Semua memerhatikan Felix yang kini sedang makan dengan lahap. Lalu lelaki itu memandang kelima orang yang kini hanya memerhatikannya.
"kalian tidak makan?" tanyanya. Mereka menggeleng.
"kapan akan dilanjut?" tanya Bang Chan, segera Felix mengimpan sendoknya lalu menatap mereka berlima.
"Suatu hari, saat aku pulang dari minimarket aku tidak sengaja mendengar sebuah percakapan tentang 'dunia hiburan', Woojin hyung, Sakura nuna dan Hyewon nuna. Aku dengar kalau Woojin hyung Chan hyung sudah tahu dan Woojin hyung memilih untuk meundur. Disaat yang bersamaan mereka juga membicarakan pria sipit itu. Juga Hyewon nuna dan Sakura nuna. Dan yah akhirnya aku tahu."
Minhyuk mengusap wajahnya kasar. "jadi siapa yang salah?"
Felix angkat bahu, "tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar disini." ia lalu melanjutkan makannya. "atau seridaknya Woojin hyung tahu." Minhyuk menatap Felix yang sedang makan, ia tidak menemukan apapun dimata pemuda itu.
"oh ya, omong omong," mereka beralih pada Felix, "cepat atau lambat, Sakura nuna akan pulang ke Jepang."
Perkataan Felix barusan membuat semua makin bertanya-tanya, siapa Felix sebenarnya?
•••
Beberapa bulan kemudian...
Sakura menatap sendu ruangan didepannya. Ruangan dimana Minho masih terbaring lemas dan belum sadarkan diri.
Beberapa bulan lalu, operasi Minho lancar dan ia selamat. Tapi sayangnya, Minho harus koma dan membuatnya seperti orang mati padahal ia masih hidup.
Ia sebenarnya belum siap meninggalkan Minho dengan keadaan yang seperti ini. Tapi apa boleh buat. Keluarganya terus memaksa agar ia segera pulang ke jepang dengan alasan keamanan dirinya sendiri.
Sakura tidak bisa menolak itu karena jujur, ia pun masih takut pada beberapa oknum yang sepertinya masih mengejarnya juga Hyewon.
Omong-omong soal Hyewon, perempuan itu sedang fokus untuk menjalani pengobatan. Ia terkena paranoid personality disorder karena kelakuan bejat orang orang jahat itu. Membuatnya semakin hari semakin terpuruk.
Pintu ruangan terbuka dan menampakkan seorang pria bertubuh tegap keluar dari ruangan itu. Pria itu-yang tak lain adalah Bangchan- menghela nafas, "Minho sudah menunggu didalam. Semoga keputusan kamu memang yang terbaik"
Setelah itu, ia pergi dari hadapan Sakura menuju lobi. Sakura menutup matanya, mencoba menghadapi kenyataan yang sangat pahit. Ia menghela nafas, lalu memasuki ruangan dimana terdapat keenam anggota straykids lainnya yang sedang menunggu Minho bangun.
"ah, sepertinya aku lapar, ayo makan" ajak Changbin, ia lalu keluar diikuti yang lainnya.
Felix menepuk pundak Sakura, "bersenang-senanglah, jangan menangis. Jika nuna menangis, Minho hyung juga pasti akan menangis"
Sakura mengangguk, "terima kasih, Felix"
Felix tak menjawab dan memilih keluar dari ruangan itu, menyusul teman-temannya dan meninggalkan Sakura dan Minho berdua.
Sakura memerhatikan setiap detail wajah Minho, membayangkan kembali pemuda itu tertawa membuat hatinya perih.
Ia lalu menarik kursi yang berada diasamping tempat tidur pasien dan duduk diatasnya. Ia menggenggam tangan Minho sembari berusaha menahan tangis.
"Minho, kapan kamu bangun. Aku ingin makan tteokbokki lagi. Aku hiks... Lapar Minho" ucap Sakura sembari terisak. Air matanya mulai mengucur lagi membasahi wajahnya.
"aku juga ingin melihat bunga yang Minji tanam dibelakang rumahmu. Boleh kan aku kesana?" monolag Sakura karena ia tahu Minho tidak akan bangun.
"maaf, aku hari ini telat datang kesini. Tapi kamu sudah sarapan kan? Tadi aku lihat ada salah satu suster membawa sarapanmu." ia berhenti sejenak dan menghapus jejak air matanya.
"aku juga sudah sarapan. Kamu jangan khawatir. Aku akan selalu makan tepat waktu, asal kamu juga janji akan selalu makan tepat waktu"
Sakura mengelus wajah Minho yang tampak pucat, "waktu aku gak lama, jadi aku mau bilang ini sama kamu"
Ia menghela nafas, "aku mau pulang ke Jepang." setelah berkata itu ia tak kuasa lagi menahan air matanya.
"aku, aku gak bisa nolak permintaan keluarga aku karena aku juga merasa gak aman disini Minho" ia sekali lagi menghapus jejak air matanya.
"tapi aku gak bisa bohong kalau ninggalin kamu itu berat. Bahkan aku belum pernah seperti ini sebelumnya"
"Jadi, aku mau pamit. Aku harap kamu segera bangun. Aku janji aku bakalan jaga diri disana. Gak akan merepotkan siapapun seperti aku merepotkan kamu disini" Sakura beranjak dari kursi.
Ia lalu merogoh sesuatu dari dalam tasnya. "kamu masih ingat ini kan?" Sakura mengeluarkan sepasang sumpit.
"iya, ini sumpit yang aku pakai saat kita makan ramen malam itu. Dan aku masih menyimpannya."
"Jaga diri baik-baik. Aku pasti akan rindu. Sampai jumpa, Minho" Sakura meninggalkan Minho yang tengah tertidur sambil mengelap wajahnya.
Ia menuju Hitomi dan Nako yang menunggunya diluar, "sudah siap?" tanya Nako, Sakura mengangguk.
"eonni bisa disini saja kalau eonni mau." ucap Hitomi.
Sakura menggeleng lemah, "nggak, lagi pula aku kangen Jepang. Ayo berangkat"
Hitomi dan Nako saling tatap lalu menangguk, "ayo!" mereka bertiga lalu berjalan meninggalkan Minho yang masih terpejam.
Tanpa Sakura sadari, setetes air mata keluar dari mata Minho yang masih terpejam.
Sakura lupa satu hal, bahwa orang koma bisa mendengar ucapan orang yang berada disekitarnya.
—tbc.
Setelah ini gak akan aku publish lagi yaaa...
Nanti kalo kontesnya udah selesai, ada ke-MUNGKIN-an bakal aku pub. Jadi, jangan hapus cerita ini dari library kalian yaaa..
Tapi liat nanti deh kalo aku publish lagi, mwueheheheh😂
Makasih udah mampir
Purple you💜Revisi: Kamis, 30 April 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Foreign
Fanfic[complite] Minho, hanya pemuda biasa. Tapi hidupnya berubah saat ia bertemu seorang wanita yang basah kuyup saat ia akan pulang dari academy tarinya. © Zachwafr, 2020