10. no reason

253 48 8
                                    

"Eonni! Bisakah kita duduk sebentar? Kakiku seperti mau patah karena terlalu lama berjalan" keluh Chowon. Gadis itu terduduk lemas diatas trotoar.

"sebentar lagi sampai. Lihatlah, bahkan atap academy ku sudah terlihat dari sini" ujar Sakura. "ayo, jangan duduk disitu, kotor!" ia menarik Chowon agar berdiri. Sementara gadis itu melah berleha-leha dan menolak untuk berdiri.

"aku lelah eonni, lagipula memangnya mereka ada di sana, bukannya eonni cerita kalau hari ini bukan jadwal kalian berlatih?"

Sakura menghela nafas, "ikut saja kenapa! Disana kita bisa bertemu temanku yang lain dan mereka akan menghubungi teman satu grupku" ujarnya.

Chowon berdecak, "tck, iya iya, tapi biarkan dulu kakiku beristirahat sebentar."

"berdiri, kita duduk dihalte bis saja. Nanti bajumu kotor" ucap Sakura seraya menarik Chowon kebangku halte yang berada di belakang mereka.

"eonni, kalau eonni kabur, kenapa sekarang berniat kembali. Bukankah itu aneh" ujar Chowon saat mereka telah mendudukan pantat mereka pada kursi halte.

Sakura menatap Chowon, "entahlah, aku saja tidak tahu apa yang membuatku kabur"

"benarkan, eonni ini aneh. Bahkan lebih aneh dari si Kim sialan itu" tunjuk Chowon.

Gadis Jepang itu berdecak, "memangnya apa tujuanmu kabur dari negaramu, bukannya itu lebih berbahaya?"

"ck, aku tidak kabur! Aku itu diselundupkan" jawabnya. Gadis itu menjawab dengan santai sembari menggoyangkan kakinya.

"lalu, apa yang membuat si Kim sialanmu itu kabur?"

Chowon menoleh lalu angkat bahu, "entahlah...waktu itu ia hanya bilang, dunia sudah terlalu kejam padanya"

Kening Sakura berkerut menandakan ia tidak mengerti dengan ucapan Chowon, "maksudnya?"

"menurutku, dia kabur karena alasan yang sangat pribadi. Lagipula tidak semua orang harus tahu alasan kita untuk kaburkan? Itu hak kita, akan memberi tahu mereka atau tidak. Dan hak kita juga, untuk mempunyai alasan.... Atau tidak"

"seperti aku?" Sakura melihat jalanan yang tampak sepi. Sekarang sudah memasuki musim gugur jadi dedaunan kini berserakan diatas aspal yang diterangi cahaya senja.

Matahari mulai condong kebarat. Cahayanya perlahan menghilang dari langit. Dari ujung timur, langitnya sudah berwarna gelap. Sepertinya sang penguasa malam akan segera tiba, menghiasi malam bersama para bintang.

"iya, tapi aku yakin, eonni punya alasan untuk kabur. Kalau belum tahu mari kita cari tahu bersama. Karena aku mungkin akan segera pergi"

.

.

.


Mereka backsteet.

Ucapan Hyunbin tadi membuat Felix tidak bisa fokus. Kenapa lelaki itu tidak bisa menutup mulutnya.

Pemuda Aussie itu menatap jalanan dengan kalut. Perasaannya campur aduk. Ia sebenarnya tidak masalah jika hubungannya dengan Chaewon diketahui oleh yang lain.

Tapi, yang memilih untuk merahasiakan hubungan mereka itu Chaewon. Jadi ia harus bagaimana?

"sudahlah Lix, jangan diambil pusing. Toh pasti akan ketahuan juga pada akhirnya" bisik Chaewon. "maaf, aku lupa memberi tahu Hyunbin agar tidak sembarangan dalam berbicara"

"tidak apa-apa." balas Felix, pemuda itu menaruh kepala Chaewon dipundaknya, "oh ya, kemana saja dia? Kenapa selama dua bulan ini aku tidak melihatnya dirumah? Dan sedang apa dia disini?"

Chaewon terkekeh pelan, "kalau mau nanya itu satu-satu, aku bingung mau jawab yang mana dulu."

