Part 6

18 8 0
                                        

Dan yah, kini Syakila sedang berada di atas motor sport hitam seorang cowok yang tadi di tolong nya. Remos, nama cowok itu, dan ntahlah dia sangat keras kepala orang nya!.

"Rumah lo di mana?."  tanya Remos saat berhenti di lampu merah dengan helm full face nya yang terbuka, dan agak menoleh ke samping.

"Jalan Indah Asri, blok 4."  Ujar Syakila tanpa menoleh ke arah spion, dimana Remos mengamati nya terang-terangan.

Dan saat di jalan, Remos melewati polisi tidur tanpa me ngerem motor nya, ah ntah lah modus atau pun tidak sengaja inti nya, Syakila bodo amat!.

Syakila rasa nya ingin cepat-cepat sampai di rumah nya, Syakila merasa tak nyaman duduk di motor sport Remos, yah karena Remos menatap nya dengan begitu intens dari arah kaca spion, walau ya masih ada masalah dengan mama nya, tapi bagaimana lagi? Syakila akan pulang kemana, mau minggat ke rumah Ara?! Hei Syakila merasa tidak enak dengan tante maria -ibu nya Ara.

Dan yahh akhir nya Syakila sampai di rumah nya, Syakila sangat bersyukur . Ntahlah rasa nya tak mau berlama-lama di atas motor,Remos.

" makasih ya." Ujar Syakila.

"Gue juga mau berterima kasih karena lo udah nyametin gue, kalo nggak. Nggak tau bagaimana nasib gue sekarang." Kekeh pelan Remos.

"Itu mungkin takdir. " Balas Syakila.

"Iyaa ye, yaudah gue boleh minta nomer lo?." Tanya Remos agak ragu.

"Emm boleh." Ntahlah Syakila rasa memberi nomor saja tak pa kan? Untuk nambah temen misal nya.

"Nih lo tulis di HP gue." Suruh Remos dan Syakila menerima uluran HP tersebut dan menulis kan nomor nya. Dan selanjutnya mengembalikan HP milik Remos.

"Btw, lo murid baru di SMA Wijaya?." Tanya Remos.

"Eumm iya."Jawab Syakila" Emm kenapa ya?. " Lanjut nya.

"Nggak liat lo aja saat MOS di SMA Trisakti, kan gue juga anggota OSIS di sana. Berarti lo anak Wijaya. " Jelas Remos.

"Ohh gitu, yaudah gue masuk dulan ya? Makasih udah anterin sampe rumah." Kata Syakila dengan senyum manis nya.

"Oh oke, gue cabut dulu. Makasih ya udah nolongin gue tadi." Entah apa yang terjadi pada Remos agak seperti tak rela Syakila masuk rumah, seperti ingin ngobrol lebih lama.

Dan Syakila masuk ke dalam rumah, setelah melihat motor sport hitam itu melenggang pergi menjauh dari kompleks rumah nya. Syakila menghela nafas lega di rumah tak ada orang seperti nya. Karena yahh terasa sepi, mungkin mama nya sedang arisan, kakak nya bekerja. Eumn Ayah nya juga pasti bekerja.

"Mama nggak di rumah?, Syukurlah. " Gunam Syakila dengan membuang nafas lega. Dan berjalan santai menuju kamar nya . Saat menuju tangga kamar nya Syakila tiba-tiba terhenti kaku.

"Mau belajar jadi berandalan kamu?!. Hampir malam baru pulang, emangnya mau jadi apa kamu?!hahh?!." Teriak nyalang suara mama nya.

Syakila diam berdiri kaku di tangga ke dua. Tanpa menoleh ke arah mama nya yang meneriaki nya, Syakila memejamkan mata nya sesaat meresapi kata yang di lontarkan dari mama nya.

"Hehh dasar anak nggak tau diri, nggak ada sopan santun nya sama sekali, dasar anak sialan!." Syakila masih saja memejamkan mata nya kata-kata mama nya kali ini sangat menusuk ulu hati nya.

"Mah, udah aku capek." Lirih Syakila.

"Emang nya kamu capek ngapain? Biasa nya nyusahin terus." Balas mama nya.

"Aku capek mama caci maki terus." Kata Syakila "Aku ke kamar dulu ya, ma." Lanjut Syakila pamit menuju langkah nya yang tertunda ke kamar nya.

"Hehh, nggak punya sopan santun kamu, orang tua lagi bicara main pergi saja, dasar anak nggak tau diri, anak biadab kamu!!!." Syakila tak menghiraukan cacian mama nya, dia tetap saja sakit hati, tapi ia tak akan pernah membenci mama nya.

Syakila langsung merebahkan badan nya di atas kasur nya, melepas penat dari hari yang sangat sangat sial!.

Saat mengangkat tangan kanan nya ada sebuah luka yang baru saja disadari nya.

"Dih ni tangan kenapa juga?." Monolog Syakila pada diri sendiri. "Mager gue ngobatin nya, mending gue tidur ah. " Lanjut nya dan berusaha memejamkan mata nya.

********

"Weii, Ian lo kok bisa masuk sekolah telat sih?."tanya Deon pada Gian lebih tepat nya di panggil 'Ian'. Mereka berdua sedang berada di belakang rumah Gian, lebih tepat nya Deon yang berkunjung, datang-datang pergi ke dapur, geledah kulkas, teriak-teriak. Ga ada akhlak!.

Hanya deheman balasan dari Gian. Membuat Deon kesal, di tanya baik-baik malah jawab nya sepele, hufft alamak nak!.

" Lo mikirin apa sih?. " Tanya lagi Deon.

"Nggak." Balas Gian singkat, irit amat nak!.

"Serah dehh serah lo!." Final Deon yang merasa kesal sambil mencomot donat yang tadi di dapatkan satu box di kulkas rumah Gian.

Gian tercenung dengan kejadian tadi pagi, bertemu dengan cewek yang menurut nya mirip El nya. Hah mana mungkin dia El nya, El sudah pindah dari rumah nya. Hmmm mungkin pindah ke luar kota, atau jangan-jangan ke luar negri?! Ah sudah lah Gian pusing sendiri memikirkan nya.

Apa gue besok cari tau di kota ini aja ya? Dimana El? Siapa tau masih di kota ini tapi minta bantuan siapa ya? Deon? Nih anak pasti bacotan mulu, mita bantuan papa aja deh. -batin Gian.

"Lo dari tadi ngelamun mulu! Kek orang kesambet etdah!. " Cerocos Deon lagi. Yang di tanya hanya berdeham lagi, yah harus bagaimana lagi, emang dasar pelit ngomong orang nya!.


"Lo kalau makan, makan aja jangan bacot mulu." Sekali ngomong ya pedes kalau Gian, nyesek atuh!.

Sedangkan Deon langsung kicep diam dan hanya makan donat satu box. Kuat tuh perut?...

Gian beranjak dari duduk nya mengambil jaket parasit nya pergi dari taman belakang itu meninggalkan Deon disana yang sedang mencomot donat.

"Weee, Ian lo mau kemanaa, etdah maen pergi-pergi aja!!." Teriakan Deon menggema dengan mulut yang masih banyak donat dan banyak terkena selai.

"Tidur." Jawab Gian singkat.

"Gue ikut elah!." Gian lagi-lagi berteriak mengejar Deon.

"Jijik gue." Nylekit nak!.

"Ah lo mah, maksut gue, gue nginep disini ye?." Pinta Deon

"Pulang sana lo!. " Usir Gian.

"Ya ampun, lo tega amat ngusir gue?, gue juga mau kali, sekali-kali nginep di rumah sepupu gue yang ganteng ini."

"Sekali-kali matamu, seminggu 4 kali, sekali-kali."

"Hehe, nggak apa kali, biar lo ada temen nya, massa di rumah segede ini lo sendiri an, gue bantuin abisin makanan deh!. "

"Nggak terimakasih!."

"Sialan lo, Ian!. "

****

Marhaban ya Ramadhan mantemann;).

AteleìotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang