu cerita apa yang sebenernya terjadi." ucapnya. Minho agak mendongak dan menatap kakak laki-lakinya itu. "tapi jika masih belum siap, tak apa. Hyung akan menunggu."
"tidak!" Minhyuk menoleh pada adiknya dengan ekpresi bingung. "aku akan cerita sekarang hyung." lanjutnya yang membuat Minhyuk tersenyum kecil.
"baiklah, mau mulai dari mana?" Minho memperbaiki posisi duduknya dan mulai bercerita. Semua yang ia lalui beberapa hari kebelakang. Tanpa terkecuali.
Sementara Minhyuk fokus mendengar cerita adiknya itu. Ia tahu, ada sesuatu yang terjadi pada gadis yang Minho 'tolong' itu.
"aku bertemu Sakura saat—"
"namanya Sakura?" tanya Minhyuk. Minho menggangguk. "sebenarnya aku tidak tahu siapa nama aslinya, karena awalnya Sakura tidak mau berbicara sama sekali. Tapi kemudian dia setuju saat aku memanggilnya dengan nama Sakura." Minhyuk mengangguk-angguk tanda mengerti, lalu Minho melanjutkan ceritanya.
"Sakura tidak pernah cerita tentang apapun. Dia hanya pernah cerita tentang keluarganya yang suka menanam bunga." akhir Minho. Pemuda itu menghela nafas, rasa khawatir itu muncul lagi.
Minhyuk menepuk pelan pundak Minho, berusaha menyalurkan energi positif pada pemuda yang kini sedang menunduk itu. "Tenang saja, hyung akan membantu mencari. Sekarang mendingan kamu pergi ke academy, bantu teman yang lain mencari anggota itu sembari kamu mencari gadis itu." nasihat Minhyuk, Minho memgangguk dan berjalan menuju kamarnya.
Lelaki bermarga Lee itu menatap sendu adiknya. Ia adalah satu-satunya dari keluarganya yang tersisa. Ia tak mau Minho sedih karena ini.
Tapi tunggu, kenapa Minho bisa se simpatik ini pada gadis itu? Apa jangan jangan...
Minhyuk tersenyum kecil. "adikku ternyata sudah besar."
.
.
.
"apa yang akan kita lakukan, eonni?"
Sudah sekitar satu jam lebih saat mereka pergi dari sebuah rumah kecil. Beberapa, ada orang baik yang membangunkan mereka dan mengajak mereka untuk berteduh ditempat lain. Karena katanya disana berbahaya.
Mereka berdua yang notabenenya tidak tahu daerah situ hanya mengikuti orang itu dan mereka diajak kerumahnya. Dan berakhir dengan Sakura dan Chowon menginap beberapa hari.
Sakura menggeleng pelan. "tidak tahu." cicitnya.
Chowon menghela nafas, seharusnya ia tidak usah marah hanya karena lelaki itu membentaknya. Meskipun ia sakit hati sih saat si 'Kim' itu membentaknya, tapi kan.. Ah sudah lah, ia muak memikirkan lelaki itu.
"oh yah omong-omong," Chowon menoleh pada perempuan yang lebih tua empat tahun darinya itu. "bagaimana caranya kamu bisa keluar dari korea utara?"
Chowon terdiam, ia juga tak tahu bagaimana ia bisa keluar dari negara tempat kelahirannya itu.
"aku dengar sangat sulit untuk keluar dari negara itu." lanjut Sakura.
Gadis bermarga Han itu kembali menghela nafas, "aku juga sebenarnya tidak ingat eonni," Sakura mengangguk sambil mengulum bibirnya.
"tapi yang pasti, aku tidak kabur." jawaban Chowon membuat Sakura menoleh bingung. "maksudnya?"
Chowon angkat bahu, "ya seperti itu. Oke biar aku ceritakan." Sakura yang duduk disebelah gadis itu mendekatkan diri padanya dna mempertajam pendengarannya.
Chowon menarik nafas panjang lalu mulai bercerita. "hari itu adalah hari dimana aku dan grup paduan suara sekolahku diundang ke gedung pemerintahan. Aku lupa ada acara apa, tapi disana ada beberapa negara yang memang bersahabat dengan korea utara."
Sakura mengerutkan kening, "oh berarti ada acara kenegaraan, ya?"
Chowon mengangguk, "iya, kelompokku waktu itu menyanyikan salah satu lagu dari negara yang menjadi tamu."
"lalu bagaimana kamu bisa keluar dari kawasan negara itu?"
"saat aku dan teman-temanku sedang istirahat, aku permisi untuk mengantar temanku yang ingin ketoilet. Nah saat aku sedang menunggu temanku itu aku di dekati seseorang. Dia berceloteh dengan bahasa yang tidak aku mengerti." jelasnya.
"Saat itu hari sudah malam, sekitar tengah malam. Aku disuruh untuk tidur dan yang paling aneh mereka memanggilku dengan nama, Karin? Kalau tidak salah." lanjutnya panjang lebar.
"dan saat aku bangun, aku sudah ada di sebuah jalan yang ramai dan ada seseorang yang mencoba mendekatiku, kali ini dengan brutal dan yah aku hampir...." Sakura menutup mulutnya tak percaya.
"tapi kamu tidak papa kan?"
Chowon menggeleng, "waktu itu aku diselamatkan oleh seseorang. Dia baik hanya saja sangat jutek. Sampai kemarin dia membentakku karena suatu hal. Aku sakit hati dan pergi. Dan berakhir bertemu dengan eonni." jelasnya panjang lebar.
Sakura menghela nafas, lalu bangkit. "eonni mau kemana?"
"kita pergi, cari tempat untuk berlindung."
"tapi eonni belum cerita kenapa eonni bisa ada disini."
Sakura memandang Chowon lekat, lalu berjalan meninggalkan gadis itu. Chowon hanya mendengus kesal dan mulai mengikuti Sakura.
"eonni, tunggu!"
—tbc.
Guys, aku udah publish cerita 'Runaway' sama 'when the star flicker'!
Yang penasaran cek profil aku yaaa...Makasih udah mau mampir..
Purple you💜Revisi: Minggu, 26 april 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Foreign
Fanfiction[complite] Minho, hanya pemuda biasa. Tapi hidupnya berubah saat ia bertemu seorang wanita yang basah kuyup saat ia akan pulang dari academy tarinya. © Zachwafr, 2020