"Hyunbin pergi dari rumah dua bulan lalu, ia bilang akan mengunjungi nenek. Kalau urusan 'sedang apa dia disini' aku juga tidak tahu, beberapa hari yang lalu ia pulang dengan perasaan kalut, dan pergi lagi dari rumah. Saat aku tanya mau kemana dia hanya jawab 'mencari sesuatu yang hilang'." cerita Chaewon panjang lebar.

"sudah ketemu sesuatu yang hilang itu" Felix mencolek Hyunbin yang berada didepannya.

"hah? Apa?" pemuda itu malah balik bertanya.

Felix berdecak, "tck, tolong jangan berlaga tidak tahu apa yang sedang aku dan Chaewon bicarakan"

Hyunbin hanya cengengesan, "heheh.. Maaf kakak ipar"

Tiba-tiba wajahnya jadi lebih serius, Hyunbin lalu mengehela nafas. "belum hyung. Lagian dia juga aneh. Hanya karena aku berdecak, dia tiba-tiba langusung pergi setelah aku kembali membawa makanan"

Minho sedikit melirik Hyunbin, entah kenapa ia jadi teringat Sakura. Semoga saja ia akan bertemu Sakura disana. Semoga saja.

"aku kira yang hilang itu barang, ternyata manusia?" celetuk Chewon.

Hyunbin membelalakan matanya, dia salah berbicara. "eh? Mmm.. I-itu noona..."

"Minimarket ini bukan?" tunjuk Changbin. Jisung mengangguk mantap, "iya yang ini!"

"tadi dia duduk disini sama satu perempuan lagi." Jisung menunjuk meja yang tadi ditempati oleh Sakura.

"maksudnya?" tanya Minho. Sakura memang kenal siapa lagi disini? Bukannya dia belum lama dikorea dan tidak terlalu familiar dengan semuanya?

"iya perempuan, mereka berdua. Hmmm kira kira perempuan itu seumuran Jeongin! Iya kan Lix?" Felix mengangguk.

"mereka juga ngobrol seperti biasa, malah perempuan yang satu lagi itu menyapa aku dan Jisung" tambah Felix, ia ingat betul saat perempuan berambut agak ikal tadi dengan semangat membungkuk.

"setelah itu mereka duduk disana ngapain?" tanya Eunbi. Ia sudah tak sabar bertemu Sakura.

"hmm, makan ramen instan." jawab Jisung.

"Tunggu disini sebentar, ayo Hyunjin, Jisung" ucap Seungmin, ia lalu berjalan menuju minimarket bersama Hyunjin diikuti Jisung. Sementara yang lain menatap kepergian mereka dengan tatapan bingung.

Saat yang lain sedang bingung, Minho diam-diam meraba kantong yang berada dibaju juga celananya. Ia ingat kalau ia kehilangan uangnya tadi pagi. Ia sangat yakin kalau Sakura lah yang menangambil itu.

Senyumnya tiba-tiba mengembang saat sadar bahwa kursi yang ditunjuk Jisung adalah kursi yang dipakai oleh mereka saat dipertemuan pertama.

Entahlah, Minho hanya bahagia mengingat itu.

Sementara, Felix diam-diam memerhatikan Minho. Ia tahu kalau lelaki yang mempunyai marga yang sama dengannya itu sedang memikirkan gadis yang bernama Sakura.

Gadis yang sama yang ia lihat di rumah lama Minho juga minimarket ini tadi siang.

Felix menoleh saat Jeongin yang berada disebelahnya menepuk pundaknya beberapa kali. "Minho hyung kenapa? Dia masih ingat ini dimana kan?"

Lelaki itu hanya geleng-geleng kepala karena ulah Jeongin, "dia baik-baik saja. Jangan ganggu, dia sedang bahagia" jawaban Felix sukses membuat Jeongin semakin bingung.

Apa yang sebenarnya terjadi pada pria itu?



—tbc.

Hi, guys!! Aku publish yang bagian Chaelixnyaa!!
Yang penasaran cuss ke bio aku!!

Atau kalo males, you can click here!

https://my.w.tt/NkSVhViSJ6

Soo aku tunggu pendapat kalian yaaa...

Makasih udah mau mampir
Purple you💜

Revisi: Minggu, 26 April 2020

My Lovely ForeignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang